SURIAH (Arrahmah.id) — Pertahanan terakhir kelompok militan Islamic State (ISIS) di Irak dan Suriah telah runtuh, tetapi itu bukan berarti kelompok tersebut tidak lagi menimbulkan ancaman.
Para ahli mengingatkan, selama empat tahun sejak kekalahannya, ISIS masih menjadi kekhawatiran. Bahkan, ada banyak kemungkinan bahwa kelompok itu akan bangkit kembali.
Sel kelompok yang sempat menguasai sepertiga wilayah Suriah dan 40 persen Irak, menyusul kebangkitannya pada pertengahan 2014, akan berusaha membawa 10.000 pejuangnya dari penjara dan kamp penahanan Suriah. Itu berarti tahun 2023 dan tahun-tahun mendatang, negara-negara akan terus menghadapi ancaman ISIS.
Shiraz Maher, Direktur International Centre for the Study of Radicalization dan anggota Departemen Studi Perang di King’s College London, mengatakan plot semacam itu akan menimbulkan satu-satunya ancaman keamanan terbesar bagi Barat.
“Mengerjapkan mata, dan Anda akan melewatkannya, dan tiba-tiba ISIS akan kembali,” katanya kepada Sky News (27/12/2022), menggambarkan bahwa ISIS bisa hadir kembali begitu cepat tanpa terduga.
“Pasukan Demokrat Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat telah berulang kali mengatakan bahwa ini adalah bom waktu yang mereka duduki (bahwa) mereka tidak mampu menangani diri mereka sendiri,” ujarnya.
Saat ini juga muncul kekhawatiran bahwa kemungkinan serangan darat oleh Turki di Suriah akan memberikan lingkungan yang sempurna bagi ISIS untuk sekali lagi menguasai sebagian besar wilayah.
Matthew Henman, seorang ahli teror di firma intelijen Janes, mengatakan kepada Sky News bahwa ISIS telah mempertahankan tempo kekerasan pemberontak yang stabil sejak dilucuti dari tanahnya. (hanoum/arrahmah.id)