Oleh : Lilis Holisah,
Pendidik Generasi di HSG SD Khoiru Ummah Ma’had al-Abqary Serang – Banten
(Arrahmah.com) – Pemuda adalah aset bangsa. Dalam rentang sejarah yang panjang, pemuda selalu tercatat sebagai pioneer dalam mengawal perubahan, terdepan dalam menolak kedzaliman. Sejarah mencatat bagaimana para pemuda di masa lalu adalah orang-orang yang terdepan dalam mempersembahkan yang terbaik bagi bangsa dan manusia lainnya.
Pemuda adalah calon pemimpin di masa yang akan datang. Mereka adalah orang-orang yang memiliki semangat yang tinggi, membara, penuh daya juang, memiliki energi yang besar. Untuk itulah, bagi bangsa-bangsa yang berperadaban, mereka memetakan potensi pemuda agar bisa mengisi pembangunan, dengan tujuan menjadi bangsa yang besar, mandiri, bermartabat, disegani bangsa-bangsa lainnya.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon dalam forum 45th session of the Commission on Population and Development UN pada April 2012 mengatakan bahwa pemuda lebih dari sekedar kekuatan demografi. Pemuda memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan. Perhatian dunia terhadap pemuda terlihat ketika terjadi kebangkitan kaum midle class pada fenomena Arab spring. Kezholiman penguasa di Timur Tengah telah membangunkan potensi pemuda Timur Tengah yang lama ‘tertidur’ untuk memimpin perubahan dan berakhir dengan tumbangnya penguasa.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono mengatakan bahwa pemuda yang merupakan aset besar bagi bangsa akan mampu memberikan kontribusi bagi percepatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pemuda Arahan Kapitalisme
Kebangkrutan kapitalisme global telah nyata. Resesi global yang dapat terbaca dari lumpuhnya sektor non riil ekonomi kapitalisme, memaksa Barat untuk menguatkan ekonominya di sektor riil dengan jalan membuka pasar bebas di kawasan Asia. Salah satu strategi yang dilakukan adalah memaksa kawasan Asia Tenggara untuk terlibat aktif dalam perdagangan bebas dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
Kawasan Asia Tenggara memiliki potensi sumber kekayaan alam yang melimpah dan juga memiliki sumber daya manusia yang besar. Barat (baca : AS) berkepentingan terhadap kawasan ini selain untuk memasarkan produk-produk mereka, mengeruk kekayaan alamnya, juga untuk mendapatkan tenaga kerja yang murah.
MEA adalah sarana Barat untuk melakukan penjajahan ekonomi. Kebutuhan terhadap tenaga kerja murah ini bisa dicover dengan dibukanya pasar bebas di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2015. Pasar bebas nanti akan menghapus segala hambatan, baik berupa tarif maun non tarif, sehingga memudahkan aliran barang, jasa, tenaga kerja secara bebas.
Untuk menghadapi persaingan tenaga kerja pada era pasar bebas MEA 2015, Indonesia mengeluarkan kebijakan melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk melakukan ‘penegerian’ Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Direktur Kelembagaan dan Kerja Sama Ditjen Dikti Kemdikbud Prof Dr Ir Achmad Jazidie M.Eng mencatat 12 PTS sudah menjadi PTN atau mengalami “penegerian” sejak tahun 2010 hingga 2013. Sebelumnya, mantan Mendikbud Mohammad Nuh menyebut alasan penegerian antara lain kawasan perbatasan yang strategis dan kepentingan bangsa untuk menyiapkan skills worker atau SDM yang terampil yang dibutuhkan negara kita untuk bersaing pada pasar tenaga kerja.
Perguruan Tinggi (PT) masuk dalam paradigma baru yang hanya mempersiapkan mahasiswa (pemuda) menghadapi persaingan global tenaga kerja, sehingga hanya mengikuti arahan pemangku kepentingan (stakeholder) dan arahan masyarakat saja. Ambisi pertumbuhan ekonomi nasional membuat penguasa negeri ini mengorbankan kualitas generasi. Penguasa hanya menakar potensi generasi sekedar menjadi kelompok menengah, kelas skill worker pengisi pasar tenaga kerja. Bukan generasi pembangun peradaban.
Begitupun dengan sekolah menengah. Dibukanya banyak sekolah kejuruan adalah dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan dalam dunia kerja agar mampu bersaing dalam pasar tenaga kerja.
Ketika pemuda diarahkan hanya sebatas tumbal kapitalisme, menjadi buruh, maka negeri ini tidak akan pernah bisa menjadi bangsa yang mandiri, bermartabat dan disegani bangsa-bangsa lainnya. Bangsa ini akan menjadi bangsa yang senantiasa terjajah, dijarah kekayaannya dan didikte sekehendak bangsa penjajah.
Bangkit dari keterjajahan
Penerapan ideologi kapitalisme di negeri ini hanya akan memperpanjang umur penderitaan umat manusia. Kapitalisme telah nyata-nyata hanya memanfaatkan pemuda sebagai tumbal bagi keberlangsungan eksistensi kapitalisme. Pemuda diarahkan sebagai pengisi-pengisi tenaga kerja, mesin-mesin produksi saja, tidak diarahkan sebagai subjek pembangun peradaban.
Maka, untuk membangkitkan bangsa ini dari keterpurukan, menjadikan pemuda berdaya sebagai pembangun peradaban adalah dengan mencampakkan ideologi kapitalisme dari panggung percaturan perpolitikan dunia. Sudah saatnya bangsa ini mengganti sistem kapitalisme-demokrasi dengan sistem yang berasal dari Pencipta manusia, alam semesta dan kehidupan. Pencipta adalah Zat satu-satunya yang paling mengetahui hakikat yang terbaik bagi manusia. Pengabaian terhadap aturan Pencipta hanya menuai penderitaan yang tak berkesudahan. Kekacauan dan kerusakan dimana-mana. Padahal sejatinya manusia secara fitrah menginginkan kesejahteraan, ketentraman, keamanan dan apa-apa yang menjadi fitrahnya manusia. Namun kapitalisme yang diterapkan telah mengabaikan fitrah tersebut.
Saatnya kapitalisme digantikan dengan Sistem Islam yang berkesesuaian dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan menentramkan jiwa. Sistem Islam akan memanusiakan manusia, mewujudkan kesejahteraan bagi umat manusia tanpa memandang suku, bangsa, warna kulit, bahasa dan agama, karena Islam rahmat bagi seluruh alam.
Bercermin pada pemuda masa lalu
Para pemuda di jaman Rasulullah adalah contoh konkret bagaimana kontribusi pemuda dalam membangun peradaban. Siapa tak kenal Ali Bin Abi Thalib? Beliau masuk Islam dalam usia yang masih sangat muda. Hasil pembinaan yang mengkristal dalam jiwanya membuat beliau militan dalam berjuang di jalan Allah. Dakwah yang dilakukannya membuat orang-orang yang sebelumnya kafir, akhirnya tersentuh jiwanya dan masuk Islam melalui tangan beliau. Ali pun terkenal keberaniannya dalam perang melawan musuh-musuh Islam. Ali tercatat dalam sejarah sebagai Khalifah kaum muslimin yang keempat menggantikan Utsman bin Affan. Atau siapa yang tak kenal Mush’ab bin Umair? Pemuda dari keturunan bangsawan Quraisy ini rela meninggalkan kemewahan yang ditawarkan keluarganya demi perjuangan dakwah Islam. Mush’ab bin Umair adalah duta Islam pertama yang diutus oleh Rasulullah untuk berdakwah di Madinah. Mush’ab dengan potensi pemuda Islam yang menggelora dalam jiwanya mampu menyiapkan masyarakat Madinah untuk menerima Islam sebagai sistem kehidupan. Hanya dalam waktu setahun, Mush’ab berhasil mendakwahkan Islam ke tengah-tengah masyarakat Madinah dan Madinah menjadi titik sentral berdirinya Negara Ialam pertama. Sejarah telah mencatat nama Mush’ab bin Umair dengan tinta emas sebagai duta Islam pertama. Mush’ab tercatat sebagai sahabat yang gagah berani melawan orang-orang kafir, beliau gugur pada saat perang Uhud. Masih banyak sahabat-sahabat lain dari kalangan pemuda yang gagah berani seperti Salman al-Farisi yang cerdas sebagai pencetus strategi perang khandak (Perang Parit), Saad bin Abi Waqqas, Zaid bin Tsabit, dan banyak lagi lainnya.
Dalam rentang waktu tegaknya tegaknya Daulah Khilafah Islamiyah hingga masa terakhir keberadaannya pun kita dapati nama-nama besar pengisinya dari kalangan pemuda seperti Umar Bin Abdul Aziz khalifah kaum muslimin yang berhasil menyejahterakan, bahkan sampai tidak ada yang mau menerima zakat karena rakyat pada saat itu telah sejahtera,. Muhammad al-Fatih sang penakluk konstatinopel dan Sulthan Abdul Hamid II khalifah terakhir kaum muslimin.
Peradaban Islam yang tinggi dan cemerlang yang tak tertandingi sepanjang zaman -juga diakui oleh para ilmuwan Barat- adalah hasil karya bertangan dingin dari banyak para pemuda asuhan Daulah Khilafah Islam. Tengok saja bagaimana kiprah kepemudaan seorang Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, al-Khawarizmi, Imam as-Syafii, Sibahweh dan banyak lainnya. Mereka adalah para pemuda yang telah berkontribusi membangun peradaban Islam. Kiprah mereka tercatat dalam sejarah dengan tinta emas. Bahkan peradaban Barat berhutang kepada peradaban Islam dikarenakan karya-karya mereka yang fenomenal.
Tegakkan ddeologi Islam
Islam sebagai sebuah ideologi harus diperjuangkan agar menjadi sistem negara yang akan mengatur seluruh sendi kehidupan dan menjadi problem solving. Pemuda sebagai Agent of Change, harus berada di garda terdepan perjuangan penegakkan sistem Islam. Untuk itu, pemuda harus memantapkan dan membekali diri dengan aqidah dan Tsaqafah Islam sebagai amunisi untuk berjuang mencerahkan umat dengan ideologi Islam. Mempersiapkan amunisi bisa diperoleh dengan mengkaji ilmu-ilmu keislaman dan mengkristalkannya ke dalam benak. Mengikuti pembinaan keislaman akan membentuk kepribadian yang istimewa yang terpancar dari pola pikir yang cemerlang dan pola sikap yang benar berdasarkan arahan Sang Pencipta manusia, alam semesta dan kehidupan. Namun mengikuti pembinaan bukan dalam rangka memuaskan kehausan intelektual tetapi dalam rangka memenuhi perintah Allah dan berupaya untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dari itu, pemuda memiliki kewajiban dan tanggung jawab dalam menyebarkan ideologi Islam ke tengah-tengah masyarakat dengan dakwah. Bersatu, bergerak, Tegakkan Ideologi Islam! Wa Allahu ‘alam.
(arrahmah.com)