Oleh Umar Syarifudin (pengamat politik Internasional)
Arrahmah.com – Kunjungan kehormatan Wapres Amerika Serikat Mike Pence ke Indonesia pada Kamis (20/4) dijelaskan untuk meningkatkan kerja sama bilateral antara AS dan Indonesia. Dikutip dalam siaran resmi dari Kemlu pada Kamis (20/4) Menurut Presiden Jokowi, dirinya dan Wakil Presiden AS telah membahas sejumlah isu, baik bilateral maupun internasional. Yang pertama, komitmen Amerika untuk meningkatkan strategic partnership dengan Indonesia akan fokus kepada bidang-bidang kerja sama dan investasi.
“Bulan depan akan ada tim yang membahas mengenai pengaturan perdagangan dan investasi bilateral berdasarkan prinsip-prinsip win-win solution,” kata Presiden. Yang kedua, lanjut Presiden, sebagai negara muslim terbesar di dunia dan sebagai negara demokrasi ketiga terbesar di dunia, Indonesia sepakat untuk menguatkan kerja sama di bidang perdamaian.
Catatan di situasi kritis
Ini buruk, Amerika bicara perdamaian, sementara pasokan senjatanya telah digunakan untuk membantai banyak jiwa yang tak berdosa. Tangan Rezim Amerika bersimbah darah, Arogansi, kehipokritan, oportunisme dan promosi kapitalisme oleh pemerintah Amerika yang diwakili Mike Pence saat berkunjung di Indonesia sedang mengatur napas. Meskipun debu-debu masih menjulang di negeri-negeri yang ditindas. Pertanyan selanjutnya, apakah Mike Pence telah datang untuk melihat apakah pemerintah Indonesia masih melayani agenda Amerika Serikat seperti yang telah dilakukan oleh rezim-rezim lainnya?
Dengan segala perangkat kapitalisnya, Pemerintah AS selalu berupaya melebarkan sayap mereka ke negara-negara lain. Dengan cara itulah, negara AS selalu mencari cara untuk mempertahankan dominasi di dunia dan terus melanjutkan agenda eksploitasi kapitalisnya. Lepasnya Timor Timur dari Indonesia, langsung atau tidak langsung adalah peran Amerika, di samping kezaliman penguasa Indonesia. Meskipun kerap menyatakan mendukung integrasi Papua dan Aceh, secara diam-diam AS menciptakan pra kondisi disintegrasi Papua dan Aceh dengan berbagai cara.
Ketika Pence mengatakan “Di negara Anda dan saya, agama mempersatukan, tidak memecah belah. Dan itu memberikan harapan bagi kita untuk masa depan,”, tentu kontraproduktif dengan kebijakan politik Amerika yang penuh kebencian. Sikap munafik AS mereka pada isu-isu Islam, aktivis Islam, kebebasan, demokrasi dan kediktatoran, adalah karena pemerintahan Islam yang sesungguhnya akan mengakhiri cengkraman kolonial Barat yang terus-menerus atas negara-negara Muslim, dan mengakhiri penggunaan lembaga-lembaga internasional supaya mereka tetap menjadi negara-negara yang kuat dengan mengorbankan negara-negara lain.
Masyarakat harus waspada terhadap Penguasa Amerika yang jelas sebagai muhariban fi’lan ,yaitu negara kafir yang secara nyata-nyata memerangi umat Islam itu. Dia datang dengan kata-kata manis untuk menutupi ambisi telanjangnya untuk mempengaruhi dan mengeksploitasi wilayah yang sangat strategis, Indonesia. Amerika tidak segan-segan menggunakan kekuatan militer, politik dan ekonominya melakukan perampokan kekayaan negeri-negeri Islam. Berbeda dengan Irak yang dirampok dengan jalan militer, di Indonesia eksploitasi SDA dilakukan atas nama pasar bebas, investasi asing, dan pembangunan. Kekayaan alam negeri Islam termasuk Indonesia yang seharusnya digunakan semaksimal mungkin untuk kepentingan rakyat, bukan untuk Amerika.
Imam as Syafi’I dalam kitab al Umm juz IV menjelaskan secara rinci sikap kita seharusnya terhadap muhariban fi’lan yang masuk dalam kategori ahlul harb. Dengan tegas Imam Syafi’I menyatakan, Ahlul Harb dilarang datang ke negeri Muslim untuk berdagang apapun alasannya. Kalau mereka masuk tanpa jaminan keamanan (al aman) dan risalah (sebagai duta), maka harta mereka boleh dirampas, mereka harus dikembalikan ke negeri mereka dan tidak boleh melenggang di negeri kaum Muslimin.
Amerika harus didudukkan sebagai negara musuh, diharamkan melakukan hubungan apapun dengan negara musuh baik ekonomi, politik, budaya, maupun militer. Diharamkan pula untuk menerima pemimpin negara musuh. Ia datang bukan untuk berdamai dan menghentikan perang dan penjajahannya terhadap umat. Kedatangannya justru untuk mengokohnya imperialisme di Indonesia. Hendaknya masyarakat berhati-hati dengan tawaran beracun AS. Kebebasan dan demokrasi hanyalah kamuflase untuk menutupi tangan-tangan penjajahan dari kekuatan Barat.
Kita semua menginginkan negeri ini merdeka secara hakiki, kemerdekaan hakiki hanya akan datang dengan memutus hubungan dengan negara barat kapitalis dan melindungi proses politik dari pengaruh mereka dalam bentuk apapun. Ini hanya akan datang melalui sistem Khilafah Islam, yang akan secara konstitusional mencegah pengaruh jaha, termasuk pengkhianatan dan korupsi. Saatnya masyarakat membangun pemerintahan yang benar-benar bertanggungjawab yang dipilih oleh rakyat dan mengakhiri ketidakadilan di dunia muslim yang telah menderita selama beberapa dekade ini.
(*/arrahmah.com)