Jika memang validitas sebuah riwayat bisa diketahui, maka menyusun kitab shahih sangat mudah. Caranya dengan memisahkan riwayat yang shahih dari yang dhaif dan mengumpulkannya dalam satu buku. Namun memang ulama syi’ah sangat berkepentingan untuk mengambangkan masalah ini, mereka tidak mau menyusun kitab yang isinya riwayat shahih, mengapa? Simak selengkapnya
Penganut syi’ah harus menyadari bahwa Ulama yang selama ini diikuti tidak ingin dan memang mereka tidak bisa untuk menyusun sebuah buku yang memuat hadits shahih yang bersambung sanadnya pada keluarga Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam], hal ini sangat berbahaya, karena saat ulama syi’ah membius akal pengikutnya dengan kata-kata [dalam syi’ah tidak ada kitab hadits yang seluruh isinya shahih], mereka tidak sadar bahwa pernyataan di atas mengandung banyak konsekuensi yang berbahaya, yang tidak disadari oleh penganut syi’ah yang awam, sebagai ungkapan rasa kasih sayang kami pada pwnganut syi’ah yang awam, kami akan menjelaskannya di bawah ini:
Karena memang syi’ah tidak memiliki kitab hadits yang seluruh isinya disepakati sebagai shahih maka sebenarnya ulama syi’ah sedang membuktikan bahwa mereka benar-benar tidak akan bisa menyusun kitab seperti itu. karena memang ajaran syi’ah adalah ajaran buatan manusia yang berubah dan berkembang sesuai tempat dan waktu, ajaran yang dianggap sesat oleh ulama syi’ah masa lalu bisa menjadi ajaran yang diterima oleh syi’ah sekarang. Sepertinya ini adalah bukti kebenaran ayat Al Qur’an :
Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. 4:82)
Adanya pertentangan dan kontradiksi membuktikan bahwa ajaran syi’ah bukanlah dari Allah.
Ulama syi’ah memang tidak ingin menyusun kitab yang memuat riwayat shahih dari keluarga Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam], ini satu bukti mereka takut akan hal itu, karena jika mereka menyusun kitab itu maka mazhab syi’ah akan ketahuan belangnya. Karena khayalan-khayalan yang selama ini dianggap nyata akan hilang dan kembali menjadi khayalan, seperti kisah tulang rusuk Fatimah yang patah, sahabat yang membakar rumah Fatimah, begitu juga kisah kelahiran imam mahdi serta proses menghilangnya imam mahdi hingga kini, begitu juga tuduhan mereka pada para sahabat akan lenyap. Para sahabat Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam] adalah lulusan pendidikan Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam] yang maksum dan dibimbing langsung oleh Allah, bagaimana mungkin Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam] yang maksum salah memilih sahabatnya?
Sebagaimana yang dilakukan oleh ulama sunni seperti Ibnul Jauzi yang mengumpulkan hadits-hadits palsu dalam sebuah kitab diberi judu Al Maudhu’at, mestinya ulama syi’ah juga bisa mengumpulkan riwayat syi’ah yang ternyata palsu supaya riwayat shahih tidak tercampur dengan yang palsu, agar ajaran agama yang valid menjadi jelas. Dengan itu pula ulama syi’ah membantu orang awam yang ingin tahu tentang ajaran ahlulbait yang asli, juga agar bisa membantah ahlussunnah yang menemukan kontradiksi pada kitab literatur syi’ah, tetapi ulama syi’ah tidak akan pernah mau menyusun kitab seperti itu, sebagaimana mereka tidak mau mengumpulkan hadits shahih dan mengumpulkannya dalam satu kitab, karena semuanya akan berujung pada akibat yang sama, terbongkarnya kebatilan madzhab syiah.
Apakah para imam syi’ah bisa menerima kenyataan bahwa pengikut mereka tidak bisa menyusun kitab yang berisi sabda-sabda mereka yang shahih, paling tidak sebagai bukti kesetiaan pengikut pada imam-imamnya, dengan menjaga warisan-warisan apra imam agar tidak terkontaminasi dari para penipu yang ingin memanfaatkan nama besar mereka. Sekarang ini sangat sulit diketahui mana yang benar-benar sabda para imam dan mana yang hasil gubahan dari para oportunis yang ingin memanfaatkan para imam untuk tujuan pribadi masing-masing. Akhirnya para pengikut tidak bisa menemukan mana sabda imam yang benar-benar asli.
Akhirnya kita bertanya, mengapa kaum syi’ah mewajibkan orang untuk mengikuti sebuah mazhab yang tidak memiliki kitab yang berisi riwayat shahih dari para imam keluarga Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam], yang tidak lagi memerlukan ijtihad ulama karena berasal dari sabda para imam itu sendiri, yang mana dengan itu kita bisa mengetahui syareat-syareat para imam, juga kitab itu bisa dijadikan pedoman untuk para pengikut imam di seluruh penjuru bumi. Jika memang semua masalah agama tergantung pada para mujtahid dan tidak ada keterangan sama sekali dari para imam, kita perlu bertanya ulang dan berpikir, sebenarnya kita mengikuti mujtahid atau para imam? Akhirnya penganut syi’ah hanya mengikuti mujtahid tanpa pernah bisa tahu mana sabda imam yang benar-benar asli sabda imam. Padahal ulama dan temen-temen syi’ah telah “berbusa-busa” menjelaskan pada umat tentang kewajiban untuk mengikuti para imam yang maksum, tetapi dalam kenyataan yang mereka ikuti adalah para mujtahid yang sama sekali bukan maksum.
Jika memang benar penganut syi’ah tidak bisa menyaring mana yang benar-benar sabda imam, maka mengikuti imam adalah sesuatu yang tidak mungkin dilakukan, apa yang tidak mungkin dilakukan tidak mungkin pula diwajibkan oleh Allah, karena bagaimana Allah bisa mewajibkan manusia untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan? Jika kita melihat ada ayah yang menyuruh anaknya yang berusia dua tahun untuk membangun rumah, maka kita katakan ayah itu gila, karena menyuruh si anak untuk melakukan sesuatu yang mustahil bisa dilakukan.
Apakah kenyataan tidak adanya kitab yang shahih adalah sebuah kesengajaan untuk menjauhkan umat [tanpa mereka sadari] dari ahlulbait dan menggiring mereka untuk mengikuti para mujtahid. Maka sebenarnya kaum syi’ah saat ini adalah pengikut para mujtahid syi’ah [yang sama sekali bukan maksum] bukannya pengikut para imam syi’ah. Para ulama syi’ah hari ini mengatakan bahwa syi’ah tidak memiliki kitab yang isinya riwayat shahih dari para imam, karena pintu ijtihad selalu terbuka. Kita pun bertanya di sini, apa sebenarnya manfaat ijtihad? Bukankah kita sudah cukup dengan mengikuti para imam yang maksum? mengapa para ulama syi’ah merasa khawatir jika penganut syi’ah hanya bertaqlid kepada para imam? Karena fakta yang ada dari kehidupan keluarga Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam] bertolak belakang dengan apa yang didoktrinkan ulama syi’ah kepada pengikutnya, dan ini sesuai dengan apa yang ada dalam kitab-kitab syi’ah, di mana tercantum bahwa para imam memuji sahabat dan kenyataan lain yang membuktikan adanya hubungan kasih sayang yang terjalin antara sahabat Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam] dan para imam ahlulbait, sebuah kenyataan yang tidak disukai oleh seluruh ulama syi’ah. Jika ada kitab yang isinya shahih dalam mazhab syi’ah, penganut syi’ah akan mendapati dalam kitab itu riwayat bahwa Ali membaiat tiga khalifah sebelumnya, tidak hanya berbaiat tapi juga mendukung dan membantu mereka, demi Allah jika memang Ali memiliki hak maka dia tidak akan meninggalkan hak itu, sedangkan kita sudah tahu siapa Ali, mereka akan menemukan bahwa Hasan bin Ali bin Abi Thalib melengserkan diri dari jabatan khalifah dan menyerahkannya pada Muawiyah, dua hal ini, yaitu Ali yang berbaiat pada khalifah sebelumnya dan Hasan yang menyerahkan jabatan khalifah pada Muawiyah, adalah dua peristiwa yang menggugurkan sebuah prinsip yang terpenting dalam mazhab syi’ah, yaitu ajaran imamah, yang imam yang maksum membantah prinsip imamah dan membuktikan secara nyata bahwa imamah bukan salah satu ajaran pokok agama, karena figur seperti Ali dan Hasan tidak mungkin meninggalkan ajran agama yang terpenting, dan mereka tidak mungkin menjadi penipu dan berpura-pura [bertaqiyah], tetapi ketika mereka meninggalkan jabatan khalifah ini adalah bukti nyata bahwa penunjukan [nash] bagi mereka memang tidak ada, maka bisa dikatakan bahwa Ali dan Hasan membantah apa yang diyakini oleh orang awam syi’ah yang selama ini ditipu oleh ulama yang memang tidak menginginkan orang awam untuk menjadi pengikut ahlulbait yang sebenarnya, tetapi ulama itu menginginkan orang awam agar mengikuti ulama dengan setia ketika ulama itu menyelisih ahlul bait, dengan menciptakan permusuhan dan kebencian antara sahabat Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam] yang mulia dan keluarga Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam], karena ada kebencian di hati para ulama syi’ah pada para sahabat Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam] yang dipuji oleh Allah dan RasulNya.
Maka anda jangan mengharap munculnya kitab yang seluruh isinya adalah riwayat shahih dari ahlulbait, dan kondisi ini sudah berlalu lebih dari seribu tahun, kita lihat ajaran syi’ah belum sempurna dan menunggu sampai sempurna, agar ulama syi’ah dapat menulis kitab yang isinya riwayat shahih dari Nabi [Shallallahu Alaihi Wa Sallam] dan keluarganya.