PARIS (Arrahmah.com) – Anggota parlemen sayap kanan dan anggota partai republik keluar dari pertemuan yang diadakan oleh parlemen Perancis untuk membahas pandemi Covid-19 dan pengaruhnya terhadap kaum muda, pada Kamis (17/9/2020) karena kehadiran seorang wanita yang mengenakan jilbab.
Dalam pertemuan yang digelar di Paris tersebut, beberapa anggota parlemen sayap kanan serta anggota partai republik yang berkuasa Anne-Christine Lang mengatakan bahwa mereka tidak dapat menerima perwakilan serikat mahasiswa Maryam Pougetoux yang mengenakan jilbab, sehingga mereka memutuskan untuk pergi.
Lang berargumen di Twitter bahwa dia tidak dapat menerima kehadiran seseorang yang berjilbab pada pertemuan yang diadakan di majelis nasional, yang disebut sebagai “jantung demokrasi”.
“Sebagai anggota parlemen yang merupakan feminis dan pelindung hak-hak perempuan, serta berkomitmen pada nilai-nilai republik dan sekularisme, saya tidak dapat menerima partisipasi seseorang yang berjilbab dalam pertemuan kami,” katanya, sebagaimana dilansir Anadolu Agency.
Anggota partai berkuasa lainnya, Sandrine Morch, yang memimpin sesi tersebut, mengatakan reaksi anggota parlemen merupakan hal yang tidak perlu dilakukan, mengingat tidak ada aturan yang melarang orang berpakaian religius (berjilbab) untuk menghadiri pertemuan.
Morch mencatat bahwa dia tidak akan membiarkan diskusi palsu seputar jilbab mengalihkan fokus pertemuan, di mana masa depan pemuda negara sedang dibahas.
Pougetoux juga mendapat kritik dari Menteri Negara Kesetaraan Gender Marlene Schiappa dan banyak tokoh politik lainnya ketika dia ditunjuk sebagai pembicara oleh serikat mahasiswa UNEF pada tahun 2018. (rafa/arrahmah.com)