ADDIS ABABA (Arrahmah.com) – Polisi federal Ethiopia menolak untuk membebaskan jasad seorang anak Muslim berumur 7 tahun yang meninggal pada saat protes anti-rezim pada Jum’a (4/12/2012).
Anak itu bernama Kiya, meninggal di tengah-tengah demonstrasi yang digelar di kota Harar setelah shalat Jum’at menentang rezim Ethiopia.
“Mereka membunuh anak laki-laki kami untuk mengambil harga diri kami, untuk membenamkan kami dalam kesedihan,” kata seorang demonstran Muslim kepada wartawan di tempat kejadian, dilaporkan oleh situs Indepth Africa.
“Bukankah ini lambang kekejaman barbar yang terungkap?”
Jasad Kiya ditahan di rumah sakit bersama dengan ibunya yang merupakan seorang janda, yang juga ditembak beberapa kali, sedang berjuang untuk sembuh, menurut dokter di rumah sakit kota itu.
Polisi menolak untuk mengembalikan jenazah Kiya kecuali keluarganya membayar 3.000 Birr.
Kaum Muslimin di Harar berusaha mengumpulkan uang sumbangan untuk membebaskan jenazah Kiya pada pukul 15:00 pada hari Jum’at karena ingin menguburkan jenazah Kiya sebelum maghrib.
Para demonstran menuduh kepala polisi federal Workeneh Gebeyhuu memerintahkan untuk membunuh anak-anak yang bergabung dalam demonstrasi dengan tujuan meneror dan menimpakan kesedihan kepada para orangtua Muslim.
Demonstrasi anti-rezim telah mengguncang Ethiopia selama beberapa bulan lalu karena pemerintah berusaha mencampuri urusan agama Islam.
Muslim Ethiopia mengatakan pemerintah bersama Mahkamah Agung Agama Islam (Majlis) menyebarkan kampanye untuk mencekoki masyarakat Muslim dengan ideologi sekte sesat Ahbash,
Rezim Ethiopia telah menempatkan sekte Ahbas sebagai pihak yang bertanggungjawab atas urusan Islam dan kaum Muslimin Ethiopia. (siraaj/arrahmah.com)