BOSTON (Arrahmah.com) – Pemerintah AS telah menyatakan dua bersaudara – Dzhokhar dan Tamerlan Tsarnayevs – asli Dagestan dan Kirghizstan, etnik Chechnya, sebagai “tersangka” ledakan Bom Boston, lansir KC pada Jumat (19/4/2013).
Sementara itu, beberapa ahli menunjukkan bahwa satu-satunya faktor yang tampaknya telah dianggap sebagai bukti oleh peneliti Amerika hanyalah karena para pemuda itu membawa ransel yang terlihat oleh kamera cctv.
Jelas, Amerika memilih untuk melakukan pemeriksaan terus menerus terhadap orang dengan ransel di jalanan Boston pada hari kejadian.
Sejak itu, beberapa orang ditangkap, tapi kemudian dibebaskan. Namun, apa yang sebenarnya terjadi pada Tsarnayev?
Tsarnayev bersaudara dilaporkan adalah para pemuda Muslim asli Dagestan dan Kirghizstan. Namun mereka tinggal di AS bersama keluarga mereka.
Pada Kamis (18/4/2013), FBI secara resmi merilis foto Tsarnayev bersaudara di hadapan publik, mengklaim mereka sebagai tersangka. Bahkan FBI mengatakan bahwa mereka “bersenjata dan sangat berbahaya!”
“Ada orang-orang di luar sana mengenal individu-individu ini sebagai teman, tetangga, rekan kerja atau keluarga,” kata agen khusus FBI di Boston, Richard DesLauriers, dikutip NBC News.
Selain itu FBI juga dengan tegas mengklaim bahwa Tsarnayev bersaudara bersenjatakan senjata api dan peledak, tanpa memberikan bukti konkrit. Dan menyeru kepada warga bahwa siapapun yang melihat mereka berdua jangan mendekati mereka.
“Kami menganggap mereka bersenjata dan sangat berbahaya,” tambah DesLauriers. “Tidak boleh siapa pun mendekati mereka… Jika anda melihat pria ini, hubungi penegak hukum.”
Tamerlan (26), dilaporkan telah meninggal dunia (semoga Allah menerimanya) ditembak oleh polisi sementara adiknya Dzhokar (19) ditangkap dalam keadaan terluka parah.
Kasus bom Boston ini dan penetapan Tsarnayev bersaudara ini masih penuh tanda tanya. Mereka berdua dikenal baik oleh keluarga, para tetangga dan teman-temannya. Tuduhan FBI terhadap Tsarnayev bersaudara membuat orang-orang di sekitar mereka sangat terkejut.
Laporan bahwa dua bersaudara Tsarnayev menyerang sebuah mobil polisi, dan penyanderaan serta melakukan banyak hal lain, dan bukannya menjaga dan menunggu situasi reda setelah ledakan, tampaknya sangat aneh.
Dua bersaudara itu tidak tinggal di Chechnya, dan yang bungsu lahir di Kirgistan. Dari sana, mereka beremigrasi ke Amerika Serikat. Dilansir dari halaman di jaringan sosial Rusia “Vkontakte“, Dzhokhar Tsarnayev sangat jauh dari gambaran seorang “teroris Islam”. Sebagai kredo utama, ia menginginkan kesuksesan karir profesionalnya.
Di website Cambridge Rindge & Sekolah Latin, di mana Tsarnayev belajar, tercatat bahwa pada bulan Februari 2011, ia diberikan gelar Athlete of the Month.
Adapun kakaknya, Tamerlan Tsarnayev, ternyata ia terlatih secara profesional sebagai petinju dan sedang mempersiapkan diri untuk bergabung dengan tim Olimpiade AS.
Menurut pernyataannya sendiri, karena Chechnya bukan sebuah negara yang merdeka, ia bermain untuk Amerika Serikat, bukan untuk Rusia. Informasi tersebut terdapat pada profil organisasi pusat Wai Kru Mixed Martial Arts, di mana ia mendapat pelatihan tinju.
Hal ini juga ditinjau di galeri foto pelatihan Tsarnayev tersebut. Di sana disebutkan, ia lebih suka bermain untuk Amerika Serikat daripada untuk tim Rusia. Petinju itu juga menambahkan bahwa ia tidak bisa masuk ke tim karena ia tidak memiliki kewarganegaraan Amerika, tapi ia berharap untuk mendapatkannya nanti.
Dalam percakapan dengan seorang fotografer, dikabarkan atlet tersebut mengatakan bahwa ia siap bermain untuk Chechnya hanya jika Chechnya merdeka.
Tamerlan Tsarnayev tinggal di AS sejak tahun 2002 atau 2003. Ia belajar teknik di Bunker Hill Community College di Boston. (banan/arrahmah.com)