KUALA LUMPUR (Arrahmah.id) – Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, memberikan dukungan terhadap Presiden Indonesia Prabowo Subianto terkait pernyataan kerasnya di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-11 D8 di Istana Kepresidenan Mesir di Kairo.
KTT D8 tersebut juga dihadiri oleh Presiden Mesir Abdul Fattah Al Sisi dan Presiden Turki Recep Tayip Erdogan, serta kepala negara lainnya.
Presiden Prabowo Subianto menyoroti perselisihan yang sering terjadi di antara negara muslim pada Sesi khusus terkait Palestina dan Lebanon di KTT Ke-11 D-8 itu, lansir CNBC Indonesia (21/12/2024).
Menurut Prabowo hal ini lah yang membuat negara muslim saat ini tidak dihormati, sehingga sulit untuk memberikan pengaruh terhadap negara yang sedang berkonflik seperti Palestina.
“Realitas situasi ini adalah bahwa dunia muslim tidak dihormati, populasi muslim di dunia mencapai 2 miliar orang, yaitu 25% dari populasi dunia,” katanya.
Negara muslim juga memiliki sumber daya yang besar. Namun menurut Prabowo jika tidak bersatu dan sering berselisih paham, maka negara muslim tidak bisa memberikan bantuan kepada Palestina.
“Kita sering berselisih di antara kita sendiri, dan ketika saudara-saudara kita dihancurkan maka hanya (bisa) memberikan deklarasi dukungan dan kemudian mengirimkan bantuan kemanusiaan,” kata Prabowo.
Menurut Prabowo Devide et Impera atau politik adu domba adalah hukum imperialisme yang telah berlaku selama ribuan tahun, yang membuat negara muslim terpecah.
“Saya mendukung penuh pidato rekan saya Presiden Prabowo Subianto pada KTT D8 di Kairo,” tulis Anwar Ibrahim di akun Instagramnya.
“Presiden Prabowo telah menyampaikan kebenaran pahit namun penting untuk dihadapi dengan baik dan bijaksana, terutama terkait hak negara Palestina yang merdeka dan berdaulat,” lanjutnya.
“Oleh karena itu, Malaysia sepenuhnya dan tegas mendukung kepemimpinan Anda di D-8 pada 2026. Saya berharap dapat bekerja sama dengan Indonesia untuk memastikan bahwa negara ini menjadi organisasi yang lebih dinamis dan komprehensif. Sebagai negara terkait, Malaysia akan bersama-sama dalam sejarah ini untuk menyuarakan suara masyarakat negara-negara berkembang. (haninmazaya/arrahmah.id)