GAZA (Arrahmah.id) – “Israel” telah menewaskan sedikitnya 19 orang dalam sebuah serangan terhadap tenda perkemahan di dalam zona yang disebut sebagai zona kemanusiaan, atau zona “aman” di al-Mawasi, Gaza.
Sekitar 65 orang lainnya terluka dan sejumlah orang yang tidak diketahui jumlahnya masih berada di bawah reruntuhan, kata para pejabat kesehatan, seperti dilansir Al Jazeera (10/9/2024).
Perkemahan tersebut, yang ditetapkan sebagai zona aman kemanusiaan oleh “Israel” pada Desember, dihantam oleh setidaknya tiga rudal pada dini hari Selasa, para pengungsi dan petugas medis mengatakan kepada kantor-kantor berita.
Serangan tersebut memicu kebakaran yang melalap sedikitnya 20 tenda.
Kamp di al-Mawasi, dekat Khan Younis dan Deir el-Balah, merupakan salah satu daerah yang paling padat di lanskap yang hancur akibat pemboman “Israel” selama 11 bulan.
Siapa yang berlindung di al-Mawasi?
Banyak orang.
Warga Palestina yang mengungsi akibat perang “Israel” di Gaza “semakin dipaksa untuk berkonsentrasi di dalam zona yang ditetapkan ‘Israel’ di al-Mawasi”, sebuah wilayah seluas sekitar 41 km persegi yang tidak memiliki infrastruktur dan layanan penting, menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).
Sekitar 1,9 juta orang -90 persen dari populasi Gaza- telah mengungsi setidaknya satu kali akibat perang “Israel”. Dari jumlah tersebut, sekitar 43.580 diperkirakan merupakan wanita hamil, menurut data statistik dari Dana Kependudukan PBB.
Banyak dari mereka yang berdesakan di tenda-tenda tipis setelah diperintahkan ke al-Mawasi oleh tentara “Israel”.
Daerah yang menjadi sasaran dipenuhi dengan lebih dari 60 tenda, menurut citra satelit pada 5 September yang diperiksa oleh lembaga investigasi Al Jazeera, Sanad.
Seperti apa kondisi di sana?
Putus asa.
Banyak dari mereka yang berada di al-Mawasi pergi ke sana ketika mereka kehabisan pilihan.
Beberapa keluarga berbagi tenda, dengan ruang yang terbatas dan privasi yang tidak ada.
Orang-orang mencoba bertahan hidup tanpa akses yang layak ke makanan, air, dan layanan penting seperti sanitasi dan perawatan kesehatan, demikian laporan lembaga bantuan. Antrian untuk mendapatkan air, bahkan untuk menggunakan toilet, bisa berlangsung berjam-jam.
Pengiriman bantuan ke daerah tersebut “terbatas karena masalah akses dan keamanan” sementara kepadatan yang parah memperparah kondisi kesehatan dan sanitasi yang mengerikan, kata OCHA.
“Setiap hari, kami melihat antara 300 hingga 400 orang di klinik medis, di mana 200 kasus di antaranya terkait dengan kondisi kulit,” kata Dr Youssef Salaf al-Farra kepada ReliefWeb pada bulan Agustus.
“Anak-anak adalah yang paling terdampak.”
Mengapa “Israel” mengatakan bahwa al-Mawasi adalah ‘zona aman’?
Di bawah tekanan internasional atas “skala” perangnya di Gaza, “Israel” menetapkan al-Mawasi sebagai “zona aman” pada Oktober tahun lalu, menggunakan selebaran, media sosial, dan panggilan telepon untuk memberi tahu orang-orang agar pergi ke sana demi keselamatan.
Namun, mereka yang pergi ke sana mendapati bahwa tempat itu tidak layak untuk dihuni.
Penetapan wilayah tersebut sebagai zona kemanusiaan dikritik secara luas pada saat itu, dengan kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut proposal “Israel” sebagai resep untuk bencana pada 17 November.
“Mencoba menjejalkan begitu banyak orang ke dalam wilayah yang begitu kecil dengan infrastruktur atau layanan yang sangat minim akan secara signifikan meningkatkan risiko kesehatan bagi orang-orang yang sudah berada di ambang batas,” katanya.
Jadi mengapa serangan itu menghantam al-Mawasi?
“Israel” mengklaim bahwa beberapa tokoh senior Hamas berada di zona kemanusiaan.
“Pengumpulan intelijen yang intensif telah dilakukan, serta pengawasan udara terus menerus pada jam-jam menjelang serangan, yang mengonfirmasi keberadaan teroris di daerah tersebut,” demikian klaim pernyataan tersebut.
Namun, klaim ini ditolak oleh Hamas, yang mengutuk pembantaian keji tersebut dan mengatakan, “Perlawanan telah membantah beberapa kali bahwa anggotanya berada di dalam pertemuan warga sipil atau menggunakan tempat-tempat ini untuk tujuan militer.”
“Israel” juga mengklaim bahwa setiap langkah telah diambil untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa, termasuk “penggunaan persenjataan presisi, pengawasan udara dan informasi intelijen tambahan”.
Video dari al-Mawasi menunjukkan kawah besar di mana tiga rudal menghantam, kerusakan yang tidak konsisten dengan penggunaan persenjataan presisi.
Analisis rekaman dari lokasi pengeboman oleh Sanad Al Jazeera menunjukkan bahwa “Israel” menggunakan bom MK-84 seberat 2.000 pon buatan Amerika Serikat di perkemahan tersebut.
MK-84 adalah yang terbesar dari seri senjata MK-80 buatan AS.
Ketika diledakkan, bom ini memiliki radius ledakan yang mematikan sejauh 370 meter.
Apakah zona kemanusiaan ini pernah menjadi target sebelumnya?
Ya.
Al-Mawasi telah mengalami empat serangan besar “Israel” sebelum serangan semalam.
Secara keseluruhan, tidak termasuk 19 kematian yang tercatat dalam serangan terakhir, “Israel” telah membunuh 148 orang dalam serangannya di zona kemanusiaan.
Serangan terbesar terjadi pada 13 Juli lalu, 90 orang tewas dan sedikitnya 300 orang terluka.
Pada saat itu, “Israel” mengatakan bahwa serangan tersebut dimaksudkan untuk menargetkan dua komandan senior Hamas, sebuah klaim yang dibantah oleh Hamas. (haninmazaya/arrahmah.id)