(Arrahmah.com) – Al-Qaeda di Semenanjung Arab atau Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP) merilis pesan audio pada akhir pekan lalu berjudul “Dan Allah adalah Perencana terbaik” dari ulama Al-Qaeda Ibrahim Al-Rubaish.
Pesannya merupakan respon terhadap dekrit kerajaan Arab Saudi pada Jum’at (7/3/2014) lalu yang menunjuk beberapa kelompok Islam, termasuk Ikhwanul Muslimin, Jabhah Nushrah, dan Daulah Islam di Irak dan Syam atau Islamic State in Iraq and Sham (ISIS) sebagai “teroris”.
Pernyataan Saudi juga mengumumkan bahwa warga Saudi dan warga asing yang bergabung atau memberikan dukungan moral atau materi kepada kelompok-kelompok yang ditunjuk tersebut, serta setiap warganya yang menghina negara atau pemimpin lainnya, akan dihukum di bawah hukum yang berlaku bagi mereka.
Meskipun respon Ibrahim datang sedikit terlambat, dia menyatakan bahwa pesan audio berdurasi 9 menit 5 detik itu merupakan jawaban yang diperlukan untuk sebuah klaim Saudi yang bertentangan dengan harapan mayoritas Muslim.
Dia mengatakan dia terkejut bahwa pernyataan tersebut tidak datang dari Raja sendiri dan malah dikeluarkan oleh Kementerian Dalam Negeri setelah berkonsultasi dengan beberapa kementerian lainnya, termasuk Kementerian Urusan Islam.
Ibrahim menjelaskan kontradiksi ini dengan menyebutkan aliansi Arab Saudi dengan AS, mengungkapkan bahwa Kerajaan Saudi telah menjadikan “pegawai Gedung Putih sebagai Tuhan selain Allah.”
Ibrahim memulai pembahasan dengan bertanya secara retoris, “Apa latar belakang mengeluarkan pernyataan dan daftar ini pada saat ini?” Dia menyatakan bahwa setelah keluarga kerajaan Saudi berhasil menggagalkan semua revolusi Arab Spring, mereka sekarang siap untuk menekan “angin revolusi” di perbatasan mereka sendiri.
Dia menegaskan bahwa keluarga kerajaan menganggap kesetiaan kepada diri mereka sendiri lebih penting daripada kesetiaan kepada Allah, yang ditunjukkan dengan penunjukan mereka hanya terhadap gerakan Syi’ah Houthi Yaman dan “Hizbullah” Saudi tetapi tidak terhadap kelompok “Hizbullah” Lebanon.
Ibrahim menyatakan bahwa meskipun tiga kelompok tersebut adalah Syi’ah dan tidak patuh kepada Allah, Saudi tidak menunjuk “Hizbullah” Lebanon karena mereka telah berbagi kepentingan dengan kelompok itu, terutama karena “Hizbullah” Lebaon memerangi mujahidin di Suriah.
Ibrahim mengkritik kebijakan Arab Saudi dalam memerangi ateisme yang telah menyebar secara luas. Dia mengatakan bahwa jika kampanye yang dilancarkan terhadap ateis mirip dengan kampanye yang galakkan Arab Saudi dalam melawan mujahidin, maka tidak akan ada ateis.
Selanjutnya, Ibrahim menangani bagian dari pernyataan Saudi baru-baru ini di mana Kerajaan Sudi menetapkan akan menghukum siapa saja yang ditemukan berjuang di luar Arab Saudi atau mendukung upaya tersebut. “Bagaimana posisi Anda dalam memerangi orang-orang Yahudi di Palestina?” Ibrahim bertanya.
“Apakah dia yang melawan mereka, atau mendukung dia yang melawan mereka, atau bersimpati dengan dia yang meawan mereka, pantas menerima hukuman … apakah dia yang mengharapkan kemenangan kaum muslimin atas orang-orang Yahudi pantas menerima hukuman ini?” Ibrahim mengatakan bahwa meskipun konyol, larangan Saudi pada pertempuran ini tidak mengherankan mengingat bahwa Saudi telah “memenjarakan orang-orang yang [bahkan] baru memiliki niat.”
Dalam pembahasannya, Ibrahim juga bertanya apakah orang yang mengibarkan bendera tauhid, juga termasuk dalam larangan Arab Saudi. Dia menegaskan bahwa bendera hitam ini bukan hanya bendera Al-Qaeda melainkan adalah bendera seluruh umat Islam.
Ibrahim terutama juga mengkritik bagian dari pernyataan Saudi bahwa seruan untuk menghukum “mereka yang menghina negara lain atau pemimpin mereka.” Ibrahim mengatakan bahwa bahkan Amerika lebih toleran dengan seseorang yang berbicara buruk tentang presiden dan mengkritiknya. “Anda benar-benar lebih Amerika daripada orang Amerika,” ujarnya. Bahkan yang lebih mengejutkan, menurut Ibrahim, ialah bahwa di antara negara-negara yang disebutkan adalah “pemerintah rafidi [Syi’ah] Irak dan pemerintah entitas Zionis [Israel].”
Ibrahim mengatakan bahwa ada pesan untuk semua kelompok Islam “yang telah mengakui beberapa prinsip-prinsip mereka” dalam penunjukan Arab Saudi terhadap Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi “teroris”. Menurut Ibrahim, “tidak peduli berapa banyak mereka mengubah dan mengganti, pimpinan-pimpinan kemusyrikan tidak akan ridha dengan mereka sampai mereka mengumumkan pengingkaran mereka terhadap apapun yang berhubungan dengan Islam.” Dia melanjutkan dengan menyerukan, “Kita harus berdiri teguh sampai mati, jika kita mencari keridhaan Allah.”
Ibrahim menutup pesan audionya dengan pernyataan: “Rezim Saudi seperti Antikristus bermata-satu “yang hanya melihat sesuatu dari satu sisi. Dia kemudian menyerukan kepada semua umat Islam untuk berdo’a kepada Allah untuk “menghancuran” rezim Saudi dan mempermalukannya dengan kemuliaan orang-orang beriman. Hilangnya rezim Saudi akan membawa kebahagiaan bagi orang-orang beriman, lanjutnya, dan kemarahan serta kekhawatirn bagi orang-orang munafik dan kafir.
(banan/arrahmah.com)