KUALA LUMPUR (Arrahmah.id) – Perdana Menteri, Datuk Seri Anwar Ibrahim menggambarkan dunia seolah-olah membiarkan kejahatan genosida jika tidak ada tindakan tegas yang diambil untuk membela rakyat Palestina dan mempertahankan tanah Gaza.
“Apa yang terjadi di Gaza dalam beberapa hari terakhir jika dunia tidak mampu (mengambil tindakan tegas) adalah dunia membiarkan terjadinya pembantaian massal terhadap rakyat Gaza dan Palestina,” kata Anwar saat menjelaskan di Dewan Rakyat, hari ini (16/10/2023), lansir astro awani.
Ia sekaligus menegaskan perlu dilakukan sesuatu yang lebih mendesak karena negara-negara Barat dan Eropa telah mengambil sikap munafik dan keras terhadap Rusia terkait masalah Ukraina dan membiarkan terjadinya tirani.
“Setiap pertanyaan dalam pertemuan dan diskusi, yang ingin mereka ketahui dari kami adalah Malaysia harus mengutuk Hamas. Saya katakan bahwa secara prinsip kami memang ada hubungan dengan Hamas, dari awal dan seterusnya.”
“Oleh karena itu, kami tidak setuju dengan sikap mereka yang melakukan penindasan karena Hamas juga menang di Gaza melalui pemilu yang bebas dan rakyat Gaza memilih mereka untuk memimpin,” tambah Perdana Menteri.
Berkomentar lebih lanjut, Perdana Menteri mengatakan Malaysia mendukung negara-negara tetangganya, Arab dan negara-negara lain termasuk Tiongkok dan Rusia, yang digambarkan lebih menunjukkan simpati terhadap penderitaan rakyat Palestina menyusul kekejaman rezim Zionis.
Ia mengatakan, Menteri Luar Negeri Datuk Seri Zambry Abdul Kadir diberi mandat penuh untuk membahas dan mengambil keputusan apa pun dalam percepatan bantuan kemanusiaan.
Selain itu, ia menginformasikan bahwa ia akan berangkat ke Riyadh, Arab Saudi pada Kamis ini, untuk menghadiri konferensi rutin antara Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) dan ASEAN, untuk mengadakan diskusi khusus mengenai tindakan yang perlu diambil melawan tirani “Israel”.
Selain itu, Zambry juga akan berangkat ke Jeddah malam ini, atas undangan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed Salman dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk menghadiri konferensi tersebut.
“Pangeran Mohammed menelepon saya beberapa hari yang lalu, meminta saya untuk memperpanjang satu hari lagi pada 21 Oktober agar diskusi dan acara resmi dapat diadakan di Arab Saudi. Saya akan berdiskusi dengan teman-teman lainnya, Uni Emirat Arab, Qatar, Mesir, dan Turki, apakah perlu dilakukan beberapa pertemuan lagi dengan para pemimpin negara lain,” ujarnya. (haninmazaya/arrahmah.id)