JAKARTA (Arrahmah.com) – Berbicara televisi swasta nasional dengan topik yang paling anyar, yakni bom tupperware di Poso, Sulawesi Tengah yang terjadi kemarin pagi, Senin (3/6/2013). Ansyaad Mbai tidak nyambung bahkan ngawur ketika penyiar berita menanyakan tentang program deradikalisasi yang dijalankan BNPT.
Topik aktual soal bom di Poso dibahas dengan wawancara terhadap Ansyaad Mbai, Kepala BNPT. Penyiar tv menanyakan kepada Mbai: “Ini kan berulangkali terus terjadi seharusnya tidak hanya difokuskan pada penindakan saja tetapi juga dalam konteks pencegahan, bagaimana dengan program deradikalisasi selama ini yang dilakukan BNPT, program ini artinya gagal?”
Ansyad Mbai menjawab, “Oh ya bom bunuh diri dengan program deradikalisasi ada hubungannya tapi agak jauh. Deradikalisai itu sebetulnya adalah upaya-upaya ideal bagaimana merubah pikiran orang.”
Anggi sang penyiar tv memotong pernyataan Mbai, tidak hanya untuk pelaku bom bunuh diri mengingat tadi Poso sebagai basis, pusat tempat pelatihan pusat perekrutan pelaku terorisme dan lain sebagainya, Ansyaad berujar, “tidak cukup dengan deradikalisasi harus ada upaya fisik untuk mencegah dan menghentikan, itulah yang dilakukan selama tahun 2012 sampai tahun ini.”
Di sini jelas sekali Ansyaad tidak bisa menjelaskan dan menguraikan program yang disebut dengan deradikalisasi, yang dilakukan di Poso. Menunjukkan dan memaparkan sebuah program tanpa kekerasan, tanpa senjata yang sudah dilakukan BNPT di Poso.
Malah Mbai melegitimasi kekerasan dengan dalih menggagalkan rencana yang lebih besar. “Jadi itu yang dilakukan penghentian terhadap rencana-rencana aksi mereka yang besar. Memang ada sedikit letupan-letupan. Tapi kalau tidak itu akan besar, dulu kan rencananya mereka akan meledakkan sekaligus di Poso, Jakarta, Solo, saling sahut menyahut. Pencegahan tidak asal omong-omong harus secara fisik ada tindakan nyata di sana.” Demikian urai Mbai.
(azmuttaqin/arrahmah.com)