JAKARTA (Arrahmah.com) – Di sela-sela acara Konferensi Media Islam Internasional (KMII) ke-2 yang diadakan di Jakarta, 12 – 16 Desember, Arrahmah.com mewawancarai peserta dari media Islam mainstream nasional untuk mendapatkan gambaran bagaimana pendapat mereka tentang acara akbar ini, apakah sudah cukup merepresentasikan orientasi dan aspirasi media Islam itu sendiri. Berikut hasilnya!
Albertha Furqon, Redaktur EraMuslim.com
Tanggapan Anda terhadap acara ini?
Dari pertama pembukaan acara ini dibuat ada keanehan, seharusnya media Islam yang diundang, tetapi panitia sudah mengumumkan bahwa acara ini bukan hanya media Islam yang diundang melainkan juga semua komponen yang diundang. Yang Aneh judulnya kan sudah Konferensi Media Islam International serta dari topik-topik pembicaraannya juga tentang media Islam, itu satu keanehannya.
Dan Lucunya lagi, dari pembicaranya tidak ada dari media Islam, dalam konteks Jurnalis Media Islam, seperti kita tidak dianggap, seperti Eramuslim, Arrahmah.com, dan lainnya. Padahal jika mereka mau mengkaji secara IT, kitakan bisa melihat mana media Islam yang secara “trafik” menjadi bacaan umat.
Kemudian ada lagi keanehan di situ, tidak ada definisi yang baku tentang media Islam, media Islam itu apa? Kalau hanya definisinya mengumpulkan jurnalis Muslim, ya jangan bawa nama media Islam, atau konferensi media Islam Internasional. Contoh kasus saja, kalau mereka betul-betul mau membawa nama media Islam, seharusnya mereka mengundang situs dunia Islam terbesar di dunia seperti On Islam atau Islam Online. Perwakilannya diundang sebagai pembicara, tetapi disini tidak ada.
Jadi kita tidak tahu settingannya apa di sini? Belum lagi keynote speakernya banyak tokoh liberal seperti Komaruddin Hidayat, Azrumardi Azra, dan justru di closingnya mereka, pada acara closing mereka diajak menyimpulkan.
Dampaknya apa terhadap media Islam mainstream?
Ketidakjelasan definisi tersebut akhirnya bisa membuat masyarakat kabur, karena mereka menilai media Islam hanya berbicara pada yang biasa-biasa saja.
Anda sudah berbicara?
Belum, karena saya baru memantau saja.
Ada peluang untuk berbicara?
Ada, tetapi kita belum mau berbicara karena kita masih seperti sendirian di sana.
Apakah acara Ini sudah menjadi parameter kapasitas media Islam?
Belum, belum dapat menjadi ukuran, ini acara masih terlihat seperti menghabiskan anggaran saja, saya dengar acara ini kan menghabiskan biaya M-M-an.
Ada saran untuk acara semacam ini?
Ada, seharusnya acara ini betul-betul mengundang media islam mainstream baik cetak ataupun online, sehingga masyarakat lebih jelas. Karena jika melihat dari sisi pesertanya juga banyak bukan berasal dari media Islam, kebanyakan bukan dari praktisi media Islam malah seperti dosen dan mereka yang tidak ada hubungannya dengan tema acara.
Pada acara ini, apakah akan ada kontribusi secara implisit untuk media Islam ke depannya?
Kalau saya ragu, ragu karena saya tidak yakin para pembicaranya membaca media Islam, jangan-jangan mereka tidak pernah membuka media Islam. Contohnya salah satu pembicara berasal dari Malaysia yang sangat bagus menjelaskan seluk beluk trafik pengguna internet, tetapi tidak bisa memaparkan mana media Islam yang trafiknya tertinggi. Kenapa media Islam terbesar di dunia Islam seperti On Islam tidak diundang, ini kan rancu!
Substansialkah mengukur kualitas media Islam dari trafiknya?
Memang belum substansial, tetapi setidaknya menjadi alat ukur bahwa media tersebut banyak dibaca atau tidak oleh masyarakat. Walaupun tidak menggambarkan secara umum menunjukkan bahwa media itu bagus, tetapi setidaknya diketahui menjadi rujukan para pembaca.
Apakah dibahas Media Islam mana yang baik dalam tataran isu?
Belum ada dibahas kesana, baru sebatas teori-teori saja yang membahas tentang IT, ya masih pengantar-pengantar saja.
Tidak dibahas agenda pembelaan umat?
Belum, bahkan bisa dikatakan tidak ada, sejak dari pembukaan kemarin hingga sekarang belum pernah dibahas.
Pada konferensi media Islam pertama sekitar tahun 80-an, mereka merekomendasikan pembelaan untuk Palestina, tapi untuk kali ini saya tidak tahu.
Eramuslim sendiri diundang pada acara ini?
Kami tidak diundang, kami datang dan daftar sendiri, bahkan menurut peserta ada yang dicoret tidak semua diundang, saya awalnya sekamar dengan wartawan majalah Hidayah yang menceritakan kepada saya bahwa ia ngobrol dengan panitia, banyak peserta yang dicoret. Tetapi wartawan tersebut langsung datang ,daftar, dan langsung dapat kamar.
Kalau saya pribadi punya keinginan, kita sendiri media-media Islam mainstream yang membuat acara seperti ini.
Ada kans kita membuat acara seperti ini?
Ya sebenarnya, ada saja, kita betul-betul membuat konferensi sejenis, tidak usah tingkat internasional, tingkat nasional saja, ya memang akan banyak membutuhkan dana.
Apakah media-media Islam di Indonesia, apa sudah cukup mampu membuat acara seperti ini?
Cukup mampu saya lihat.
Krusialkah konferensi semacam ini jika media-media Islam mainstream sendiri yang membuat?
Justru jika kita yang membuat sendiri menjadi krusial, kita akan lebih eksis, karena selama ini kita tidak dianggap.
Abdul Halim, Reporter tabloid Suara Islam
Tanggapan Anda tentang acara ini?
Oh saya kira ini baik sekali, karena ini kelanjutan dari acara sebelumnya pada tahun 80-an, yang membuka menteri penerangan Harmoko dan Presiden Soeharto, tadi malamkan rencananya acara ini dibuka oleh SBY, tetapi ternyata SBY berhalangan hadir dan yang membuka akhirnya wapres, walaupun demikian saya rasa ini konferensi menarik sekali, menariknya, selama ini kan media Islam terpuruk, hanya menjadi bagian dari media barat, banyak berita yang kita ambil dari media, bahkan media kita banyak berkiblat ke media barat, padahal berita dari media barat banyak mengandung fitnah, jadi mereka tidak tabayyun, tidak klarifikasi, jadi berita yang berasal dari kita jelek semua, Islam identik dengan teroris, identik dengan kekerasan, ekstrimisme, dan sebagainya. Maka, dengan adanya ini, konferensi ini menjadi penyeimbang media.
Ada kabar Media-media Islam yang mainstream Nasional tidak ada undangan?
Ohh..setahu saya dari suara Islam dapat undangan, karena saya ngepos di Kemenag maka saya diberi undangan, tapi kalau yang lain ndak tahu. Tapi dari Republika temen saya dapat undangan.
Bagaimana dengan materi pembicara?
Saya lihat bagus, saya melihat banyak yang ahli dalam bidangnya, ada yang dari Timur Tengah, Asia Selatan seperti India, Pakistan, dan Bangladesh ,ada juga dari Menkominfo, dari Malaysia, dari kita ada Azrumardi Azra yang memang mantan wartawan Panjimas, bahkan rencananya ada dari wakil perdana menteri Turki, direncanakan datang.
Konferensi pertama ada rekomendasi terhadap pembelaan dalam pemberitaan Palestina, untuk yang saat ini ada?
Saya rasa ada, saya lihat akan ke arah sana, juga akan ada rekomendasi tentang terorisme, agar berimbang dan kita tidak terkena stigmatisasi terus.
Apakah acara ini cukup untuk eksistensi media Islam?
Oh saya rasa cukup , karena suatu terobosan yang menarik.
Abdul hakim, Redaktur Jurnal Insan (GIP).
Tanggapan Anda tentang acara Ini?
Oh iya baik, seharusnya acara ini adalah potensi, kesempatan yang baik dari media umat Islam berkumpul, tetapi yang menjadi pertanyaan, sudah cukupkah mewakili, perwakilan-perwakilan ini menjadi wakil dari media Islama,tentu berbeda antara media Islam dengan media umum yang wartawannya adalah seorang Muslim, tentu beda.
Banyak teman-teman yang bekerj di media umum tidak akan bisa melakukan semaksimal mungkin sesuai dengan visi missi dia sebagai seoarang Muslim. Tapi, kalau media Muslim yang berangkat dari ideologis oarang di dalamnya akan terlibat ke arah itu.
Apakah orientasi acara ini sudah nampak?
Sebenarnya ini kan harapan, cuma harapan itu seperti apa? Misalkan tadi diundang pembicara yang membicarakan bahwa penggunaan facebook dan twitter sudah cukup menggurita, kemudia ada yang mengeluarkan statement “tidak usah takut dengan Internet, karena dia bukanlah setan ” tetapi yang menjadi pertanyaannya adalah apakah kita siap membangun konsep berfikir umat pengguna internet itu sesuai dengan Islam, karena kalau kita lihat media itukan teknologi, teknologi itu kita lihat siapa pemakainya. Kita harus tahu media yang mendominasi, jika tidak tahu, dia akan larut dari pengguna menjadi pem-promote dan pendistribusi informasi itu. Tentunya kita seharusnya mengcounter cara pandang liberal, sekuler, tetapi jika dia tidak siap, maka dia akan mendeveloper, mensosialisasikan pemikiran-pemikiran yang tidak jelas.
Apakah acara Ini sudah sesuai dengan orientasi mainstream media Islam?
Kalau saya nilai belum, Begini mas, dulu ketika saya kecil di desa yang terpencil belum ada internet, belum ada sms, tetapi kita sebatin dengan orang tua ketika kita harus bangun separuh malam, kita harus mengaji, tetapi lihat anak sekarang kalau sedang asyik internetan disuruh sholat saja susah. Jadi memang harus ada kesiapan yang dibangun terhadap internet itu. Contohnya seperti Arrahmah.com memberitakan tentang dunia Islam sehingga kita tahu dimanapun terjadi penindasan umat Islam, sehingga mempunyai perasaan yang sama.
Rekomendasi Anda terhadap acara ini?
Harus ada pembelaan terhadap umat Islam, karena secara fitrah kita melakukan pembelaan, umat islam akan mendukung media Islam.
Perbedaan konferensi kali ini dengan yang pertama?
Oh Kalau saya belum tahu acara yang pertama, hanya saja yang terpenting adalah progress ke depannya, sayang jika acara sebesar ini tidak memberikan progres.
Inilah sekelumit kesan dan pesan dari teman-teman media Islam yang berhasil ditemui pada acara tersebut, Selasa (13/12/2011).
Wallahu a’lam bis showab.
(Bilal/arrahmah.com)