BAGHDAD (Arrahmah.com) – Kepala parlemen daerah otonom Kurdistan Irak utara mengatakan pada Selasa (5/7/2011) bahwa tentara salibis AS harus tetap tinggal di Irak di luar tenggat waktu yang direncanakan pada akhir tahun 2011 ini dengan dalih “keamanan” masih lemah.
Para pejabat AS berulangkali meminta Baghdad untuk memutuskan jika mereka ingin tentara AS tetap berada di Irak.
“Situasi keamanan Irak tidak menjamin keberangkatan pasukan AS saat ini,” ujar Kamal Kirkuki, pembicara parlemen Kirkuk, lanisr al Arabiya.
“Irak masih menderita ketidakstabilan dan serangan ‘teroris’ masih terus berlanjut,” ujarnya. “Kami di wilayah ini berharap ada kesepakatan Irak-negatif atau positif-mengenai tetap menyebar pasukan AS atau tidak.”
Pernyataan anggota parlemen ini secara tidak langsung mendukung invasi AS di Irak yang telah berlangsung selama hampir delapan tahun. Selama itu pula, rakyat Irak banyak menanggung penderitaan. Jumlah janda dan yatim meningkat pesat, jumlah warga yang kehilangan rumah mereka dan terpaksa mengungsi juga meningkat pesat. Lalu apa yang diharapkan dari bertahannya pasukan AS di Irak?
Selain membunuh sipil Irak, AS juga merampok uang hasil dari penjualan minyak Irak.
Pernyataan ini muncul setelah pasukan AS di bulan Juni, menderita kerugian besar yang menjadikan bulan Juni tahun ini menjadi bulan paling mematikan. Dilaporkan bahwa 14 tentara AS tewas di Irak pada bulan tersebut.
Duta Besar AS untuk Irak, James Jeffrey mengatakan pada Sabtu (2/7) bahwa Washington terbuka untuk gagasan beberapa tentara tetap berada di Irak, namun menegaskan bahwa pasukan Irak harus memberikan perlindungan. (haninmazaya/arrahmah.com)