(Arrahmah.com) – Para ulama berbeda pendapat tentang diharuskankan atau tidaknya berwudhu ketika ingin menyentuh mushaf Al Qur’an, ada ulama yang mengharuskan wudhu bagi orang berhadats kecil yang ingin menyentuh mushaf Al Qur’an dan ada juga yang tidak mengharuskan. Penyebab perbedaan ini adalah perbedaan mereka dalam memahami kata المطهرون dan لا يمسه dalam Al Qur’an surah Al Waqi’ah ayat: 79.
لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ
“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.” (QS. Al Waqi’ah: 79)
Mereka yang mengharuskan wudhu memaknai Al Mutahharun sebagai manusia dan kata La Yamassuhu sebagai larangan dan bukan hanya sekedar khabar, adapun mereka yang tidak mengharuskan wudhu beranggapan bahwa yang dimaksud dengan Al Mutahharun dalam ayat itu adalah malaikat dan La Yamassuhu menurut mereka hanya sekedar khabar (pemberitahuan) saja. Bukan hanya itu, perbedaan ini juga disebabkan oleh perbedaan mereka dalam menilai hadits:
أن لا يمس القرآن إلا طاهر
“Tidaklah seseorang menyentuh al qur’an kecuali dalam keadaan suci.” (HR Malik dan yang lain)
Apakah hadits ini dapat dijadikan hujjah atau tidak, mereka yang mensyaratkan wudhu menilai hadits ini derajatnya hasan li ghairihi dan dapat dijadikan hujjah, adapun mereka yang tidak mensyaratkan wudhu menilai hadits ini lemah dan tidak dapat dijadikan hujjah.
Sebelum menyebutkan pendapat ulama madzhab ada baiknya kita mengetahui definisi mushaf, mushaf secara bahasa adalah kumpulan lembaran yang berisi tulisan dan diapit dua sampulnya, adapun mushaf dalam sitilah para ulama adalah apa saja yang ditulis di atasnya kalamullah (Al Qur’an) yang berada dalam dua sampulnya.
Seperti yang penulis sebutkan di atas, bahwa dalam masalah ini cuma ada dua pendapat, pendapat mayoritas ulama yang mengharuskan wudhu dan pendapat yang membolehkan tanpa wudhu, tapi dalam hal ini penulis akan menyebutkan pendapat para ulama berdasarkan madzhab, berikut pendapat mereka:
1. Madzhab Hanafi
Para ulama hanafiyah berpendapat bahwa tidak boleh menyentuh mushaf al qur’an kecuali dalam keadaan berwudhu.
Imam Al Kasani (w 587 H) dari madzhab hanafi di dalam kitabnya Bada’i As Shana’i Fi Tartib As Syara’i mengatakan:
فللحدث أحكام، وهي أن لا يجوز للمحدث أداء الصلاة لفقد شرط جوازها، وهو الوضوء قال – صلى الله عليه وسلم – «لا صلاة إلا بوضوء» ، ولا مس المصحف من غير غلاف عندنا
Ada beberapa hukum yang berkaitan dengan hadats kecil yaitu tidak boleh bagi orang yang berhadats kecil melakukan sholat karena ketiadaan syarat bolehnya, yaitu wudhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “tidak sah sholat kecuali dengan wudhu”, dan tidak boleh menyentuh mushaf Al Qur’an tanpa tempatnya dalam madzhab kami. [1]
Imam Al Marghinani (w 593 H) dari madzhab yang sama dalam kitabnya Al Hidayah Syarah Bidayah Al Mubtadi juga menyebutkan hal serupa:
وكذا المحدث لا يمس المصحف إلا بغلافه
Begitu juga orang yang berhadats kecil tidak boleh menyentuh mushaf kecuali dengan tempatnya. [2]
2. Madzhab Maliki
Para ulama malikiyah berpendapat bahwa tidak boleh bagi orang yang berhadats menyentuh mushaf Al Qur’an secara sengaja, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Imam Ibnu Abd Al Barr (w 463 H) dari madzhab maliki di dalam kitab Al Kafi Fi Fiqhi Ahli Al Madinah mengatakan:
وأما المصحف فلا يمسه أحد قاصدا إليه مباشرا له أو غير مباشر إلا وهو على طهارة
Mushaf tidak boleh disentuh oleh siapa pun dengan sengaja baik secara langsung atau pun tidak kecuali dalam keadaan suci. [3]
Imam Ar Ru’iyni (w 954 H) dari kalangan malikiyah dalam kitabnya Mawahib Al Jalil Fi Syarhi Mukhtashar Khalil mnyebutkan:
يعني أن المحدث يمنع من مس المصحف، هذا مذهب الجمهور
Maksudnya adalah orang yang berhadats dilarang menyentuh mushaf Al Qur’an, dan ini adalah madzhab jumhur. [4]
3. Madzhab Syafi’i
Para ulama syafiiyah berpendapat bahwa tidak boleh bagi orang yang berhadats menyentuh mushaf Al Qur’an.
Imam An Nawawi (w 676 H) dari madzhab syafii didalam kitabnya Raudhah At Thalibin Wa ‘Umdah Al Muftin mengatakan:
يحرم على المحدث جميع أنواع الصلاة، والسجود، والطواف، ومس المصحف
Haram bagi orang yang berhadats melakukan semua jenis shalat, sujud, thawaf dan menyentuh mushaf. [5]
Imam Ibnu Hajar Al Haitami (w 974 H) dari madzhab syafii dalam bukunya Al Minhaj Al Qawim menyebutkan:
ويحرم بالحدث الصلاة إجماعًا ونحوها كسجدة تلاوة وشكر وخطبة جمعة وصلاة جنازة. والطواف, ولو نفلا لأنه صلاة كما في الحديث ،وحمل المصحف ومس ورقه وحواشيه وجلده المتصل به
Haram ketika sedang berhadats melakukan shalat secara ijma’ dan hal yang sejenisnya seperti sujud tilawah, sujud syukur, khutbah jum’at, shalat jenazah, thawaf sekalipun sunnah seperti terdapat dalam hadits, dan membawa mushaf, menyentuh kertasnys, hasyiyahnya serta covernya yang menyatu. [6]
4. Madzhab Hanbali
Para ulama hanabilah berpendapat sama seperti tiga madzhab sebelumnya bahwa tidak boleh menyentuh mushaf Al Qur’an kecuali dalam keadaan suci.
Al Muwaffaq Ibnu Qudamah (w 620 H) dari madzhab hanbali di dalam kitabnya Al Mughni menyebutkan:
ولا يمس المصحف إلا طاهر يعني طاهرا من الحدثين جميعا
Tidak boleh menyentuh mushaf kecuali dalam keadaan suci, suci dari hadats kecil dan besar. [7]
Syaikh Al Islam Ibnu Taymiyyah (w 728 H) dari madzhab hanbali di dalam buku beliau Majmu’ Fatawa menyebutkan pendapat jumhur ulama dalam masalah ini:
مذهب الأئمة الأربعة أنه لا يمس المصحف إلا طاهر كما قال في الكتاب الذي كتبه رسول الله صلى الله عليه وسلم لعمرو بن حزم: أن لا يمس القرآن إلا طاهر
Madzhab imam empat adalah tidak boleh menyentuh mushaf kecuali dalam keadaan suci sebagaimana tertulis dalam surat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang dikirim ke ‘amar bin hazm: “bahwa tidaklah seseorang menyentuh mushaf kecuali dalam keadaan suci.” [8]
5. Madzhab Dzahiri
Ulama dzahiriyah berpendapat berbeda dengan jumhur ulama empat madzhab, mereka berpendapat bahwa tidak diharuskan berwudhu untuk menyentuh mushaf Al Qur’an, menurut mereka orang yang berhadats baik hadats kecil atau pun hadats besar boleh menyentuh Al Qur’an tanpa harus bersuci terlebih dahulu.
Ibnu Hazm (w 456 H) dari madzhab dzhiri dalam kitab Al Muhalla Bi Al Atsar mengatakan:
وقراءة القرآن والسجود فيه ومس المصحف وذكر الله تعالى جائز، كل ذلك بوضوء وبغير وضوء وللجنب والحائض
Membaca Al Qur’an, sujud tilawah, menyentuh mushaf serta berzikir boleh, semuanya boleh baik berwudhu atau tidak, dan boleh bagi orang junub dan haidh.[9]
Demikian pendapat ulama dalam masalah ini, mereka yang mengharuskan wudhu berdalil dengan ayat dan hadits di atas, sedangkan orang-orang dzahiri beranggapan bahwa tidak ada dalil yang mewajibkan wudhu, adapun ayat di atas menurut mereka tidak menunjukkan keharusan berwudhu dan hadits yang digunakan sebagai dalil oeh jumhur ulama dalam pandangan mereka tidak bisa dijadikan hujjah karena diriwayatkan lewat tulisan (mushahhafah).
Allahu ‘alam
Oleh: Ustadz Muhamad Amrozi
———————-
[1] Al Kasani, Bada’i As Shana’i Fi Tartibi As Syara’i jilid 1 Hal 33
[2] Al Marghinani, Al Hidayah Syarah Bidayah Al Mubtadi jilid 1 Hal 33
[3] Ibnu Abd Al Barr, Al Kafi Fi Fiqhi Ahli Al Madinah jilid 1 Hal 172
[4] Ar Ru’iyni, Mawahib Al Jalil Fi Syarhi Mukhtashar Khalil jilid 1 Hal 303
[5] An Nawawi, Raudhah At Thalibin Wa ‘Umdah Al Muftin jilid 1 Hal 79
[6] Ibnu Hajar Al Haitami, Al Minhaj Al Qawim Hal 38
[7] Ibnu Qudamah, Al Mughni jilid 1 Hal 108
[8] Ibnu Taymiyyah, Majmu’ Fatawa jilid 21 Hal 266
[9] Ibnu Hazm, Al Muhalla Bi Al Atsar jilid 1 Hal 94
(kampussyariah/arrahmah.com)