KAIRO (Arrahmah.com) – Pesawat tempur Mesir berpatroli di Semenanjung Sinai tanpa persetujuan Israel, meskipun Mesir masih terkait dengan perjanjian 1979 yang membatasi kehadiran militer Mesir di semenanjung tersebut, kepala angkatan udara Mesir menyatakan.
Beberapa wilayah di Sinai dibatasi bagi tentara Mesir di bawah kesepakatan ‘damai’ 1979 dimana Israel sepakat untuk mengakhiri pendudukannya, meskipun hal itu hanya omong kosong belaka karena Zionis masih menyebarkan pasukannya di wilayah tersebut dalam beberapa bulan terakhir dengan dalih mengantisipasi serangan ‘militan’ Islam.
“Sinai adalah tanah kami, dan kami tidak butuh izin untuk menambah pasukan keamanan kami di tanah kami sendiri,” kata Jenderal Reda Hafiz dalam komentarnya yang disiarkan oleh kantor berita MENA.
“Pesawat Masir melakukan patroli untuk mengamankan seluruh perbatasan, termasuk perbatasan sebelah timur,” tambahnya.
Sementara itu, harian Israel Yedioth Ahronoth mengkritik pernyataan oleh Jenderal Hafiz dan menggambarkan tindakan Mesir sebagai “pelanggaran perjanjian perdamaian” antara kedua negara.
Para pejabat Israel mengatakan pada Agustus bahwa pemerintah mereka telah menyetujui peningkatan jumlah pasukan Mesir di Sinai setelah serangkaian serangan mematikan di Israel yang dipersalahkan pada gerilyawan beroperasi dari wilayah itu.
Serangan pada 18 Agustus itu datang saat militer memimpin operasi terhadap ‘militan’ Islam yang diduga terlibat dalam serangkaian serangan terhadap pos polisi di Sinai dan serangan terhadap pipa yang mengekspor gas ke Israel.
Pada saat yang sama, Jenderal Hafiz mengatakan bahwa Mesir tidak akan terpengaruh oleh penghentian bantuan AS. “Mesir akan mendapatkan bantuan dari negara-negara lain. Angkatan bersenjata Mesir akan mengambil prosedur yang diperlukan sehingga dihentikannya bantuan AS tidak akan berdampak negatif bagi kami.” pungkasnya. (althaf/arrahmah.com)