(Arrahmah.com) – Al-Qaeda di Semenanjung Arab atau Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP) baru-baru ini merilis bagian pertama dari serangkaian video berjudul “Perjalanan Jihad” tentang kehidupan Sa’id Al-Shihri, mantan wakil AQAP yang gugur oleh serangan pengecut pesawat tak berawak salibis AS pada Juli 2013.
Seri pertama ini menguraikan transformasi Al-Shihri dari seorang penjaga Raja Saudi Abdullah bin Abdul ‘Aziz menjadi komandan Al-Qaeda di Yaman pada tahun 2008, berupa wawancara dengan beberapa rekan jihadnya, di mana banyak dari mereka yang sebelumnya dipenjara di Guantanamo.
Berdasarkan narasi video berdurasi 30 menit 27 detik ini, Al-Shihri, yang bernama asli Abu Sufyan Al-Azdi, lahir di Riyadh pada tahun 1971. Sebagai seorang pemuda, Al-Shihri merupakan anggota dari Resimen Penjaga Kerajaan Saudi yang dipercaya melindungi Raja Abdallah bin Abdul ‘Aziz. Selama masa ini, Al-Shihri merasa terganggu oleh pendudukan salibis AS terhadap Arab Saudi sebagai bagian dari Operasi Badai Gurun dan oleh kondisi Palestina yang dijual kepada orang-orang Yahudi selama Proses Perdamaian Oslo. Dalam situasi ini, Al-Shihri memutuskan untuk memulai perjalanannya menuju jihad saat dia mulai merasa jijik terkena paparan langsung kemewahan keluarga kerajaan Saudi.
Setelah Deklarasi Front Dunia Islam untuk Jihad melawan Yahudi dan Tentara Salib yang dirilis pada tahun 1998 oleh Syaikh Usamah bin Ladin dan anggota lain dari pemimpin senior Al-Qaeda, Al-Shihri melakukan perjalanan ke Afghanistan, di mana dia melatih di kamp Khalden di bawah Ibn Al Syaikh Al-Libi. Selama berada di sana, dia berjuang dalam berbagai pertempuran di utara Kandahar melawan Aliansi Utara.
Sesaat sebelum serangan 11 September 2001, Al-Shihri kembali ke Arab Saudi dan bekerja sebagai perekrut mendukung jaringan jihad. Setelah serangan 11/9, Al-Shihri bepergian ke seluruh negeri Muslim dalam mendukung jihad dan kembali ke Afghanistan setelah merasakan bahwa gerak-geriknya dipantau oleh intelijen Amerika. Di sana, dia bergabung dengan kelompok Abu Mustafa Al-Irak di Kandahar dan terluka dalam pertempuran melawan Aliansi Utara bersama dengan Khalid Al-Habib, seorang pemimpin Al-Qaeda yang mengawasi operasi organisasi di Afghanistan.
Menurut video ini, Al-Shihri dibawa ke Pakistan untuk mendapat perawatan medis dan segera setelahnya ditangkap oleh agen intelijen Pakistan dan kemudian diserahkan kepada Amerika, yang memenjarakannya di Teluk Guantanamo, Kuba. Video ini menekankan bahwa di Guantanamo “realitas Amerika menjadi jelas … slogan hak asasi manusianya hanyalah menjadi kebohongan yang tidak bisa menipu orang-orang waras.” Di Guantanamo, Al-Shihri bersikap bagaikan “teladan mujahid yang penuh harapan dan kesabaran.”
Mantan narapidana Guantanamo dan komandan Al-Qaeda ‘Utsman Al-Ghamdi menyatakan bahwa selama berada di Guantanamo, Al-Shihri “menghibur saudara-saudaranya” dan berlaku sebagai guru dan pemandu spiritual. Al-Shihri dilaporkan mengajarkan pelajaran tentang berbagai topik, termasuk hukum Islam, militer dan intelijen, operasi rahasia, urusan politik, dan bahkan mendidik anak serta interaksi sosial.
Setelah lima tahun di Guantanamo, Al-Shihri diserahkan kepada Saudi, yang memenjaranya selama tujuh bulan di penjara Ha’ir di Riyadh dan kemudian membebaskannya sambil menunggu sidang. Setelah dibebaskan, Al-Shihri melakukan perjalanan ke Yaman, di mana dia dirangkul oleh Nasir Al-Wuhayshi dan Qasim Al-Raymi. Mereka yang mengenalnya selama ini mengatakan bahwa “dia memberi dorongan besar untuk perjalanan jihad di Jazirah Arab.”
Al Shihri dilaporkan menjabat sebagai perekrut dan koordinator antara basis-basis Al-Qaeda di Yaman, dan juga dihormati sebagai pengkhotbah yang menginspirasi selama ini. Qasim Al-Raymi, komandan militer Al-Qaeda di Semenanjung Arab saat ini, mengatakan dalam video tersebut bahwa Al-Shihri memperjuangkan gagasan bahwa “musuh sesungguhnya adalah Amerika yang telah menghancurkan rakyat dan wilayah [kaum Muslimin].” (banan/arrahmah.com)