(Arrahmah.com) – Al-Qaeda di Jazirah Arab atau Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP), sebuah cabang resmi Al-Qaeda, telah merilis sebuah video menolak ‘khilafah’ yang diumumkan oleh Islamic State (IS,) atau yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, dan menyatakan bahwa kelompok itu telah menyemai perselisihan di antara mujahidin, lapor LWJ pada Ahad (21/11/2014).
Pembicara dalam video yang baru dirilis ini ialah Syaikh Harits bin Ghazi An-Nadhari, seorang pejabat syariah senior AQAP, yang merespon langsung pidato yang disampaikan oleh Abu Bakar Al-Baghdadi, pemimpin IS. Video ini berjudul, “Sebuah Pernyataan tentang Apa yang Terkandung dalam Pidato Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi ‘Bahkan Jika Orang-orang Kafir Membencinya’.”
Selain menegur Al-Baghdadi dan IS, Syaikh An-Nadhari juga memperbaharui baiat (sumpah setia) AQAP kepada Amir Al-Qaeda Syaikh Ayman Az-Zhawahiri, dan menegaskan baiat Syaikh Az-Zhawahiri kepada Amirul Mukminin Mullah Muhammad Umar. Syaikh An-Nadhari mengatakan “diketahui” bahwa Al-Qaeda “telah berbaiat kepada Mullah Umar selama hampir dua puluh tahun.”
Al-Qaeda sebelumnya telah melawan klaim Al-Baghdadi untuk memerintah sebagai “Khalifah Ibrahim I” dengan menyiratkan bahwa Mullah Umar adalah khalifah yang sah dan, tidak seperti Al-Baghdadi, memiliki dukungan luas dari tokoh-tokoh jihad yang diakui.
Syaikh An-Nadhari memulai pernyataannya dengan mengatakan bahwa AQAP “tidak ingin berbicara tentang perselisihan dan fitnah yang terjadi saat ini” di Suriah mengingat bahwa para mujahid berada dalam “tahap sensitif di mana musuh-musuh Islam” telah “berkumpul untuk melawan” seluruh umat Islam.
“Perang ini adalah dan masih merupakan perang Salib yang melawan semua mujahid yang jujur,” kata Syaikh An-Nadhari. “Kami mengambil posisi berkewajiban mendukung saudara-saudara kami dengan apa yang kami bisa, dan kami masih terus memegang posisi itu, karena kami percaya pentingnya untuk mendukung saudara-saudara mujahidin kami, termasuk semua kelompok dan entitas mereka, terlepas dari kecenderungan mereka.”
Namun, menurut Syaikh An-Nadhari, IS telah membuat AQAP harus angkat bicara.
Respon langsung terhadap Abu Bakar Al-Baghdadi
Dalam pidatonya pada Kamis (13/11) lalu, Al-Baghdadi menerima baiat dari Mujahidin di Aljazair, Sinai, Mesir, Libya, Arab Saudi dan Yaman. Baiat tersebut jelas dikoordinasikan oleh IS untuk menunjukkan dukungan internasional terhadap proyek ‘kekhalifahan’ mereka.
Al-Baghdadi mengumumkan “penghapusan” semua kelompok jihad lainnya di negara-negara tersebut. Dan dia mengatakan bahwa pasukannya telah menciptakan “wilayah baru untuk IS” di setiap negara, dengan para pemimpin wilayah baru yang akan segera ditunjuk. Al-Baghdadi mengklaim bahwa semua mujahidin, dan memang semua kaum Muslimin, sekarang memiliki kewajiban berbaiat kepada perwakilan Al-Baghdadi.
Pidato Al-Baghdadi jelas diarahkan kepada AQAP, karena ada dua baiat yang berasal dari mujahidin anonim di Arab Saudi dan Yaman – yang merupakan wilayah operasional AQAP. Implikasi logisnya ialah bahwa AQAP tidak lagi memiliki wewenang nyata, mengingat bahwa ‘kekhalifahan’ dianggap telah menyebar ke wilayah mereka.
Syaikh An-Nadhari membalasnya dengan mengatakan bahwa ‘kekhalifahan’ Al-Baghdadi bukanlah otoritas yang diterima secara luas dan tidak didirikan dengan cara yang tepat. “Pengumuman kekhalifahan bagi semua Muslim dengan saudara-saudara kita di IS tidak memenuhi persyaratan yang dibutuhkan,” tegas Syaikh An-Nadhari. “[Kekhalifahan] ini tidak melalui konsultasi [musyawarah] dengan tokoh-tokoh berpengaruh dalam tubuh Umat Islam, atau setidaknya melalui beberapa dari mereka dari kalangan ulama yang benar dan pemimpin-pemimpin kelompok jihad,” atau “tokoh lainnya dari kalangan orang-orang berkualitas baik dari Ummat Islam untuk melakukan musyawarah.”
Al-Qaeda dan cabang-cabang resminya telah menyampaikan argumen ini sebelumnya, menunjukkan bahwa karena pengangkatan Al-Baghdadi sebagai “khalifah” tidak dilakukan di bawah kesepakatan otoritas yang diakui, maka dia bukanlah seorang khalifah yang sah.
Syaikh An-Nadhari menekankan bahwa Al-Qaeda tidak menentang pembentukan sebuah kekhalifahan. Ini adalah “keinginan tertinggi kami” dan “kami berusaha untuk memenuhi pembentukan ini,” katanya. Tetapi organisasi Al-Baghdadi jauh berbeda dari “kekhalifahan” yang dimaksud.
Tokoh AQAP itu terus menyalahkan Al-Baghdadi dan IS yang menyemai perbedaan pendapat di antara para mujahid yang berada jauh dari basis operasi mereka di Irak dan Suriah. Pengumuman ‘kekhalifahan’ mereka pada akhir Juni lalu begitu memecah belah. “Kebijakan saudara-saudara kami di IS memecah belah jajaran mujahidin, dan menceraiberaikan mereka, dalam fase sensitif ini dalam sejarah umat mujahid,” ujar Syaikh An-Nadhari. “Ini adalah salah satu hal yang sangat dilarang dalam agama Allah.”
Pengumuman ‘khilafah’ IS memindahkan “pertikaian dan konflik ke wilayah lain” karena mereka menuntut agar semua umat Islam sekarang membungkuk dan taat kepada ‘khilafah’ versi Al-Baghdadi. Kaum Muslimin yang tidak melakukannya “dianggap” oleh IS sebagai “orang-orang berdosa,” kata Syaikh An-Nadhari.
“Mereka memperkuat [perpecahan itu] dengan membatalkan legitimasi semua kelompok yang berjuang untuk Islam di dunia, baik kelompok jihad maupun dakwah, dan mereka berusaha untuk memecah jajaran mujahidin dengan mengumpulkan baiat dari dalam kelompok-kelompok jihad,” lanjut Syaikh An-Nadhari.
Syaikh An-Nadhari kemudian mengkritik upaya IS untuk mendirikan wilayah di beberapa negara. “Implan-implan palsu” IS yang “diadopsi sejak pengumuman ‘kekhalifahan’ mereka, membelah jajaran jihad di seluruh dunia Muslim.”
Para pemimpin IS “mengumumkan perluasan ‘kekhalifahan’ mereka di sejumlah negara di mana mereka tidak memiliki pemerintahan, dan menganggapnya sebagai wilayah milik mereka, dan mereka menunjuk pemimpin di dalamnya, dan menghapus kelompok jihad di dalam wilayah itu yang tidak membaiat mereka,” kata Syaikh An-Nadhari.
Selanjutnya dalam video itu, Syaikh An-Nadhari menambahkan bahwa wilayah IS yang “‘benar’, tidak boleh melebihi ruang-ruang lingkup geografis yang mereka kendalikan di Irak dan Suriah.”
“Adapun di sisa wilayah lainnya,” Syaikh An-Nadhari mengatakan, “mereka tidak memiliki entitas yang nyata, melainkan hanya segelintir kelompok dan pejuang individual yang menghadapi musuh yang menyerang.” Dengan kata lain, menurut Syaikh An-Nadhari, IS tidak memiliki organisasi yang nyata di luar Irak dan Suriah. Karenanya, kelompok ini tidak dapat mengaku telah memerintah di luar negara-negara tersebut.
Syaikh An-Nadhari mengkritik proyek ‘kekhalifahan’ IS, mengatakan “saudara-saudara kami di IS bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari interpretasi dan langkah-langkah berbahaya ini, dari melemahnya kekuatan mujahidin, yang merupakan akibat tak terelakkan dari pertempuran.”
“Kami akan membuat mereka bertanggung jawab” karena “terlalu jauh dalam menginterpretasi hal-hal yang menumpahkan darah [Muslim] yang diharamkan dengan dalih perluasan dan penyebaran kekuasaan IS,” kata Syaikh An-Nadhari.
Syaikh An-Nadhari juga mengecam Al-Baghdadi yang mengkritisi kebijakan AQAP di medan jihad. Dalam pesan audionya pada awal bulan ini, Al-Baghdadi menuduh bahwa pemberontak Syiah Houtsi tidak akan mampu mencapai keberhasilan yang telah mereka nikmati di Yaman dalam beberapa bulan terakhir ini jika Ahlu Tauhid yang sesungguhnya hadir di medan perang. Atau dengan kata lain, jika pasukan Al-Baghdadi berada di sana, mereka tidak akan membiarkan kemajuan pemberontak Syiah.
Pejabat syariah AQAP ini mengatakan bahwa dirinya dan yang lainnya “terluka oleh apa yang dikatakan Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi, dan hal itu [juga] menyakiti umat Islam di Yaman, ketika dia mengatakan bahwa Houtsi tidak mendapati Ahlu Tauhid yang melawan mereka.” Ini salah, ujar Syaikh AN-Nadhari, dan AQAP tidak percaya “orang-orang seperti Syaikh” akan “mengatakan hal seperti itu.”
Masih menginginkan perdamaian di antara mujahidin
Video Syaikh An-Nadhari adalah kecaman jelas Al-Qaeda terhadap IS. Al-Qaeda dan cabang-cabangnya, termasuk AQAP, telah secara tidak langsung mengkritik organisasi Al-Baghdadi pada beberapa kesempatan. Tetapi Al Qaeda telah berusaha untuk lebih sering memberitakan persatuan di antara para mujahid.
Tampaknya pidato Al-Baghdadi pada Kamis (13/11) lalu, di mana dia membuat klaim agresif di wilayah yang jauh dari markasnya, akhirnya memaksa Al-Qaeda untuk mengutuk ‘kekhalifahan’ IS dengan tegas. Pada akhirnya, bagaimanapun, AQAP ingin mujahidin berhenti saling memerangi satu sama lain.
Terlepas dari pelanggaran IS, Syaikh An-Nadhari menekankan bahwa AQAP hanya ingin mengakhiri pertikaian di Suriah. Syaikh An-Nadhari berkata AQAP menyatakan “kegembiraan penuh kami saat menerima kabar baik tentang apa yang kami dengar mengenai tanda-tanda akan berhentinya pertikaian di antara mujahidin” di Suriah. Syaikh An-Nadhari ingin mujahidin terus melakukan upaya-upaya ini.
Syaikh An-Nadhari mengulangi seruan Al-Qaeda kepada mujahidin untuk menyelesaikan perbedaan mereka di mahkamah syariah independen. IS telah menolak tawaran ini sebelumnya.
Dan Syiakh An-Nadhari mencoba untuk mengingatkan mujahidin untuk mefokuskan serangan terhadap koalisi Tentara Salib, dan memperingatkan bahwa tidak diperbolehkan bagi siapa saja untuk bekerja dengan mereka karena mereka menyerang para mujahid di Irak dan Suriah.
Pembaruan baiat kepada Syaikh Ayman Az-Zhawahiri dan Mullah Umar
“Kami mengkonfirmasi kepada saudara-saudara kami terkait kesetiaan kami kepada baiat, dan memperbaharui baiat kepada Syaikh Ayman Az-Zhawahiri kami, semoga Allah melindungi dia, dan baiat darinya kepada Mullah Umar Mujahid, semoga Allah melindungi dia,” kata Syaikh An-Nadhari. Deklarasi ini perlu, mengingat bahwa “serangan musuh dari kalangan murtadin dan Tentara Salib telah meningkat di semua bidang.”
“Kami berharap saudara-saudara kami di IS [akan] mendukung dan membantu, tapi mereka malah mengejutkan kami dengan interpretasi yang merusak dan memisahkan jamaah,” kata Syaikh An-Nadhari.
Jika dilihat dari kenyataan sebelumnya, IS cenderung mengabaikan nasihat dari para ulama jihad. Namun demikian, AQAP menasihatkan bahwa IS harus menarik kembali upaya mereka untuk memperluas diri ke negeri-negeri lain.
“Kami menyeru saudara-saudara kami di IS agar menarik kembali fatwa yang akan melemahkan kelompok-kelompok [jihad lain] dan memecah belah barisan, karena itu merupakan sebuah serangan dan ketidakadilan serta [akan menyebabkan] putusnya hubungan, di mana itu diharamkan oleh Allah bagi hamba-hambaNya,” tegas Syaikh An-Nadhari.
(banan/arrahmah.com)