Ditulis oleh : Dr Iyad Al-Qunaibi (hafizahullah)
(Arrahmah.com) – Kita menyaksikan banyak pembantaian orang-orang kafir terhadap umat Islam, dari Indonesia ke Bosnia, Chechnya, Turkestan, Afghanistan, Burma, Ahwaz, Irak, Suriah dan Lebanon selatan, Palestina, Mesir, Somalia, Nigeria dan Republik Afrika Tengah, Mali dan lain-lain. Dan saat ini Gaza kembali dibantai. Setiap kali itu juga, kaum Muslimin, memberontak secara emosional dan mengekspresikan kesedihan, kita saling bertukar gambar dengan komentar sedih, mengutuk orang-orang kafir dan sekutu mereka, menulis puisi yang mewakili perasaan kita, puisi itu bervariasi antara kesedihan dan kegembiraan, putus asa dan harapan, kemarahan dan ketakutan, kepura-puraan dan bahkan kadang tak jarang menjual tragedi kaum Muslimin untuk mencari ketenaran! Semua ini tidak bisa mengembalikan nyawa mereka ke jasad-jasad mereka yang telah terkubur di bawah tanah, atau tidak bisa mengganti siapa pun dari ratusan anak yatim yang kehilangan kasih saying dari ayah dan ibu mereka, dan tidak bisa mengembalikan kaki yang diamputasi atau mata yang buta karena pemboman, dan tidak bisa membalas serangan musuh.
Setiap kali kaum muslimin tertimpa musibah, perasaan simpati dan dendam mengisi hati kita, namun, sementara penderitaan kaum muslimin tetap berjalan dan terus menimpa mereka, rasa sedih dan emosional kami semakin habis namun tidak mencapai perubahan yang signifikan pada diri kita sendiri, kita tetap menjadi pribadi yang sama, yang selalu memanjakan diri dengan dosa! Wanita muslimah yang kemarin meneteskan air mata dengan tulus untuk Gaza, sekarang kembali berdandan dengan dandanan yang menyebabkan fitnah kepada pemuda Muslim, sementara lainnya kembali memilih anggota parlemen yang akan mengesahkan undang-undang yang memberatkan mereka yang berpikir untuk membantu saudara-saudara mereka yang tertindas! Para pedagang terus membeli produk Zionis, dan ketika ditanya, dia akan menjawab: “Apa yang harus saya lakukan?” begitu juga seorang insinyur bertanya, apakah boleh jika bekerja pada sebuah proyek untuk membangun sebuah pangkalan militer Amerika atau pusat pelatihan bagi pasukan Amerika atau sekutu mereka, dan dia akan berdalih: “Jika saya tidak mengambil pekerjaan itu, orang lain pasti akan mengambilnya.” Sementara pemilik usaha, menunjukkan kemunafikan, dengan menghias tempat usaha mereka dengan potret para penguasa negara yang selama ini menjadi pelindung Zionis, sementara mereka tahu bahwa pemerkosa tidak akan mampu untuk memperkosa seorang gadis suci jika ia tidak memiliki penjaga yang handal (bermaksud sarkasme)! Para pemilik toko dan mal memasang gambar tidak senonoh yang menyebabkan fitnah kepada pemuda Muslim dengan alasan ingin memajukan bisnis mereka! Remaja Muslim kembali menonton film-film yang menampilkan pornografi, sedangkan mereka sepenuhnya tahu bahwa musuh mereka menggunakan hawa nafsu mereka sebagai kekang untuk menguasai dan mengarahkan mereka! mereka kembali menghabiskan hari-hari dan tahun-tahun yang berharga dari hidup mereka dengan melakukan hal yang sia-sia, bukannya dipergunakan untuk mempelajari pengetahuan agama yang akan menguntungkan mereka dan tanpanya umat Islam tidak akan pernah bangkit lagi.
Sebagian besar orang jenis tersebut, pada kenyataannya, sangat sedih dan tertekan. Mereka selalu untuk mengutuk Zionis Israel akan tetapi di satu sisi, merekalah yang mendukung agresi Zionis Israel dengan menggunakan produk-produk Zionis dan sekutunya, Dan mungkin mereka berulang kali mendesah berdoa kepada Allah agar kaum muslimin yang sedang dizalimi diringankan bebannya. Tak bisa dipungkiri bahwa kemarahan media dan kemurkaan rakyat bisa membantu dalam mengurangi kezaliman ini. Dan saya tidak mencoba untuk meremehkan simpati umum untuk saudara-saudara kita. Yang saya katakan, bagaimanapun, adalah bahwa sekedar perasaan saja sama sekali tidak cukup. Situasi ini cukup mirip dengan kasus di mana saudara-saudara kita yang mengalami penyiksaan di dalam tahanan, dan yang kita tawarkan hanyalah simpati dan keinginan untuk membebaskan mereka. Tapi kita tidak bisa membebaskan mereka; karena kita sedang dibanjiri dengan kendala dan hambatan, dibanjiri dengan kebodohan dan hawa nafsu, dan dibanjiri dengan penyakit hati (al wahn), jiwa dan hati kita juga terjajah, begitu juga tanah kita. Hal ini mungkin akibat dari dukungan kita dan wala’ kita dengan orang-orang zalim, sehingga Allah tempatkan kita dalam kesulitan dan kesusahan ini, dan memberikan kekuasaan kepada orang-orang yang zalim. Memang saat ini tampaknya penguasa-penguasa kafir yang menjadi penyebab begitu banyak penderitaan, saya katakan, bahwa mereka hanya manifestasi, namun penyebab yang paling mendasar adalah dosa-dosa kita sendiri! Para penguasa zalim dan kafir akan membiarkan kalian menangis, menangis dan marah, dan paling banter kalian melakukan demo, para penguasa itu tidak takut akan tindakan kalian karena mereka merasa aman dan mengetahui bahwa kalian akan berhenti menangis dan marah setelah kesedihan Anda hilang.
Dalam keadaan kita yang sangat menyedihkan saat ini, ketika kita mengatakan bahwa kita harus menyingkirkan hambatan-hambatan tersebut (terutama, dosa-dosa kita sendiri!), mereka selalu bertanya-tanya: “Hambatan yang mana? saudara kita dibantai, kita perlu mencari solusi.” Nah, selama keadaan yang menyedihkan sebelumnya, berapa kali pertanyaan ini diulang? Apakah ada solusi yang muncul? Jawapannya, tidak, tidak akan ada solusi yang didapatkan selama kita belum menyingkirkan hambatan-hambatan tersebut. Suka atau tidak, hambatan-hambatan ini tidak akan secara ajaib menghilang dalam periode yang sebentar. Selama revolusi terakhir, umat Islam hanya mengamuk, tetapi tidak memiliki kesadaran yang cukup. Dan apa akibatnya? Orang-orang kafir berhasil menunggangi revolusi tersebut. Selain itu, mereka berhasil membuat kaum muslimin saling berperang satu sama lain.
Apa yang kita lakukan? Apakah cukup kita hanya hidup dalam pengasingan mencari pengetahuan, dan hanya beribadah? Jika kita membaca hadist Nabi SAW, maka kita akan mengerti bahwa Nabi SAW bersabda: “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, berkasih sayang, dan saling berempati bagaikan satu tubuh, jika salah satu anggota tubuh itu sakit, maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (H.R Muslim)
Saudara-saudara! Kita harus mengetahui satu hal, bahwa apabila ada seorang saja dari kaum Muslimin yang menderita, maka kita semua akan diminta pertanggung jawaban kelak di hari Kiamat. “Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka, tetapi Allah hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain” (Q,S: Muhammad 47: 4)
Apa yang harus kita lakukan adalah mengubah emosi kemarahan yang mendidih ini menjadi kekuatan yang positif seperti mobil yang didorong oleh mesin berbahan bakar. Bahan bakar ini berbahaya, bisa membakar mobil jika ia keluar dari tankinya. Demikian pula, berapa banyak dari kita yang menderita dan marah atas penderitaan umat Islam kemudian kemarahan itu malah berubah menjadi ketidak percayaan dan keragu-raguan kepada Allah dan takdir, dan mulai mengatakannya pada diri sendiri dan orang lain, sehingga yang terjadi adalah dia hanya menambahkan penderitaan umat Islam. Namun, jika kita berhasil memanfaatkan keadaan emosi dan kemarahan kita dengan suatu hal yang positif, maka kita akan berhasil keluar dari hambatan dan kendala tersebut. Mungkin saja ada yang mengatakan “Ini adalah tanggung jawab kita yang sebenarnya, dan solusinya tidak lain adalah Jihad.” Adikku sayang, tidak ada yang membantah bahwa ini adalah yang terbaik yang bisa dilakukan. Tetapi kalian tidak mampu untuk melakukan, apa yang akan kalian lakukan? Tidak ada sama sekali! Protes ini sekedar protes, tanpa diikuti oleh perubahan dari diri kalian sendiri.
Sekaranglah saatnya kita membuat perubahan sejati dalam diri kita sendiri:
-
Berapa banyak wanita muslimah yang akan mengatakan: demi mendukung Gaza, saya akan mewajibkan diri untuk memakai hijab yang sesuai syar’i.
-
Berapa banyak kaum muslimin yang akan mengatakan: demi mendukung Gaza, saya akan mewajibkan diri untuk solat lima waktu.
-
Berapa banyak kaum muslimin yang akan memutuskan untuk menarik uang mereka dari rekening riba mereka, demi mendukung Gaza.
-
4. Berapa banyak kaum muslimin yang akan mengatakan: demi mendukung Gaza, saya akan mulai mengajarkan anak-anak saya ilmu agama (Dengan cara ini, generasi Sholahuddin akan muncul).
-
Berapa banyak kaum muslimin yang akan mengatakan: demi mendukung Caza, saya akan membuat kegiatan keagamaan untuk anak-anak di lingkungan saya selama liburan musim panas, bukannya membiarkan mereka tenggelam dengan narkoba dan bermalas-malasan dan bahkan kadang melakukan tindakan syirik! Ini adalah tragedi yang lebih buruk dari Gaza!
-
Berapa banyak akan mengatakan: demi mendukung Gaza, saya akan berhenti merokok, dan sebagai gantinya, akan menginfakkan uangnya kepada keluarga yang membutuhkan, semoga Allah memberi rahmat-Nya kepada kita karena menyayangi orang lain, bukankah Allah Maha Penyayang akan menaruh belas kasihan-Nya atas mereka yang membantu sesama?
-
Berapa banyak orang yang akan mengatakan: demi mendukung Gaza, saya akan menurunkan foto penguasa zalim yang saya gantung di toko atau kantor saya, karena saya tidak akan meninggikan mereka, sementara mereka adalah mitra dalam kejahatan terhadap kaum muslimin.
Jadi, apakah kita akan melakukan beberapa hal ini? Atau, kita akan terus berada dalam kemarahan sesaat, sementara saudara-saudara kita terkubur dalam tanah dan kita kembali menjadi sosok yang tidak memerhatikan mereka seperti sebelumnya.
(muqawamah.com/arrahmah.com)