Arrahmah.com – Banyak sekali kaum muslimin yang sedih menyesalkan berlalunya hari-hari kejayaan Islam dan perginya para pahlawan dari kalangan para salafus sholeh. Namun, sedikit saja dari mereka yang mengerti bahwa dirinya sebenarnya juga sedang berada satu zaman dengan para pahlawan yang menorehkan gambaran sejarah yang luhur, di mana mereka tidak kalah kemuliaan dan keberaniaannya dari para pendahulu. Yang membedakan mereka dengan orang-orang terdahulu barangkali hanya karena orang dahulu mendapat pertolongan dan bantuan lebih besar dari yang diperoleh para pahlawan kita hari ini.Boleh dibilang, pada dua dekade terakhir ini, umat Islam telah mengenal orang-orang generasi belakangan yang menjadi contoh tauladan, di mana sudah selayaknya bagi para pengikut gerakan Islam untuk mengupasnya untuk kemudian mengikuti jejaknya, sampai nantinya kaum muslimin memperoleh kemenangan nyata dengan izin Alloh.
Seolah, keberhasilan serangan di New York (11 September) yang begitu jelas menyatakan kepada seluruh dunia tentang eksistensi para mujahidin di zaman sekarang yang kisahnya bak generasi awal umat.
Para pelakunya adalah anak-anak yang masih terbilang muda dengan skil tekhnik tinggi, mereka berhasil mengemudikan pesawat-pesawat dan melakukan serangan dengan cara paling mengagumkan. Mereka tampil begitu rapi dan melaksanakan programnya dengan sangat detail. Dan di saat yang sama, mereka siap mengorbankan nyawanya di jalan Alloh demi mengembalikan harga diri Umat Islam.
Yang jelas, sebelum teman sendiri, musuh sudah mengakui bahwa mujahid-mujahid itu memiliki pengetahuan tinggi tentang tekhnologi modern. Karena mereka menggunakan alat komunikasi tercanggih, seperti telepon yang memanfaatkan stasiun angkasa luar, memakai internet dengan sandi-sandi tertentu, yang di dalamnya mereka menggunakan tekhnik lain dalam bidang ini seperti teknik “Steganography”. Dan masih banyak lagi tekhnik modern lain yang mampu menghancurkan gambar karikatur tentang minyak, yang oleh musuh sengaja dialamatkan kepada mujahidin (untuk menunjukkan mereka terbelakang dalam urusan teknologi, pent.)
Saya tidak akan mengetengahkan di sini tentang para mujahidin utama, yang berperan sebagai perencana, pengatur, dan yang memiliki keutamaan –setelah anugerah Alloh—berupa peran dalam “memandaikan” pohon jihad dan melanggengkan perjalannya, jalannya tertib dan tujuan-tujuannya terfokus.
Akan tetapi, saya akan mengetahkan para mujahidin yang terjun langsung di lapangan, yang telah membuat banyak sekali contoh pengorbanan.
Dari sekian contoh unik di dekade terakhir yang menarik perhatianku –saya menyebutnya hanya sebagai salah satu contoh dan bukan membatasi—disebabkan ia memberikan model baru dalam tekhnik berjihad di jalan Alloh, adalah sang pahlawan terkemuka, yang tidak susah kita kenali, yaitu Ir. Yahya ‘Ayyasy. Satu lagi adalah, sosok yang berambut masai dan berdebu, yang lahir dari kepahlawanan Islam, hampir tidak satu pun yang mengenal kelebihannya, tetapi ia juga salah satu dari mujahid yang memakai cara unik, yaitu Romzi Yusuf.
Setelah melakukan penelitian singkat, jelas terlihat bahwa di sana ada beberapa perbedaan, baik dari sisi kepribadian mau pun bidang kemampuan, antara para pahlawan itu. Akan tetapi, dalam pandangan saya, ada karakter-karakter yang sama dalam diri jiwa-jiwa pahlawan itu, yaitu: berani, jenius, teliti, dan melakukan langkah-langkah keamanan yang maksimal.
Yahya Ayyasy
Itulah kondisi dari Ir. Yahya ‘Ayyasy, yang bisa dibilang sebagai arsitek utama lahirnya operasi-operasi mati syahid di tanah Palestina yang terjajah. Asy-syahid Rohimahulloh berhasil membuat penemuan canggih dalam mengatur orang-orang yang menjadi anggota Batalyon Jihad: Izzuddin Al-Qossam. Model operasi jihad yang ia temukan dan ia teliti belum pernah dikenal oleh orang-orang Zionis, baik itu berupa ranjau mobil, atau tas dan tubuh yang berisi bahan peledak. Pertama kali yang menemukan semua ini adalah Yahya Ayyasy, dia tahu bagaimana memanfaatkan sebaik mungkin latar belakangnya dalam ilmu fisika. Yang semakin membuat kaum Zionis jengkel adalah kepekaannya dalam urusan keamanan, yang pada gilirannya ia begitu mahir untuk melarikan diri dan bersembunyi, walau pun dia menjadi buron kelas wahid bagi pemerintah penjajah Zionis. Ini karena kecanggihannya yang membingungkan orang dan kemampuannya untuk lari dan mencebol celah, dan mencapai target-target sasaran.
Begitulah, sang insinyur terus menyerang dan menggempur kaum Zionis selama tiga tahun di tengah kondisi berbahaya, dan ditengah perburuan yang diikuti oleh ribuan aparat keamanan Syabak dan kesatuan intelejent khusus, ditambah dengan kesatuan tentara zionis, kekuatan pengamanan perbatasan, dan polisi zionis, di mana mereka tidak terpaling oleh kesibukan lain selain melakukan perburuan yang meluas terhadap buronan nomor satu itu. Semua ini justeru membuat Yahya ‘Ayyasy sebagai pahlawan.
Meski pun ia telah menemui syahid, semoga Alloh merahmatinya, setelah dikhianati salah satu orang dekatnya yang menyerahkan telpon genggamnya kepada pihak intelejent zionis yang kemudian meledak, tetapi rasa takut di fihak zionis masih belum habis selama tekhnik yang dibuat sang insinyur dan operasi serangan mati syahid masih ada. Dan itu semua menjadi jejak peninggalan yang kita masih memakainya untuk melakukan serangan hingga hari ini.
Romzi Yusuf
Akan tetapi, mujahid Pakistan Romzi Yusuf (namanya dalam dunia gerakan, nama aslinya adalah Abdul Basith Karim) berbeda dengan Ir. Yahya ‘Ayyasy. Di mana, biasanya ia bekerja seorang diri, sementara insinyur berjuang dalam sebuah organisasi yang kuat, yaitu Batalyon Izzuddin Al-Qossam. Tapi, keduanya memiliki beberapa kesamaan.
Romzi Yusuf juga orang yang kepribadian dan etos kerjanya. Ia juga memiliki latar belakang akademis, tapi dalam ilmu kimia, dan dia memperolehnya dari perguruan tinggi di Inggris. Ini menjadikan dirinya pakar dalam peran yang ia ambil dalam jihad setelah ia mengikuti pelatihan militer yang diadakan mujahidin di Afghanistan di akhir-akhir tahun 80-an, yang menjadikannya harus tegas dalam memilih jalan hidupnya, sebab ia tahu betul arah di masa depan yang harus ia tuju.
Dengan bekal ilmu akademiknya, ia berhasil mengambil peran di garis depan dan menjadi seorang pelatih di kamp-kamp latihan. Di saat yang sama, ia terus melengkapi studinya di perguruan tinggi Inggris.
Pasca jatuhnya Kabul (ke tangan mujahidin) dan terjadinya berbagai fitnah setelahnya, di mana Amerika turut mengambil peranan besar dalam menyulut apinya, Romzi mengambil keputusan untuk pergi ke negeri pangkal kekafiran, Amerika, untuk melakukan operasi dahsyat yang membuat Amerika tersungkur.
Ia mulai menyusun rencana operasi untuk meruntuhkan gedung WTC. Kemudian di pagi hari tanggal 26 Februari 1993, sebuah truk penuh bermuatan bom meledak di komplek WTC New York. Operasi itu mengguncangkan salah satu bangunan WTC yang memiliki 120 tingkat dan merupakan simbol kekayaan serta kekuatan Amerika. Sejak itu, runtuhlah legenda keamanan bagi rakyat Amerika dari serangan-serangan di dalam negeri. Hasilnya, 6 orang tewas dan 1042 lainnya luka-luka. Ini adalah jumlah terbesar pasien yang pernah ditangani oleh rumah sakit yang ada dalam satu kali kejadian sejak perang saudara yang mengguncang Amerika dan sebelum serangan 11 September.
Pihak pemadam kebakaran New York mengirim 750 mobil pemadam menuju gedung WTC dan terus berada di sana selama lebih dari satu bulan. Ini menunjukkan betapa besar kerugian yang diderita. Meski demikian, kerugian itu tidak sebesar yang diharapkan oleh Romzi Yusuf. Sebab, operasi itu ditargetkan bisa menghancurkan gedung WTC secara total dan paling tidak korban yang jatuh bisa mendekati angka seperempat juta orang. Semua ini dikarenakan campur tangan Amerika dalam urusan darah kaum muslimin secara berulang-ulang.
Kesalahan bukan terletak pada perakitan bahan peledak. Sebab, Romzi Yusuf dikenal sebagai orang yang teliti. Bom yang ia targetkan untuk meledakkan gedung WTC itu termasuk lain daripada yang lain, sampai-sampai dinas FBI hanya menemukan satu bom yang sama dengan itu setelah mempelajari 73.000 dokumen tentang peristiwa peledakan di Amerika sejak tahun 1925. FBI bahkan sampai pada kesimpulan, bahwa bom ini adalah yang terbesar dan terberat dan paling dahsyat efek hancurnya dari bom-bom yang pernah ada dalam sejarah Amerika Serikat. Dan memang begitu faktanya, bom-bom yang paling besar saja hanya berkecepatan 3.000 kaki/detik, tapi bom bikinan Romzi Yusuf berkecepatan 15.000 kaki/detik. Ini adalah kecepatan sangat kuat yang mampu meruntuhkan gedung WTC sejak dari atap teratasnya kalau saja truk itu diletakkan di tempat lain, yaitu di bawah salah satu tiang penyangga. Bahkan, di tempa meledaknya truk itu pun, mungkin ribuan orang akan terbunuh seandainya truk itu meledak sesaat sebelum waktu sore hari ketika para pegawai sedang keluar untuk pulang.
Belum tiba sore harinya, Romzi Yusuf sudah menaiki pesawat menuju Pakistan. Kalau bukan kesalahan keamanan yang dilakukan oleh sebagian pembantu dalam operasi tersebut, sampai hari ini mungkin Amerika tidak akan tahu siapa yang bertanggung jawab atas serangan itu. Dan meskipun dua bulan kemudian Amerika berhasil mengendus keterlibatannya dalam aksi ini, tapi para kaki tangan aparatnya tidak mampu menemukan data apapun selain sekilas tentang biografi dirinya.
Romzi Yusuf memang sangat hati-hati, fihak FBI menghabiskan waktu beratus-ratus jam dalam menyelidiki bagian dalam pesawat-pesawat yang menuju Pakistan, tapi semuanya tanpa hasil.
Perburuan Amerika dan internasional itu tidak membuat Romzi kecut nyali, sehingga ia mundur atau berhenti. Sebab, tak lama kemudian ia kembali merencanakan operasi-operasi berani yang belum pernah ada contoh sebelumnya dalam hal keberanian dan metode yang digunakan.
Dalam masa perburuan itu, ia kembali mencoba membunuh Benazir Butho, meledakkan Kedutaan Zionis di Bangkok tanggal 11 Maret 1994, mencoba membunuh Bill Clinton di Manila pada 12 November 1994, ia bahkan juga menjadi perancang peledakan 11 pesawat Amerika yang menyebabkan ratusan warga Amerika terbunuh dan kerugian perusahaan penerbangan Amerika, ini tidak bisa dibantah.
Kebanyakan operasi ini tidak berhasil disebabkan kesalahan sebagian anggota baru yang ikut dalam operasi. Contohnya dalam peledakan truk untuk menghancurkan gedung Kedutaan Zionis, bom yang disiapkan sebenarnya sudah cukup bagus, tapi pengemudi truknya, seorang muslim warga Thailand, yang sedianya harus menghentikan truk di samping gedung kedutaan malah mengalami kerusakan mesin, sehingga ia kabur dan meninggalkan truk.
Demikian juga dalam rencana peledakan pesawat-pesawat Amerika, dari sisi tekhnis sudah sangat teliti, di mana Romzi ditugasi untuk menanganinya. Dalam hal ini, Romzi menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengubah materi Nitro Gliserin yang daya ledaknya kuat menjadi benda cair semi padat (gel). Untuk bisa melakukannya, ia memakai materi Sulfur Acid, Nitrid Acid, Aseton, dan Acid yang sudah terurai, khususnya Nitrobenzin.
Begitulah, setelah bekerja sangat pelan-pelan, ia berhasil membuat bom yang siap dibawa dan memiliki efek ledak sangat kuat, di mana itu tidak akan mungkin bisa diungkap walau pun menggunakan bantuan sinar X. Baterai 9 volt adalah satu-satunya bahan mengandung besi yang bisa dideteksi dengan sinar X. Makanya, Yusuf meletakkan baterai itu di bawah sepatunya, sehingga sangat sulit –kalau bukan dibilang mustahil—untuk dideteksi. Ia sudah melakukan percobaan yang berhasil dengan membawa bahan seperti itu di dalam maskapai penerbangan Jepang pada bulan Desember 1994, ini menjadi bukti betapa cekatan dan teliti pembuatnya.
Di samping keberanian dan skill luar biasa ini, kehati-hatiannya dalam hal keamanan tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sang pahlawan. Pernah Romzi Yusuf memalsukan KTP sebanyak 12 kali ketika ia tinggal di Filiphina, dengan identitas dan nama berbeda-beda, dan dengan foto yang bergonta-ganti penampilan dengan pergantian yang ekstrim.
Kepolisisan Filiphina pernah mencoba menangkapnya, akan tetapi mereka tidak berhasil, padahal mereka sudah mengerahkan tentaranya secara total dan membagi-bagikan fotonya di tempat-tempat umum. Hal ini tidak kemudian membuat dirinya kendur untuk menghentikan amal. Ia bahkan turut memberikan andil dalam merubah kelompok Abu Sayaf dari yang tadinya kelompok “kacangan” menjadi organisasi perang yang sangat professional. Ramzi tinggal bersama mereka selama beberapa pekan dan selama itu ia melatih orang-orang terbaik dari kelompok tersebut untuk merakit bom yang memiliki efek ledak yang hebat/
Alloh menakdirkan terjadinya miss ketika merakit salah satu bom, dan ini adalah hal yang lazim terjadi mengingat bahan-bahan kimia itu sangat sensitif. Hanya, kejadian ini membuat aparat kepolisian Filiphina berhasil mengendus tempat tinggalnya di Manila. Maka terpaksa untuk kali ini ia lari dan ia meninggalkan komputer jinjingnya di apartemen yang ia sewa.
Setelah itu fihak kepolisian Filiphina menyerahkan hard disk komputer itu kepada FBI, tetapi pakar-pakar intelejent Amerika tidak mampu mendapatkan data yang tersimpan di dalamnya kecuali setelah melewati waktu yang cukup lama dan setelah bekerja sama dengan ahli komputer terhebat dari perusahaan Microsoft. Ini menunjukkan, betapa Romzi Yusuf sangat berhati-hati.
Sebagaimana dinyatakan seorang hakim, Kevin Dafi, Romzi Yusuf adalah teroris paling berbahaya di dunia sejak tahun 1970. Tidak ada yang menyamainya dalam modus operandi selain Carlos. Romzi belum berhasil ditangkap kecuali setelah terjadinya pengkhianatan dari salah seorang penunjuk jalannya. Akan tetapi semua itu setelah ia mengerahkan segala upaya untuk sampai ke sasaran yang sudah ia catat.
Sungguh saya membayangkan betapa gembiranya di dalam tahanan sana (semoga Alloh membebaskannya) melihat keberhasilan serangan 11 September dan bagaimana saudara-saudaranya menyelesaikan apa yang sudah dia rencanakan dulu.
Para pahlawan hari ini belum mampu melakukan amaliyah secara beruntun dan kontinyu. Makanya, dekade 90-an mengenal para pahlawan yang mampu membuat satu operasi cukup bagus, namun mereka tidak dikenang dan kebanyakan orang tidak mendengar beritanya. Inilah kondisi yang dialami seorang pahlawan, Amir Khonizi, di mana ia melakukan serangan berani terhadap Perwakilan Intelejent Amerika (CIA) tahun 1994.
Dalam peristiwa itu, 3 orang kaki tangan CIA tewas, beberapa orang yang ada di depan gedung mengalami luka-luka, ini terjadi di Langley, Virginia. Tempat ini termasuk tempat yang paling ketat penjagaannya di dunia. Tak lama setelah amaliyah, Amir Khonizi lari dengan tenang menuju Pakistan, ia berhasil lolos dari beberapa jeratan yang dipasang intelejent Amerika untuknya. Hal itu ia lakukan dengan melakukan penyamaran dan berganti-ganti penampilan selam bertahun-tahun, sebelum akhirnya ia tertangkap oleh aparat intelejent Pakistan, setelah ia begitu gencar diburu.
Oleh:
(Abu Jandal Al-Azdi –rahimahullah-)
Diterjemah dari bukunya, Tahridh Al-Mujahidin Al-Abthal ‘ala Ihya-i Sunnatil Ightiyal, cet. 1423 H, hlm. 76-79.