SUMENEP (Arrahmah.com) – Lagi-lagi makar thogut, kembali lagi dakwah ustadz Abu Bakar Ba’asyir mendapat gangguan dari pihak yang tidak menyukai tegaknya syariat Islam. Safari dakwah Ustad Abu yang berlangsung di Jawa Timur akhir pekan kemarin mendapat halangan dari pihak aparat yang menekan panita dengan ancaman-ancaman apabila dakwah Abu Bakar Ba’asyir tetap dilakukan maka akan ada reaksi penolakan dari “warga-warga”.
Inilah beberapa keterangan di lapangan yang berhasil MuslimDaily himpun :
Hari Sabtu Tanggal 19-12-09 kegiatan dakwah ustadz Abu Bakar Ba’asyir (ABB) dimulai dari kota Mojokerto dan Balongbendo, walaupun semua panitia/takmir didatangi oleh pihak polisi untuk menghalangi jalannya acara dakwah, tapi acara tetap berjalan lancar. Kemudian dilanjutkan perjalanan menuju Madura yang rencana tujuan pertamanya akan mengadakan pengajian di Masjid Gemma Prenduan Sumenep. Akan tetapi ketika ustad sedang di perjalanan menuju lokasi pengajian, Sekretaris Takmir menghubungi ABB melalui telepon selular milik panita yang intinya bahwa Masjid Gemma yang rencananya adalah tempat berlangsungnya pengajian ustadz ABB dibatalkan secara sepihak oleh takmir. Alasannya, atas desakan dewan penasehat takmir masjid Gemma.
Ketika ditanya siapa nama dewan penasehat tersebut, beliau adalah KH. Idris Jauhari Tijani pengasuh pondok pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep. Ketika dikonfirmasi oleh pengurus Jamaah Anshorut Tauhid Sumenep, KH. Idris Jauhari Tijani menceritakan, bahwa dirinya didatangi dari pihak aparat / kepolisian agar pengajian dibatalkan karena adanya persetujuan antara aparat dan PEMDA setempat. Tapi beliau juga masih menyangkal bahwa keputusan pembatalan diserahkan kepada takmir masjid Gemma, tapi anehnya takmir masjid mengakui bahwa pembatalan atas perintah KH. Idris Jauhari Tijani (Dewan Penasehat Takmir).
Versi lain menurut Panitia
Panitia didatangi oleh Kapolsek dan Danramil serta sebagian pengurus masjid bahwa pihak aparat mengatakan kalau pengajian tersebut dipaksakan untuk diadakan maka akan ada demonstrasi dari “warga” yang katanya para pendemo akan membawa (Clurit) senjata tajam.
Di bawah teror yang dilakukan oleh aparat, panitia tetap melangsungkan pengajian di salah satu rumah panitia, yang tentu saja pendengarnya tidak akan sebanyak apabila pengajian tersebut dilaksanakan di masjid seperti pada rencana awalnya. Dan ketika pengajian berlangsung tidak ada kejadian apapun seperti yang ditakut-takutkan oleh aparat kepada takmir. Namun begitu, ustadz Abu tidak pernah takut untuk datang berdakwah dimanapun.
“Jika dakwah Tauhid saja sudah terus dihalagi aparat begini, bagaimana bisa umat ini mendapat pencerahan dari kehidupan yang sudah semakin rusak di Indonesia ini. Jika sudah begini, jangan tanya lagi kalau nanti adzab dari Allah turun di bumi Indonesia”. (muslimdaily/arrahmah.com)