TUNIS (Arrahmah.com) – Pemimpin kelompok Islam Ansar al-Shariah di Tunisia mengatakan kepada Selasa (23/10/2012) bahwa pemerintahan baru negara itu sebagai boneka Amerika Serikat dan tidak Islami, ia juga mendesak agar para tahanan Salafi dibebaskan dari penjara setelah serangan terhadap kedubes AS bulan lalu.
Kritik dari Saif-Allah Benahssine yang lebih dikenal dengan Abu Iyadh, datang saat pemerintah Islam moderat Tunisia merayakan peringatan pertama jatuhnya rezim Zine El Abidine Ben Ali.
Setelah revolusi Tunisia berlalu, tampuk kekuasaan dipegang oleh Islam moderat. Penguasa baru di sana terus mendapat tekanan dari gerakan Salafi seperti Ansar al-Shariah yang ingin perubahan lebih dan tegaknya syariat Islam secara kaffah di Tunisia.
Gerakan Islam Ennahda memenangkan pemilu pertama dan kini memimpin pemerintahan yang juga berisi dua partai sekuler.
“Ini tidak fair, pemerintah sementara telah memilih untuk jatuh ke pangkuan kafir Barat, terutama AS dan Perancis,” ujar Benahssine dalam sebuah video yang diposting di situs Islam pada Selasa (23/10).
“Pemerintah mengklaim milik Islam tapi jauh dari Islam,” lanjutnya dan menyebut presiden Moncef Marzouki sebagai pion yang didorong oleh Barat.
Otoritas menangkap 114 orang termasuk dua pemimpin terkemuka gerakan Ansar al-shariah setelah aksi protes di kedubes AS yang menentang film penghinaan terhadap Nabi Muhammad salallahu alaihi wa sallam dan Benahssine mendesak otoritas untuk membebaskan mereka.
“Kalian harus membebaskan pemuda kami, yang menderita ketidakadilan dan penindasan, untuk menghabiskan waktu merayakan Idul Adha minggu ini dengan keluarga mereka,” katanya.
Pengacara para tahanan mengatakan beberapa tahanan mulai mogok makan untuk memprotes kondisi di penjara di mana penganiayaan terjadi serta kondisi memprihatinkan.
Amerika Serikat pada bulan ini meminta Tunisia membawa penyerang kedubesnya ke pengadilan dan berjanji untuk melanjutkan dukungannya bagi transisi demokrasi di Tunisia.
Presiden Marzouki mengatakan pada bulan lalu bahwa pengikut Salafi adalah kaum minoritas, tidak lebih dari tiga ribu orang dan bahwa mereka adalah “kuman”. Dia menegaskan hukum akan diterapkan secara ketat terhadap Salafi. (haninmazaya/arrahmah.com)