VLADIVOSTOK (Arrahmah.id) – BRICS adalah mekanisme penting untuk mengurangi ketergantungan negara pada mata uang dolar, kata Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Anwar Ibrahim dalam wawancara dengan kantor berita Rusia RIA Novosti dan stasiun penyiaran RT, seperti dilaporkan Sputnik.
“Masalah penggunaan mata uang lokal yang sebelumnya kita lakukan dengan Tiongkok, Indonesia, dan sampai batas tertentu dengan Thailand, kini sedang dibahas dengan India. Kita masih bergantung pada dolar, tapi setidaknya untuk mengurangi dampaknya, kita harus melakukannya. Dan BRICS tentunya merupakan mekanisme lain untuk mencapai tujuan tersebut,” kata Anwar di luar konferensi Eastern Economic Forum (EEF).
BRICS, penting untuk memperkuat kerja sama antar negara-negara Global South serta mengurangi tekanan dari negara-negara industri kaya, kata Anwar.
“Kami sangat menghargai kenyataan bahwa Presiden (Vladimir) Putin secara resmi mengundang saya untuk menghadiri pertemuan BRICS di Kazan bulan depan.
“Kebijakan kami tentu saja untuk memperkuat Global South. BRICS adalah mekanisme yang sangat penting untuk memperkuat kerja sama antar negara-negara di Global South.
“Bukan untuk memancing permusuhan, tapi setidaknya untuk meredam tekanan dari negara-negara industri yang lebih kaya selain membangun kekuatan bersama,” ujarnya.
Anwar menekankan bahwa negara-negara Selatan harus menyusun strategi untuk menjadi lebih kuat dalam menahan tekanan yang dihadapi.
“Kita juga perlu berorganisasi agar menjadi lebih kuat, agar mampu menahan tekanan yang berada di luar kendali kita. Bagi saya, itu adalah kebijaksanaan,” ujar pemimpin Malaysia tersebut.
Didirikan pada 2009, BRICS beranggotakan Brasil, Rusia, India, dan Tiongkok. Afrika Selatan bergabung dengan organisasi ini pada 2010, sementara Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab menjadi anggota baru pada Januari tahun ini. Malaysia telah menunjukkan minat untuk bergabung dengan grup tersebut. (haninmazaya/arrahmah.id)