KAIRO (Arrahmah.com) – Saat rakyat Mesir terus melawan dan meningkatkan perlawanannya terhadap kediktatoran Hosni Mubarak, sangat jelas bahwa mereka tidak akan berhenti sampai ia pergi.
Lebih dari 100 orang telah membayar dengan darah, sejauh ini, untuk berdiri melawan tiran Mubarak yang didukung AS dan dua ribu lainnya terluka.
Terungkap bahwa selongsong peluru kosong dari amunisi hidup dan tabung gas yang mengotori alun-alunTahrir dan jalan-jalan lain di Mesir, disediakan oleh Amerika Serikat. Koresponden Press TV, Jihan
Hafiz memperlihatkan bukti tersebut kepada dunia dalam salah satu siaran heroiknya.
Selongsong peluru kosong “made in USA” ditunjukkannya kepada pemirsa, mengisahkan bahwa bukan hanya membunuh orang tak bersalah, tapi campur tangan Amerika terjadi di negara itu. Pemberontakan ini adalah buah dari dukungan AS terus-menerus dan instalasi tiran di Timur Tengah dan Asia.
Rakyat Mesir telah diberi makan propaganda selama 30 tahun, berita malam mereka di televisi negara dibersihkan dan disensor dan banyak yang sangat takut berbicara dengan bebas di bawah pemerintahan diktator Mubarak yang didukung AS.
Tapi jangan pernah semenitpun berpikir bahwa rakyat Mesir bodoh-sedih sekali AS benar-benar salah membaca dan meremehkan seluruh penduduk.
Demonstrasi-demonstrasi tersebut memprotes campur tangan AS dalam urusan mereka karena mereka memprotes rezim Mubarak.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Mesir, Mohamed Hussein Tantawi memperingatkan kepada pendemo anti-pemerintah agar tidak mengabaikan jam malam.
Pengunjuk rasa telah memenuhi jalan-jalan utama di Mesir pada hari keenam pada Minggu (30/1/2011), meskipun telah berulangkali diperingatkan dan adanya kehadiran tentara di sana.
Pasukan bersenjata mengancam akan melakukan tindakan keras terhadap siapapun yang menolak mematuhi jam malam. Jam malam diperpanjang, dimulai pada pukul 15.00 sampai 08.00 waktu setempat.
Presiden boneka Mesir, Hosni Mubarak dilaporkan telah mengunjungi pusat operasi militer untuk menemui para petinggi militer di markas mereka.
Setelah kunjungan itu, tentara menerima perintah untuk menembak para pengunjuk rasa dalam upaya menyelamatkan rezim Mubarak, menurut situs resmi Ikhwanul Muslimin.
Pesawat tempur dan helikopter dilaporkan terbang rendah di Tahrir, salah satu pusat unjuk rasa, karena jumlah pendemo yang terus meningkat. (haninmazaya/arrahmah.com)