WASHINGTON (Arrahmah.com) – Meski UU Bailout telah disetujui DPR AS dan Presiden AS George.W. Bush, namun sejumlah analis ekonom masih meragukan efektifitas dari UU Bailout tersebut akan mampu mengentaskan krisis finansial dalam jangka panjang.
Menurut mereka, bayang-bayang resesi ekonomi masih menghantui AS. Bahkan sejumlah analis mengatakan AS tengah memasuki detik-detik kehancuran ekonominya.
Simon Jhonson, analis senior pada IMF mengatakan, dampak krisis finansial yang menimpa AS dan Eropa saat ini sangat mungkin dapat memukul perekonomian global untuk terpuruk kembali dalam resesi ekonomi dunia seperti tahun 1929.
Menurut Jhonson, UU Bailout yang telah disetujui DPR AS dan ditandatangani Bush belum mampu sepenuhnya menjamin pengentasan krisis keuangan, “langkah itu hanya prosedur darurat sehingga tidak mampu mencegah penurunan kepercayaan pasar,” tukas Jhonson seperti dikutip Aljazeera.
Jhonson yang meninggalkan IMF sejak tahun lalu dan memilih bekerja sebagai guru besar pada Institute Petterson For Economic International di Washington, mengatakan, ekonomi dunia akan terkena dampak dari pelambatan pertumbuhan ekonomi AS, termasuk kemungkinan resesi ekonomi.
Analis ekonomi peraih penghargaan nobel ekonomi, Jhosef Stiple, juga mengatakan hal yang sama.Dia berpendapat, paket penyelamatan itu belum mampu sepenuhnya untuk memulihkan stabilitas ekonomi AS. Dia mengumpamakan paket penyelamatan itu seperti transfusi darah kepada seseorang yang masih terus mengalami pendarahan yang parah. Transfusi darah itu akan sia-sia jika lukanya tidak ikut disembuhkan.
Defisit Anggaran
Akibat besarnya dana talangan yang harus dikeluarkan pemerintah AS, defisit anggaran belanja negara AS meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Komisi Anggaran Konggres AS mengatakan langkah penyelamatann dipkirakan akan semakin menekan defisit anggaran belanja negara AS naik menjadi sekitar 407 milyar USD pada tahun ini padahal pada tahun 2007 defisit anggaran hanya mencapai 161 milyar USD. Komisi Anggaran Kongres juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan dibawah 1 persen sampai pertengahan tahun 2009. Menurut ketua Komisi Anggaran, Peter Archad, defisit anggaran yang mencapai 3 persen dari pendapatan domestik akibat besarnya pengeluaran pemerintah AS untuk memberi dana talangan sementara jumlah pemasukan semakin berkurang.
Dalam peristiwa lainnya, Presiden Ekuador, Rafael Correa hari Ahad (5/10) menilai krisis yang terjadi di Amerika menjadi bukti kegagalan sistem kapitalis dan periode Kapitalisme telah berakhir.
Kantor Berita Fars mengutip Prensa Latina Kuba menulis, Rafael Correa mengatakan, sistem kapitalis terbukti gagal dan ekonomi Amerika sebagai pasar terbesar dunia tengah dililit krisis.
Correa menambahkan, apa yang terjadi di Amerika tidak terbatas pada krisis keuangan, namun bukti kebuntuan sebuah sistem yang dibangun tanpa dicermati secara serius.
Menurut Correa, solusi krisis sistem keuangan Amerika tidak akan bisa selesai dengan menyuntikkan dana 700 miliar dolar kepada bank-bank yang telah bangkrut, namun yang lebih penting lagi adalah Amerika harus melakukan perubahan fundamental. [Hanin Mazaya/berbagai sumber]