YAMAN (Arrahmah.com) – Mujahidin memproklamirkan Imarah Islam di di provinsi Shabwa pada hari Rabu (14/3/2012), seperti yang dilaporkan komando al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP atau Ansar al-Shariah). Ini adalah Imarah yang ketiga yang didirikan AQAP setelah Imarah Islam di Zinjibar yang dikendalikan oleh Mujahidin dari Imarah Abyan, yang dibebaskan pada Mei 2011, dan Imarah Islam Waqar (sebelumnya Jaar) yang dibebaskan pada Maret 2011, dikutip dari UmmaNews.
Dalam sebuah pernyataan, yang dikeluarkan pada salah satu forum Islam, Komando AQAP melaporkan tentang pendirian Imarah Islam Shabwa. Shabwa adalah provinsi yang kaya dengan sumber daya alam (termasuk minyak dan gas).
Salah satu forum Islam mempublikasikan foto yang menunjukkan bangunan, yang sebelumnya milik pemerintah boneka, sekarang berada di bawah kontrol penuh Mujahidin AQAP.
Selain itu, Mujahidin AQAP sedang mempersiapkan untuk membebaskan ibukota provinsi Hadramaut, kota Al-Mukalla. kementerian dalam negeri rezim Saleh membebaskan bahwa Mujahidin AQAP telah mengembangkan rencana untuk pembebasan Al-Mukalla.
Setidaknya 300 Mujahidin AQAP, termasuk tiga komandan Mujahidin, Ibrahim al-Bana, Qasim al-Rimi (seorang berdarah Mesir), dan Shakir Hamil bersiap akan menyerang fasilitas kota utama rezim Saleh, pangkalan dan bangunan militer, dan perumahan polisi boneka.
Pada (6/3) setelah sholat Zuhr, Mujahidin AQAP menyebarkan di jalanan Al-Mukalla salinan surat ke semua pendukung rezim yang berkuasa meliputi anggota intelijen, keamanan publik, tentara Republik Garda, menyeru mereka untuk bertobat.
Mujahidin menyatakan bahwa jika para boneka tersebut tidak segera bertobat atas kejahatan mereka, mereka akan menghadapi kematian (dibunuh). Bagi mereka yang memutuskan untuk bertobat, nomor kontak disediakan Mujahidin yang diberikan di akhir pernyataan itu dengan nama “Telepon Taubat” untuk mengabari Mujahidin jika hendak bertaubat agar selamat harta dan darahnya.
Madad News Agency menyaksikan bahwa Mujahidin AQAP telah membantu penduduk Zinjibar untuk kembali ke rumah mereka yang sebelumnya ditinggalkan karena gencarnya penembakan dan pemboman. Mayoritas penduduk menginginkan wilayah mereka dikontrol oleh Mujahidin karena keadilan, keamanan, bantuan yang mereka rasakan dibawah kontrol Mujahidin. (siraaj/arrahmah.com)