ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Polisi di Pakistan telah menangkap seorang ulama setelah mengancam akan membunuh Malala Yousafzai, aktivis pemenang Hadiah Nobel Perdamaian yang pernah ditembak kepalanya oleh pejuang Taliban.
Ulama bernama Mufti Sardar Ali Haqqani menjadi viral di media sosial setelah video dirinya mengancam akan membunuh aktivis perempuan dengan serangan bunuh diri jika Malala kembali ke Pakistan.
Ancaman dilontarkan setelah Malala membuat komentar tentang pernikahan yang dianggap menghina Islam.
Ulama tersebut ditangkap di Lakki Marwat, sebuah distrik di provinsi Khyber Pakhtunkhwa barat laut, pada hari Rabu, ungkap kepala polisi setempat, Waseem Sajjad, seperti dikutip AP, Jumat (11/6/2021).
Malala telah tinggal di Inggris sejak 2012, setelah Taliban Pakistan menembak kepalanya yang membuatnya nyaris tewas. Dia baru berusia 15 tahun pada saat ditembak dan telah membuat marah Taliban dengan kampanyenya untuk pendidikan anak perempuan.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah Vogue, Malala mengatakan: “Saya masih tidak mengerti mengapa orang harus menikah.”
“Jika Anda ingin memiliki seseorang dalam hidup Anda, mengapa Anda harus menandatangani surat nikah, mengapa tidak hanya menjadi mitra?” ujar Malala.
Pernyataan itu menyebabkan kegemparan di media sosial di Pakistan dan membuat marah umat Islam dan ulama seperti Haqqani. Di bawah hukum Islam, pasangan tidak bisa hidup bersama di luar pernikahan.
Ayah Malala, Ziauddin Yousafzai, membela putrinya di Twitter dengan mengatakan bahwa pernyataan Malala diambil di luar konteks.
Malala, yang sekarang berusia 23 tahun dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada 2014 karena bekerja untuk melindungi anak-anak dari perbudakan, ekstremisme, dan perburuhan anak. Dia sempat mengunjungi Pakistan pada tahun 2018.
Dia tetap sangat populer di Pakistan tetapi juga banyak dikritik oleh kelompok Islam.
Pada bulan Februari, penyerang Malala tahun 2012 mengancam akan kembali mencoba membunuh aktivis tersebut.
Ancaman tersebut mendorong Malala untuk menulis pesan di Twitter. Dia meminta militer Pakistan dan Perdana Menteri Imran Khan untuk menjelaskan bagaimana tersangka penembaknya, Ehsanullah Ehsan, melarikan diri dari tahanan pemerintah.
Ehsan ditangkap pada 2017, tetapi melarikan diri pada Januari 2020 dari apa yang disebut rumah persembunyian tempat dia ditahan oleh badan intelijen Pakistan. Keadaan penangkapan dan pelariannya diselimuti misteri dan kontroversi. (hanoum/arrahmah.com)