NEW DELHI (Arrahmah.com) – Kehidupan bagi Rukshana telah berubah menjadi mimpi buruk yang mengerikan sejak ia melarikan diri dari rumahnya setelah kerusuhan pecah antara Muslim dan Hindu di distrik Muzaffarnagar dan Shamli di negara bagian India utara Uttar Pradesh.
Rukhsana, (25), yang sekarang tinggal di sebuah kamp bantuan di desa Loi bersama ratusan korban kerusuhan lainnya telah kehilangan putranya yang berusia empat tahun bulan lalu karena hantaman musim dingin yang ganas.
“Tidak ada fasilitas yang memadai untuk menghalau udara dingin di kamp-kamp bantuan tersebut. Kami tidak punya selimut atau pakaian hangat. Anak saya menjadi begitu tidak sehat, dan saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkannya. Saya takut dan khawatir terhadap nasib dua anak saya yang lain yang selalu menangis sepanjang malam karena kedinginan,” katanya.
Dalam beberapa minggu terakhir, 30 anak yang tinggal di kamp-kamp bantuan ini telah meninggal karena kedinginan, karena mereka tidak memiliki pakaian hangat dan selimut.
Bahkan fasilitas dasar seperti makanan, air dan listrik juga sangat terbatas di kamp-kamp yang terletak hampir 100 km dari ibukota negara, New Delhi.
Anak-anak yang terkena dampak terburuk akibat kekerasan yang mematikan yang terjadi di distrik distrik Muzaffarnagar dan Shamli. Banyak dari mereka telah menjadi yatim piatu dan kehilangan tempat tinggal. Alih-alih pergi ke sekolah, mereka tampak berkeliaran dengan pakaian compang -camping tanpa alas kaki.
“Masa depan anak-anak kami suram karena mereka bahkan telah kehilangan sekolah mereka. Sudah lebih dari tiga bulan anak-anak tersebut tidak pergi ke sekolah. Ini tiba saatnya bahwa perdamaian harus segera dipulihkan di daerah ini,” kata Hassan Zahoor, (50), seorang guru sekolah.
Sekitar 60 orang telah meninggal dan lebih dari 50.000 orang, yang didominasi Muslim, pergi mengungsi setelah kerusuhan komunal pecah di minggu terakhir bulan Agustus. Lebih dari separuh dari mereka telah kembali ke rumah, tapi seribu orang lainnya menolak untuk kembali ke rumah mereka karena masih khawatir terhadap keselamatan mereka.
Musim dingin menjadi kekhawatiran yang sangat besar di sini dimana daerah ini telah mencatat suhu serendah 0,6 derajat Celsius.
“Kami telah kehilangan segalanya. Kamp ini tidak higienis dan kami hidup seperti binatang. Semua orang begitu kedinginan di dalam tenda, dan di malam hari embun membuat keadaan menjadi lebih buruk. Tenda menjadi basah. Tidak ada fasilitas medis dan saya benar-benar takut,” kata Jameel Ahmad, (51), yang berada di Kamp Bantuan Bashi Kala.
Kompensasi telah diumumkan oleh pemerintah, namun banyak keluarga yang belum menerima uang sepeser pun.
“Pemerintah telah mengumumkan akan memberikan kompensasi 500.000 Rupee India ($ 8.079) kepada keluarga korban gempa dan 1000.000 rupee India ($ 1.615) dalam kasus kematian dan banyak yang telah menerimanya. Tapi masih ada beberapa keluarga yang sedang menunggu kompensasi,” kata Mohammad Ayub, (48), yang tinggal di Kamp Bantuan Budhana.
Kelompok masyarakat juga telah tampil untuk meningkatkan bantuan di kamp bantuan. Badan hak asasi anak, Save the Children, juga telah turut membantu meringankan penderitaan anak-anak di kamp-kamp bantuan. Akan tetapi karena bantuan tersebut masih sangat terbatas, mereka harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dan juga menghadapi hantaman musim dingin yang ganas tanpa selimut dan baju hangat. Anak-anak pun membeku sampai mati. (Ameera/Arrahmah.com)