Oleh: Abu Fatiah Al-Adnani | Pakar Kajian Akhir Zaman
(Arrahmah.com) – Dalam sejarah permusuhan antara ahlul haq dan ahlul batil, kita mengenal sosok Namrudz yang pernah hidup masa nabi Ibrahim alaihissalam. Namrudz yang nama lengkapnya Namrudz bin Kan’aan bin Kush bin Ham bin Nuh adalah seorang diktator kejam yang mengaku sebagai tuhan. Ia juga digelari a mighty hunter yang berarti “pemburu yang hebat” atau “pemburu yang perkasa”. Konon, pada era Namrudz lah institusi semacam kepolisian dibuat, hal yang akhirnya menjadi tradisi raja-raja dan penguasa setelahnya demi menjaga dan melindungi kekuasaannya. Inilah yang terjadi pada Imperium Persi dan Romawi, Mesir dan juga Yunani.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
يُوشِكُ، إِنْ طَالَتْ بِكَ مُدَّةٌ، أَنْ تَرَى قَوْمًا فِي أَيْدِيهِمْ مِثْلُ أَذْنَابِ الْبَقَرِ، يَغْدُونَ فِي غَضَبِ اللهِ، وَيَرُوحُونَ فِي سَخَطِ اللهِ
Hampir saja, jika kamu masih hidup lebih lama lagi, maka kamu akan melihat suatu kaum yang di tangan mereka ada sesuatu yang mirip ekor-ekor sapi, mereka menjalani waktu pagi di dalam kemarahan Allah dan mereka menjalani waktu sore di dalam kemurkaan Allah.[1]
Saat Rasulullah shalallahu alaihi wasallam masih hidup, beliau tidak menyaksikan pemandangan semacam raja atau penguasa yang memiliki prajurit dan pengawal layaknya Namrudz dan Fir’aun. Pola kepemimpinan bangsa Arab memang tidak sebagaimana negara-negara adikuasa masa itu. Karenanya Rasulullah saw tidak menyaksikan pemandangan yang semacam itu pada kaumnya.
Namun, ketika dalam perjalanan Isra mi’raj -saat diperlihatkan surga dan neraka- Rasulullah shalallahu alaihi wasallam melihat dua golongan manusia penduduk neraka yang sewaktu di dunia beliau saw belum pernah melihatnya. Salah satunya adalah suatu kaum yang profesinya seperti para pengawal raja-raja diktator di masa silam yang tangannya senantiasa menggenggam cemeti. Hal itu sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat dari Abu Hurairah ra, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا، قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ، رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ، لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ، وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا، وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
Dua golongan dari kalangan penghuni neraka yang aku tidak pernah melihat keduanya. Suatu kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi, mereka mencambuki manusia dengan cemetinya. Sejumlah wanita yang berpakaian tetapi telanjang, mereka ini mengajarkan kedurhakaan kepada wanita lain, wanita-wanita yang menyimpang, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium bau wanginya, padahal sesungguhnya bau wangi surga itu sudah tercium sejak jarak perjalanan sekian dan sekian jauhnya.[2]
Riwayat di atas memuat isyarat akan adanya sebagian antek-antek penguasa yang hobinya menyiksa rakyat dengan senjata cambuk yang ada di tangannya. Antek-antek penguasa semacam ini yang belum pernah disaksikan pada masa Nabi shalallahu alaihi wasallam di masa beliau hidup. Oleh karena itu Nabi shalallahu alaihi wasallam menjelaskan bahwa manusia jenis ini akan muncul di akhir zaman.
Isyarat yang juga termuat dalam riwayat di atas adalah bahwa sangat mungkin antek-antek penguasa itu adalah umat Islam yang bekerja di bawah pemerintah yang diktator. Namun bisa juga mereka adalah orang kafir asli yang menjadi perpanjangan tangan dari pemerintahan zalim itu. Yang pasti, umat Islam sepeninggal nabi saw akan merasakan beratnya penderitaan manakala hidup di bawah kekuasaan diktator yang dikelilingi oleh para tukang jagal ini.
Pekerjaan yang dimurka dan dilaknat Allah swt
Siapapun yang merenungi pesan nabi di atas, maka akan mengerti bahwa profesi sebagai antek-antek penguasa di era modern ini lebih tepat jika saat ini disematkan kepada polisi dan profesi yang semisal. Dalam satu riwayat disebutkan lafadz ‘syurtian’ yang berarti polisi. Hal itu sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat Abu Sa’id t: ”Benar-benar akan datang kepada kalian suatu zaman yang para penguasanya menjadikan orang-orang jahat sebagai orang-orang kepercayaan mereka dan mereka menunda-nunda pelaksanaan shalat dari awal waktunya. Barangsiapa mendapati masa mereka, janganlah sekali-kali ia menjadi seorang penasehat, polisi, penarik pajak, atau bendahara bagi mereka.”[3]
Dalam riwayat lain digambarkan bahwa profesi semacam ini adalah pekerjaan yang pelakunya akan mendapat murka Allah ketika berangkat pagi dan pulang di waktu petang dengan membawa laknat dan kutukan. Rasulullah saw bersabda:
يَخْرُجُ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَنَّهَا أَذْنَابُ الْبَقَرِ، يَغْدُونَ فِي سَخَطِ اللَّهِ، وَيَرُوحُونَ فِي غَضَبِهِ
“Di akhir zaman akan terjadi orang-orang yang membawa cemeti-cemeti seperti ekor sapi, mereka berangkat pagi-pagi dengan kemurkaan Allah dan pulang di sore hari dengan kemarahan dari-Nya. [4]
Ya, mereka memang layak untuk mendapatkan kutukan dan kemurkaan Allah swt lantaran mereka senantiasa melakukan perbuatan yang terlaknat, yakni membantu kezhaliman penguasa dalam memaksakan kehendaknya kepada rakyat. Di luar dosa tolong-menolong dalam kejahatan dan kemunkaran, kita juga kerap menyaksikan dosa-dosa yang banyak mereka lakukan terhadap umat Islam. Belum lagi dosa-dosa yang terkait dengan syirik dan kufur akbar. Nampaknya, terlalu banyak contoh kedzaliman dan kejahatan yang dilakukan oleh mereka yang terjun dalam pekerjaan ini. Karenanya, sudah sepantasnya seorang muslim menghindar dari fitnah ini.
[1] HR. Muslim: Shahîh Muslim, kitab Al-Jannah.
[2] HR. Muslim, Al-Libâs wa Az-Zînah, hadits no. 16046.
[4] HR. Ahmad, isnadnya shahih.
(samirmusa/arrahmah.com)