(Arrahmah.com) – Yayasan Media Al-Malahim, sayap media Al-Qaeda di Jazirah Arab atau Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP), merilis sebuah pesan audio di Twitter pada akhir Januari yang menampilkan ulama AQAP, Syaikh Ibrahim Ar-Rubaish, berjudul “Cukuplah Allah Bagimu untuk Melawan Mereka.”
Dalam pesan terbaru berdurasi delapan setengah menit ini, Syaikh Rubaish membahas mengenai gelombang solidaritas bagi 12 orang yang tewas dalam operasi AQAP di kantor majalah satir Perancis, Charlie Hebdo, pada Januari lalu.
Syaikh Rubaish memulai pesan audionya dengan menyatakan permusuhan orang kafir yang begitu melekat terhadap Islam dan kaum Muslimin, sebagaimana yang telah Allah firmankan dalam beberapa ayat Al-Qur’an.
Ulama jihad ini menyatakan bahwa penghinaan yang dilakukan Barat terhadap Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah bagian dari perang kaum kafir yang lebih luas terhadap Islam. Dia mengatakan bahwa negara-negara Barat telah melakukan intervensi di negara-negara Muslim dan membunuh umat Islam, dan kemudian melengkapi agresi ini melalui ejekan terhadap Nabi. “Apakah kita tidak punya hak untuk menanggapi agresi para agresor?” tanya Syaikh Rubaish.
Syaikh Rubaish kemudian membahas demonstrasi Barat yang meluas dalam mendukung “kebebasan berbicara” dan orang-orang yang tewas dalam serangan AQAP di Paris bulan lalu. “Apa yang luar biasa,” kata Syaikh Rubaish, “adalah bahwa Anda melihat orang-orang kafir berdiri bersama dan saling mendukung satu sama lain dalam agresi mereka terhadap kaum muslimin dan penghinaan mereka terhadap Nabi (Shalallahu ‘alaihi wa sallam). Mereka mengangkat slogan ‘Kami adalah Charlie’ dalam solidaritas itu dengan kebodohan mereka.”
Bahkan yang lebih mengejutkan bagi Syaikh Rubaish adalah kenyataan bahwa ada sebagian umat Islam yang tampaknya mendukung solidaritas yang tidak pada tempatnya itu. “Solidaritas dengan siapa saja yang telah menyinggung Rasulullah (Shalallahu ‘alaihi wa sallam) dan mendukung mereka, adalah suatu pelanggaran yang mengeluarkan pelakunya dari lingkup Islam,” tegasnya.
“Apa yang tersisa bagi seorang Muslim dari Islam-nya,” tanya Syaikh Rubaish, “jika dia mendukung orang-orang kafir dalam kejahatan mereka terhadap utusan Islam (Shalallahu ‘alaihi wa sallam)?”
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa membela kehormatan Nabi serta “mendisiplinkan orang yang menghujat dirinya” adalah sebuah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu. “Dan semakin mampu seorang hamba,” tegas Syaikh Rubaish, maka “tugasnya semakin besar.”
Syaikh Rubaish menyatakan bahwa orang-orang yang telah menunjukkan solidaritas dengan pelanggaran terhadap Nabi harus “membayar harga tinggi, bagian yang lebih besar dari yang seharusnya ditanggung oleh Perancis.” Kesalahan Perancis dalam hal ini terletak pada kenyataan bahwa mereka telah membuat dunia mendukung staf majalah satir Charlie Hebdo yang telah menyinggung perasaan umat Muslim, kata Syaikh Rubaish.
Ulama AQAP ini juga menyatakan bahwa “beberapa tahun terakhir telah menyaksikan kemunduran peran kepemimpinan Amerika dalam perang melawan Islam,” sehingga Perancis berupaya untuk menempatkan diri sebagai pemimpin baru dalam perang ini.
Syaikh Rubaish menyimpulkan bahwa, “orang-orang kafir harus membayar harga atas agresi mereka terhadap negeri kita dan karena telah menghina Rasul kita (Shalallahu ‘alaihi wa sallam) – harga yang mahal dari segi keamanan dan ekonomi mereka.”
Menurut Syaikh Rubaish, setiap Muslim yang telah menyatakan solidaritas dengan penghinaan terhadap Nabi “akan menanggung apa yang ia terima sebagai hasil dari tindakan pemberani yang mencari kesyahidan dalam mendukung Rasulullah (Shalallahu ‘alaihi wa sallam).”
Syaikh Rubaish menyerukan serangan berikutnya untuk melawan Perancis dan jurnalis Barat yang menghina Nabi. “Perjuangan harus berlanjut,” katanya, “dan setiap serangan harus diikuti dengan [serangan] yang lain, sampai setiap jurnalis tahu bahwa jika dia melakukan serangan terhadap agama Islam, tidak ada surat kabar yang akan menerima dia, dan tidak ada hotel yang akan melindungi dia, dan dia tidak akan menemukan sebidang tanah pun di mana dia bisa tidur nyenyak di atasnya.”
Syaikh menganjurkan peningkatan serangan sebagai cara untuk menekan pihak Barat agar meninggalkan keyakinan mereka dalam kebebasan berbicara “jika itu berarti pelanggaran terhadap kaum Muslimin.” Dia menekankan bahwa jika negara-negara Barat benar-benar mengerti bahwa kejahatan terhadap Islam akan membuat mereka membayar harga yang berat, maka mereka “akan membuat hukum” untuk mencegah dan menghalangi orang menyinggung umat Islam.
Syaikh Rubaish menutup pesan audio ini dengan seruan untuk melancarkan serangan terhadap siapa pun yang tidak menghormati Islam. “Wahai kaum Muslimin, wahai kalian yang mencintai Rasulullah (Shalallahu ‘alahi wa sallam): burulah berkah Allah,” katanya, dalam seruan yang jelas untuk berjihad.
Dia menambahkan bahwa umat Islam harusnya “tidak berunding dengan siapa pun mengenai menewaskan orang yang mengolok-olok Rasulullah (Shalallahu ‘alaihi wa sallam)” dan tidak mengindahkan perkataan ulama Muslim yang melakukan tawar-menawar dengan penguasa duniawi.
(banan/arrahmah.com)