RIYADH (Arrahmah.com) – Seorang “mufti” Saudi, Abdul Aziz bin Abdullah Aal ash-Shaikh, mengatakan seruan untuk Jihad di Suriah harus dianggap sebagai semacam “pengkhianatan terhadap negara”, menurut laporan pers Saudi, Al-Eqtisadiah dan Al-Watan dikutip oleh Kavkaz Center.
Dalam khutbah Jum’at pada pekan lalu yang berlangsung di Masjid Imam Turki bin Abd al-Aziz, Aal ash-Shaikh berbicara tentang segala macam pengkhianatan.
Menyentuh masalah komersial dan transaksi perbankan sang “mufti” juga menarik perhatian ke Suriah. Menurutnya, keinginan pemuda untuk memasuki Jihad dapat dianggap sebagai “pengkhianatan” terhadap rezim Saudi.
Dalam khutbahnya ia mengatakan bahwa di antara mereka ada yang mengkhianati masyarakat dan negara mereka dengan menghasut orang untuk mengambil tindakan yang mengarah pada penghinaan dan kesulitan bagi negaranya sendiri. Dia menjelaskan bahwa ini adalah orang-orang yang menghasut para pemuda untuk bergabung dengan Jihad dan bahwa mereka tidak mengetahui konsekuensi dan bahaya yang menunggu tulis Al-Eqtisadiah.
Perlu diingat bahwa beberapa minggu lalu, ulama istana yang paling menonjol termasuk “mufti” Abdul Aziz Salih Fevzan mengunjungi istana Raja Abdullah di riyadh, di mana mereka bertemu dengan para pejabat senior Saudi. Pertemuan tersebut direkam dan difoto.
Pada pertemuan itu, raja ditawarkan untuk mengeksekusi Muslim yang menyeru Jihad ke negara-negara tetangga.
“Sangat disayangkan bahwa ada beberapa orang yang mengekspos pemuda ke dalam bahaya, dan hukuman penjara tidak cukup bagi mereka. Orang-orang ini ingin menyesatkan mereka,” klaim Abdullah.
“Saya pikir mereka layak mendapatkan hukuman berat,” ujar Raja Saudi seperti dilansir Arab News.
Belum lama ini, Aal ash-Shaikh juga mendesak pemuda Muslim Arab untuk tidak bergabung dengan Mujahidin di Suriah karena “tidak diketahui mereka berperang di bawah bendera apa”. Ia mengklaim akan lebih baik untuk mengirimkan uang kepada Muslim Suriah atau hanya berdo’a.
Perlu dicatat, bahwa setiap orang tahu Mujahidin di Suriah berperang dengan mengibarkan bendera hitam bertuliskan “Laa ilaha illa Allah (tidak ada tuhan selain Allah)”, dan ini bukan sebuah rumor.
Sementara itu dalam perkembangan lain yang menarik, rezim Saudi mendukung kelompok pro-demokrasi bentukan Barat yang disebut dengan “Dewan Nasional Suriah (SNC) yang ditentang oleh semua fraksi Mujahidin Suriah di lapangan.
Saudi mendukung kelompok tersebut pertama kalinya pada November 2012 dan kemudian bulan Maret 2013 dalam pertemuan Liga Arab.
Rezim Riyadh menyebut kelompok pro-demokrasi yang didukung oleh Amerika, Inggris dan Perancis ini merupakan “satu-satunya wakil sah rakyat Suriah”. (haninmazaya/arrahmah.com)