GAZA (Arrahmah.com) – Anak-anak TK Palestina di Jalur Gaza telah melancarkan aksi turun ke jalan sambil memegang panci kosong, piring dan sendok untuk menyuarakan dukungan bagi teman-teman mereka yang mengungsi dan kini terkepung dalam kondisi kekurangan makanan dan obat-obatan di kamp Yarmouk, Suriah, lansir MEMO pada Rabu (15/1/2014).
Penyelenggara aksi protes mengatakan, “Hanya warga di Jalur Gaza yang benar-benar bisa merasakan penderitaan para pengungsi Palestina yang terkepung di kamp Yarmouk. Warga Palestina di Gaza telah dikepung [penjajah “Israel”] sejak tahun 2006, sehingga mereka memahami betul pengepungan ini.”
Selama protes itu, anak-anak bergerak menuju markas Palang Merah Internasional di Gaza. Mereka menyerukan organisasi hak asasi manusia internasional di seluruh dunia, termasuk Palang Merah, untuk segera bekerja untuk mengatasi pengepungan kamp pengungsi Yarmouk.
Sumber-sumber di dalam kamp tersebut melaporkan bahwa 48 warga Palestina, termasuk anak-anak dan orang tua, kini telah mati kelaparan sebagai akibat dari pengepungan biadab yang dilakukan oleh pasukan loyalis rezim nushairiyah di sana.
Laporan televisi menunjukkan para pengungsi malang itu mengumpulkan rumput dari sisi jalan dan dedaunan dari pohon-pohon yang ada untuk membuat beberapa jenis makanan untuk bisa mengganjal perut mereka.
Pada hari Senin (13/1/2014), para pengungsi yang terlihat di Al–Jazeera bersaksi bahwa mereka [para pengungsi] bahkan terpaksa memakan daging kucing dan anjing untuk bertahan hidup.
Kamp pengungsi Yarmouk dilaporkan sebagai tempat terbesar bagi para pengungsi Palestina sebelum dimulainya perlawanan Suriah pada tahun 2011 lalu. Lebih dari 160.000 pengungsi Palestina telah tinggal di sana.
Selama 180 hari terakhir, kamp itu telah berada di bawah pengepungan ketat oleh pasukan rezim diktator Suriah dan milisi-milisi pendukungnya.
Akibatnya, banyak pengungsi yang telah gugur. Sementara itu, ada sekitar 20.000 pengungsi yang terjebak di dalam kamp itu saat ini, di mana banyak dari mereka masih menderita kelaparan dan kekurangan obat-obatan hingga kini. (banan/arrahmah.com)