JEDDAH (Arrahmah.com) – Pemerintah Belanda mengirim utusan ke Riyadh pekan ini untuk pembicaraan tingkat tinggi setelah Kerajaan Arab Saudi menjatuhkan sanksi langsung pada negara Eropa karena seorang politisi sayap kanan Belanda telah menghina Islam dan Arab Saudi, lapor P.K. Abdoul Ghofur kepada Arabnews.com.
Maurice Pourchez, sekretaris pertama untuk urusan ekonomi dan budaya di Kedutaan Besar Belanda di Riyadh, mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Belanda Frans Timmermans mengatakan kepada saluran televisi resmi negara bahwa ia akan mengirim direktur eksekutif untuk urusan politik ke Kerajaan.
“Timmermans juga telah menyatakan keinginannya untuk segera mengunjungi Arab Saudi untuk memperkuat hubungan,” kata pejabat itu. Pourchez menekankan hubungan ekonomi yang tumbuh antara kedua negara. Perdagangan antara Arab Saudi dan Belanda mencapai angka 6 miliar euro (sekitar SR31 miliar) dengan ekspor Saudi ke negara itu mencapai hampir SR20 miliar.
“Kami belum menerima informasi resmi tentang keputusan Arab Saudi untuk memangkas hubungan perdagangan,” kata Pourchez, menambahkan bahwa negaranya akan meluncurkan upaya habis-habisan untuk memperbaiki hubungan.”
Insiden itu terjadi sekitar empat bulan yang lalu,” kata pejabat itu tentang anggota parlemen Geert Wilders yang mengeprint stiker mirip bendera Saudi, yang ilustrasinya berupa penghinaaan terhadap Saudi dan Islam.
Saat ditanya apakah keputusan Saudi memiliki dampak pada perusahaan-perusahaan Belanda, Pourchez mengatakan ” Kami berharap hal itu tidak terjadi dan perusahaan-perusahaan Belanda telah menyatakan keprihatinan mereka.” Sekitar 30 perusahaan Belanda beroperasi di Arab Saudi dan ada banyak di Belanda yang memiliki hubungan dagang dengan Kerajaan.
Dewan Kamar Dagang Saudi mengatakan baru-baru ini bahwa mereka telah menerima perintah dari pemerintah Saudi melarang perusahaan-perusahaan Belanda mengambil bagian dalam proyek-proyek masa depan di Inggris, baik secara langsung dan melalui subkontrak. Perintah itu juga mengurangi seminimal mungkin jumlah visa “bagi perusahaan-perusahaan Belanda dan investor yang bukan bagian dari proyek-proyek vital di Inggris.”
Akan ada juga larangan delegasi perdagangan antara kedua negara.
Pemerintah Belanda dilaporkan telah menjauhkan diri dari tindakan Wilders, menunjukkan bahwa penghasut populis bukan bagian dari atau perwakilan parlemen Belanda. Wilders sebelumnya membandingkan Alquran dengan Adolf Hitler Mein Kampf. Ia juga menyalahkan Arab Saudi untuk serangan teroris di seluruh dunia.
Saudi dan ekspatriat telah menyambut keputusan Kerajaan untuk menjatuhkan sanksi terhadap Belanda karena gagal untuk mengambil tindakan terhadap Wilders. “Saya memberikan dukungan sepenuh hati saya kepada pemerintah Saudi untuk mengambil keputusan yang cepat dan tegas untuk mengakhiri kebencian anti-Islam yang berasal dari Belanda,” kata Yousuf Al – Kuwailet , seorang kolumnis Saudi dan intelektual. Ia mengatakan Wilders telah menggantikan syahadat pada bendera Saudi dengan pro-fanitisme menyerang Islam dan Nabi Muhammad (saw).
“Mempraktikkan kebebasan berbicara dan menyebarkan kebencian adalah dua hal yang berbeda,” kata Al-Kuwailet. Ia juga mempertanyakan mengapa pemerintah Belanda tidak mengambil tindakan terhadap Wilders atas serangan rasis dan kecaman anti-Islamnya.
Abdul Rahman, seorang blogger Muslim Belanda, berkomentar, “Saya senang mendengar bahwa sentimen memusuhi Islam ditanggapi serius. Negara ini memungkinkan pidato kebencian Wilders terhadap Muslim dan Islam merebak. Hal ini mendorong kelompok ekstrimis untuk menyerang umat Islam.”
Blogger Roy Jenkins mengatakan, “Wilders adalah orang bodoh yang mempermalukan orang-orang Belanda. Sebagian besar penduduk Belanda menghormati orang tanpa membedakan agama, gender atau ras dan sikap liberal ini memungkinkan politisi populis seperti Wilders untuk berkhotbah kepada yang kurang berpendidikan.”
“Belanda, Arab Saudi dan dunia yang lebih luas harus menentang rasisme dengan membangun jembatan bukannya mengompori mereka. Beberapa tahun terakhir telahterlihat pekerjaan besar yang dilakukan antara perusahaan dan universitas di kedua negara, dan dengan membiarkan kata-kata Wilders dianggap serius, semua pekerjaan yang baik bisa sia-sia,” katanya. (adibahasan/arrahmah.com)