KUALA LUMPUR (Arrahmah.id) – Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim mengkritik apa yang dilihatnya sebagai bias media Barat dalam meliput konflik Israel-Palestina dan menyerukan sikap global yang konsisten terhadap isu-isu hak asasi manusia.
Dalam wawancara baru-baru ini dengan Richard Quest dari CNN, Anwar menekankan perlunya narasi yang lebih seimbang yang mencerminkan perjuangan jangka panjang rakyat Palestina, dibandingkan hanya berfokus pada peristiwa yang terjadi baru-baru ini.
Meski menyatakan ketidaksetujuan semua pihak terhadap kekerasan, Anwar menekankan pentingnya mempertimbangkan konteks sejarah, lansir Malaysia Kini (13/11/2024).
Merujuk pada penderitaan rakyat Palestina sejak peristiwa Nakba pada 1948, ia mengatakan: “Satu-satunya kekhawatiran adalah upaya wacana, khususnya di Barat, untuk menghapus dekade sebelum tanggal 7 Oktober.
“Anda tidak berbicara tentang satu atau dua insiden yang belum tentu kita setujui, tapi wacana di Barat hanya menyoroti apa yang disebut ekses dan melupakan ribuan dan ratusan ribu orang yang terbunuh,” kata Anwar dalam wawancara tersebut. Klip tersebut diunggah di akun X Quest pada Selasa.
Anwar, yang sangat menentang segala bentuk kekerasan, mempertanyakan fokus Barat terhadap peningkatan konflik baru-baru ini, yang menurutnya mengabaikan sejarah penjajahan dan pendudukan yang lebih luas.
“Sikap saya secara konsisten menentang segala bentuk kekerasan. Namun kekhawatiran saya adalah ketika masalah ini disorot oleh Barat di media Barat, dan pada saat yang sama, (mereka) membiarkan pendudukan dan invasi serta genosida terus berlanjut,” katanya. (haninmazaya/arrahmah.id)