TRIPOLI (Arrahmah.com) – Kelompok Anshar Syariah Libya mengancam purnawirawan Jendral Khalifah Haftar yang memimpin kudeta militer dan mengajak rakyat Libya untuk tidak bergabung dalam gerakan kudeta militer yang mengatas namakan “Operasi Kehormatan untuk Memerangi Teroris”.
Anshar Syariah Libya juga memperingatkan Amerika Serikat untuk turut campur dalam urusan dalam negeri Libya. Jika Amerika masih saja melakukan intervensi dalam urusan dalam negeri Libya, Anshar Syariah mengancam bahwa Amerika akan menghadapi nasib yang lebih buruk daripada pengalaman yang telah mereka alami di wilayah lain, Al-Jazeera melaporkan.
Dalam video yang disiarkan oleh stasiun-stasiun TV Libya pada Selasa (27/5/2014), pemimpin kelompok Anshar Syariah Libya Syaikh Muhammad Az-Zahawi mengajak rakyat Libya untuk “tidak mendengarkan orang yang hendak memecah belah kita” dan menuduh Haftar sebagai “agen intelijen Amerika”. Az-Zahawi juga mengancam bahwa Haftar akan menemui nasib yang serupa dengan mantan diktator Moammar Qaddafi.
Lebih lanjut Az-Zahawi menyatakan bahwa Haftar ingin mengulang era diktatorisme militer dan hendak menjadi “As-Sisi Libya”.
Amerika Serikat telah memasukkan kelompok dakwah dan jihad Anshar Syari’ah Libya dalam daftar organisasi teroris dunia.
Purnawirawan jendral Khalifah Haftar memimpin kudeta militer di Libya dengan mengatas namakan “operasi kehormatan untuk memerangi kelompok teroris”. Pada hari Jum’at (16/5/2014) pasukan Haftar melakukan serangan darat dan udara ke kota Benghazi yang menewaskan lebih dari 70 warga sipil.
Pada hari Ahad (18/5/2014) pasukan Haftar melakukan serangan terhadap gedung Parlemen Libya di ibukota Tripoli. Seorang anggota parlemen diculik oleh pasukan Haftar dalam peristiwa tersebut.
Kesuksesan kudeta militer Abdel Fattah As-Sisi di Mesir menjadi pemacu semangat militer untuk meraih kekuasaan secara ilegal. Untuk mendapatkan dukungan Amerika, Barat dan negara-negara donatur Arab, militer Mesir dan Libya menjadikan gerakan Islam sebagai “tumbal” dengan mengatas namakan “perang melawan kelompok teroris”.
(muhib al majdi/arrahmah.com)