EROPA (Arrahmah.com) – Pemimpin gereja Koptik di seluruh Eropa mengungkapkan bahwa mereka menjadi sasaran ancaman setelah serangan bom di Gereja Koptik saat pergantian tahun di Alexandria, Mesir.
Seorang imam di Paris mengadu kepada kepolisian Paris yang akhirnya membuka investigasi oleh pasukan “anti-teror”.
Seorang pejabat senior di Inggris mengatakan ancama telah ditujukan untuk dua gereja dan seorang uskup Jerman telah meminta perlindungan kepada pemerintah.
Pengeboman di Alexandria telah menewaskan 21 orang.
Masalah keamanan di Eropa datang sebelum komunitas Koptik berencana merayakan Natal pada 7 Januari mendatang.
Ancaman Online
Seorang pendeta di gereja Koptik Santo Maria dan Santo Markus di daerah pinggiran Paris, Châtenay-Malabry, menyatakan kepada AFP pada Senin (3/1) bahwa ia telah membuat pengaduan ke polisi.
Pendeta Girguis Lucas mengatakan bahwa salah seorang jamaatnya telah melihat “ancaman dibuat melalui internet oleh mujahedin Islam yang mengumumkan serangan lain di Eropa dan di Prancis pada khususnya,” serta menyebutkan nama gereja mereka.
Uskup dari Gereja Ortodoks Koptik di Inggris, Uskup Angaelos mengatakan bahwa ia telah membahas ancaman dengan sesama uskup di seluruh Eropa dan bahwa tindakan pencegahan akan diambil sebelum serangan meningkat.
Menteri Dalam Negeri Jerman mengatakan anggota Gereja Koptik mengungkapkan kekhawatiran mereka bahkan sebelum serangan terhadap gereja Koptik di Mesir terjadi.
Mujahidin Irak Membela Muslimah Muallaf Mesir
Seperti dilaporkan sebelumnya, kepala Gereja Koptik, Paus Shenouda III menahan dua Muslimah muallaf di penjara biara Koptik ain shams, dimana mereka menjadi objek penyiksaan brutal dan memaksa mereka untuk meninggalkan Islam.
Perlu diingat bahwa pada tanggal 1 November 2010, Mujahidin Daulah Islam Irak memberikan ultimatum selama 48 jam kepada Kepala Gereja Koptik Mesir, menuntut pembebasan dua Muslimah muallaf, Wafaa Constantine dan Camilia Shehata dan muslimah lainnya yang telah memeluk Islam namun menderita karena ditahan dan disiksa di penjara Koptik agar mereka meninggalkan keyakinan mereka dan kembali memeluk Kristen.
Departemen Perang Daulah Islam Irak membuat pernyataan resmi pada 3 November. Pernyataan itu menunjukkan berakhirnya ultimatum untuk Kepala Gereja Koptik untuk membebaskan Saudari mereka yang mengalami penyiksaan brutal oleh orang Kristen Koptik.
Statemen mengatakan :
“Departemen Perang Daulah Islam Irak menyatakan bahwa pusat-pusat Kristen dan organisasi, para pemimpin Kristen dan pendukungnya kini menjadi sasaran sah bagi Mujahidin di mana mereka menjangkaunya, dan membiarkan musyrikin ini, khususnya Vatikan tolol tahu bahwa sebuah pedang akan membunuh melalui leher pendukung mereka, meskipun mereka tidak bersalah atas tindakan para pemimpin gereja Mesir”. (haninmazaya/arrahmah.com)