IRAK (Arrahmah.id) — Penjara Abu Ghraib menjadi salah satu warisan suram Perang Irak. Di penjara itulah terungkap sejumlah hal mengejutkan terkait penyiksaan mengerikan terhadap para tahanan.
Sekitar tahun 2003, pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) menginvasi Irak atas tuduhan rezim Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal.
Faktanya, tuduhan tersebut tidak terbukti, dan banyak korban jiwa terlanjur berjatuhan akibat invasi.
Dari sekian banyak warisan mengerikan dari momen tersebut, salah satu di antaranya adalah Penjara Abu Ghraib.
Sempat populer di era Saddam Hussein, penjara ini kembali dibuka oleh militer AS ketika menginvasi Irak.
Pada tahun 2004, penjara tersebut menjadi sasaran protes dunia internasional pasca-kemunculan laporan dan foto terkait pelecehan, penyiksaan, hingga kematian para tahanan yang dilakukan pasukan AS.
Mengutip laman The New Yorker (15/4/2023), terdapat sejumlah anomali yang terjadi di Penjara Abu Ghraib.
Pertama, sebagian besar tahanan yang ditangkap militer AS adalah warga sipil yang tidak diketahui kesalahannya. Mereka hanya ditangkap secara acak saat penyisiran area dan berakhir di penjara.
Suatu hari, muncul laporan setebal 53 halaman yang ditulis oleh Mayor Jenderal Antonio M.Taguba yang sebenarnya tidak dimaksudkan untuk dipublikasikan. Akan tetapi, tanpa diketahui ternyata laporan tersebut justru bocor.
Taguba, selama Oktober-Desember 2003, menemukan banyak pelanggaran kriminal sadis dan terang-terangan di Penjara Abu Ghraib oleh polisi militer dan anggota intelijen Amerika.
Laporan Taguba tersebut mencantumkan beberapa kekejaman seperti menuangkan cairan fosfat ke tahanan, mengguyurkan air dingin ke tahanan yang telanjang, memukul tahanan dengan gagang sapu dan kursi, ditelanjangi dan diikat seperti anjing, hingga ancaman tindak kekerasan seksual kepada tahanan laki-laki.
Tak sampai di situ, mereka juga mengintimidasi dan menakuti tahanan dengan anjing militer. Bahkan, dalam satu contoh, anjing tersebut benar-benar menggigit tahanan tersebut.
Laporan tersebut diperkuat dengan sejumlah pernyataan saksi terperinci serta penemuan foto-foto dan video terkait kekejaman tersebut. Sebagai contoh, salah satu kesaksian datang dari mantan tahanan Penjara Abu Ghraib bernama Talib al-Majli.
Dilansir dari NPR, dia menceritakan kisah kelamnya kala berada di Penjara Abu Ghraib. Meski telah bebas cukup lama, namun ingatannya terhadap penjara itu masih jelas dan selalu menghantui hidupnya.
Dipenjara oleh pasukan AS selama 16 bulan, dia mengaku tidak pernah didakwa apa pun dan hanya menjadi salah satu korban asal tangkap militer Amerika yang kala itu melakukan invasi ke Irak.
“Sampai hari ini, saya merasa terhina atas apa yang telah mereka lakukan terhadap saya. Waktu yang saya habiskan di Abu Ghraib jelas itu mengakhiri hidup saya. Saya hanya setengah manusia sekarang.” ucap Talib seperti dikutip dari NPR (15/4). (hanoum/arrahmah.id)