SURIAH (Arrahmah.com) – Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) merupakan sebuah tim yang bergerak untuk pelayanan kesehatan di wilayah konflik, bencana alam dan kerusuhan sosial, baik bersifat nasional maupun internasional.
Dalam lingkup internasional, tim relawan HASI juga mengadakan misi bagi rakyat Suriah yang tertindas, merasakan kesulitan mereka di tenda-tenda pengungsian, memahami derita mereka dalam segala keadaan yang penuh keterbatasan, dan sebagainya.
Salah seorang tim relawan ke-11 HASI untuk Suriah, Abu Abdillah, menyampaikan bagaimana tim HASI menyaksikan segala akibat dari apa yang telah dilakukan rezim Assad kepada rakyat Suriah yang menyisakan teror dan ketakutan yang luar biasa, serta hilangnya rasa aman di tengah-tengah mereka.
Abu Abdillah menyampaikan bagaimana serangan birmil ataupun roket yang dilancarkan tentara rezim Asad terjadi tiap hari tanpa kenal waktu di Salma, tempat di mana tim relawan ke-11 HASI tinggal, sehingga sudah menjadi semacam menu harian yang harus diterima rakyat Suriah.
Namun kondisi seperti ini tidak menjadikan mereka yang tinggal lemah dan berdiam diri, termasuk dalam hal pendidikan anak-anak. Di Salma, tim relawan ke-11 HASI mendapati sebuah gua di sebuah bukit dengan ketinggian 100 meter yang digunakan sebagai ruang belajar alternatif anak-anak Suriah yang tetap semangat menuntut ilmu meski ruang-ruang kelas mereka telah dihancurkan tentara rezim Assad. Berikut pengalaman berharga yang disampaikan Abu Abdillah dalam sebuah tulisan singkat di situs HASI pada Jum’at (22/5/2014) tersebut.
Belajar di Dalam Gua
Dunia saat ini tahu betapa zalim dan kejamnya rezim Asad ini kepada rakyatnya. Mengusir rakyat dari negerinya, menangkapi mereka yang menentang dan kemudian menyiksanya di dalam penjara, bahkan tidak sedikit yang tinggal nama, mati tanpa keluarga mereka tahu kemana jasadnya. Tidak cukup sampai di situ, tentara rezim pun menghancurkan rumah-rumah mereka, mengirim mereka dengan roket dan meriam yang mematikan untuk menghabisi mereka yang tersisa, dan rentetan kekejaman lainnya yang dapat kita saksikan dan belum pernah kita dapati seorang pemimpin negara yang memperlakukan rakyatnya seperti apa yang dilakukan rezim Asad saat ini.
Akibat dari apa yang telah dilakukan rezim Asad ini kepada rakyat Suriah menyisakan teror dan ketakutan yang luar biasa, rasa aman hilang di tengah-tengah mereka. Jika mendengar suara gelegar roket atau meriam semua akan bersembunyi. Jika suara helikopter menderu di angkasa, semua mencari tempat perlindungan di bawah tanah rumah-rumah mereka. Satu contoh seperti apa yang kami alami semalam, kami dibangunkan pada pukul satu dini hari dan dengan keras mereka perintahkan kami untuk ke tempat persembunyian karena terdengar suara helikopter menderu di atas langit Salma. Standar keamanan yang telah diajarkan kepada kami yaitu bergegas menuju tempat persembunyian jika mendengar suara helikopter. Karena setiap helikopter lewat selalu membawa birmil yang dijatuhkan ke Salma, dan itu tempat di mana kami tim relawan ke-11 Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) tinggal.
Dan serangan birmil ataupun roket yang dilancarkan tentara rezim Asad itu terjadi tiap hari tanpa kenal waktu, sehingga sudah menjadi semacam menu harian yang harus diterima rakyat Suriah suka ataupun tidak. Dalam kondisi seperti ini tidak menjadikan mereka yang tinggal lemah dan berdiam diri, termasuk dalam hal pendidikan anak-anak. Ruangan kelas sekolah anak-anak mereka yang telah hancur akibat serangan brutal rezim Asad, tidak menyurutkan langkah mereka untuk mencari ruang alternatif belajar untuk anak-anaknya. Rumah-rumah sempit mereka bukanlah tempat yang baik untuk kegiatan belajar mengajar dan juga tidak memberikan rasa aman bagi anak-anak jika terjadi serangan. Ruang alternatif belajar itu adalah sebuah gua.
Ya, kami mendapati sebuah gua di sebuah bukit dengan ketinggian 100 meter dari bawah. Gua ini memiliki kedalaman 15 meter dan luas 3 meter dan semakin sempit ketika masuk lebih dalam. Pintu masuk yang tidak terlalu nampak dari luar, apalagi dari bawah. Kami yang diajak naik tidak menyangka kalau disini adalah ruang kelas tempat di mana anak-anak belajar. Karena terjalnya jalan batu untuk menaikinya. Sehingga terkejut ketika kami memasuki ternyata ada beberapa pasang meja dan kursi belajar, layaknya meja dan kursi belajar yang kita temui di ruang-ruang kelas biasanya. Dokter Romi menjelaskan kepada kami bahwa sebagian anak-anak yang masih tersisa di wilayah Wadi Azroq ini mereka melakukan kegiatan belajar mengajar di gua ini. Cukup aman, tidak terlihat dari luar dan tentunya tidak dikhawatirkan dengan kedatangan helikopter yang ‘menghadiahkan’ birmil untuk rakyat Suriah. Sehingga anak-anak dapat belajar dengan tenang dan nyaman, walau dengan segala keterbatasannya.
Setelah selesai melihat ruang belajar anak-anak sekolah tersebut, kami kembali turun. Paman Nizar yang biasa membawa mobil untuk mengantar kami, berkata, “Selama dua puluh tahun saya tinggal di Salma, belum pernah naik ke atas sana, dan tidak tahu kalau ternyata ada gua yang dijadikan ruang belajar oleh rakyat kami.” Laa haula walaa quwwata illaa billaah.
Kembali rakyat Suriah memberi pelajaran kepada kami arti pentingnya kesabaran dan tabah dalam menghadapi ujian. Hilangnya semua yang mereka miliki tidak membuat mereka lemah, ancaman yang senantiasa memburu tidak senantiasa membuat mereka lari, bahkan dari sana menghadirkan sosok-sosok kuat dan berani. Semoga Allah segera memberikan kepada mereka jalan keluar atas tragedi yang menimpa mereka tiga tahun belakangan ini dan mengganti apa-apa yang telah hilang dengan yang lebih baik. Aamiin.
(banan/hasi/arrahmah.com)