Dia berubah menjadi pembunuh dan pemerkosa bayaran sejak bergabung menjadi anggota milisi Syi’ah Shabiha. Dia membunuh dan memperkosa demi bayaran yang setara dengan 450 USD per bulan plus bonus, sebelum dia ditawan oleh ‘pemberontak Suriah’.
Arsyad (bukan nama sebenarnya), yang sekarang sedang ditahan di sebuah gua di provinsi Idlib di utara Suriah, mengatakan kepada wartawan British Sunday Teleghraph, bahwa dia menyadari kematiannya sudah dekat. Berdasarkan laporan koran tersebut, bahwa demi gaji yang setara dengan 450 USD plus bonus 150 USD untuk setiap korban, Arsyad menjadi pembunuh-pemerkosa bayaran.
Parahnya, dia mengakui bahwa dia telah menikmati setiap menit dari tugasnya itu. Arsyad berkata, “Kami mencintai Assad karena pemerintahnya memberikan kami semua kekuatan. Jika saya ingin untuk melakukan sesuatu, membunuh seseorang atau memperkosa seorang gadis, Saya bisa. Pemerintah memberikan saya 30.000 Pound Suriah (SYP) dan bonus 10.000 SYP per orang yang saya bisa tangkap atau bunuh. Saya telah memperkosa satu gadis, dan komandan saya memperkosa berkali-kali. Hal itu biasa saja.”
Arsyad ditangkap sepekan lalu pada saat terjadi baku tembak dengan unit Brigade Tentara Kebebasan Suriah (FSA). Dia dipenjara di sebuah gua di dataran tinggi yang sebelumnya digunakan oleh para ‘pemberontak’ Suriah untuk bersembunyi dari kejaran pasukan loyalis Assad dan penyimpanan senjata. Namun, setelah 16 bulan revolusi berlangsung, FSA telah lebih kuat militernya, gua-gua di dataran tinggi itu kini berubah menjadi rumah tahanan bagi pasukan loyalis Assad yang ditangkap.
Menurut laporan, Arsyad memiliki fisik dengan otot-otot yang besar dan kuat -umumnya ciri-ciri anggota milisi Shabiha- yang dapat dengan mudah dikenali sebagai milisi Shabiha, ketika dia ditangkap. Para tentara rezim Assad biasa, mungkin akan diperlakukan layaknya tahanan perang, tapi anggota Shabiha seperti Arsyad biasanya akan dieksekusi mati, mengingat kebiadaban yang telah mereka lakukan di provinsi tersebut. Karena dia merasa sudah tak ada harapan lagi, Arsyad mau membuka mulutnya untuk mengungkapkan tentang kejahatan-kejahatannya selama ini.
“Teman-teman saya bergabung dengan Shabiha, dan mereka mendorong saya untuk bergabung dengan mereka. Saya (awalnya) ragu-ragu, dan orang-orang di pangkalan Pasukan Angkatan Udara lokal memukuli saya hingga saya setuju. Saya diberitahu tentang orang-orang yang tidak menyukai Assad, saya menangkap mereka dan menempatkan mereka di penjara. Pemerintah memberikan saya senjata,” ungkap Arsyad.
Arsyad juga menceritakan bahwa salah satu pemerkosaan yang dia dan rekan-rekannya pernah lakukan, “Dia (gadis yang menjadi korban -red) adalah seorang mahasiswi di Universitas Aleppo. Saat itu siang hari dan saya berjalan-jalan (dengan kendaraan) di sekitar kota dengan bos saya. Dia melewat di jalanan. Saya berkata kepada bos saya, ‘Bagaiamana menurutmu tentang gadis ini? Bukankah dia cantik?’. Kami menariknya dan menempatkan dia di dalam mobil. Kami pergi ke sebuah rumah kosong (yang ditinggalkan) dan kami berdua memperkosanya. Setelah selesai, kami membunuhnya. Dia mengenali wajah kami dan tetangga kami, jadi dia tidak boleh dibiarkan hidup.”
Arsyad juga mengatakan bahwa dirinya pernah membunuh sorang pria pada saat demonstrasi anti-Assad berlangsung di kota di provinsi tersebut.
Arsyad juga tidak menunjukkan tanda-tanda kegelisahan di wajahnya saat diwawancarai oleh wartawan, berbeda dengan yang pernah ditemui oleh wartawan Sunday Teleghraph sebelumnya saat mengunjungi orang-orang yang ditahan di penjara ‘pemberontak’ di Libya. “Sebaliknya, hanya sedikit emosi yang ditunjukkan ketika saya bertanya kepadanya, mengapa dia nampak tanpa emosi,” kata wartawan Sunday Teleghraph.
Sebelum menjadi anggota Shabiha, “Saya tumbuh di sebuah keluarga normal, saya diajari untuk menghormati wanita,” kata Arsyad. “Tetapi setan-setan mengendalikan jiwa saya pada hari-hari itu.”
(siraaj/arrahmah.com)