AMSTERDAM (Arrahmah.com) – Wali Kota Amsterdam Femke Halsema meminta maaf atas perbudakan yang dilakukan selama masa kolonial, termasuk ke Indonesia.
Pada masa kolonial, United Provinces yang kini dikenal sebagai Belanda menjajah Indonesia, Suriname, pulau Curacao Karibia, dan Afrika Selatan, di mana Perusahaan Hindia Timur Belanda berbasis pada abad ke-17.
“Atas nama kota, saya meminta maaf atas keterlibatan aktif dewan kota Amsterdam dalam sistem komersial perbudakan kolonial dan perdagangan orang yang diperbudak di seluruh dunia,” kata Wali Kota Femke Halsema, Kamis (1/7/2021) seperti dikutip dari AFP.
Di Belanda, seperti di negara-negara Eropa lainnya, perdebatan tentang masa kolonial benua itu dan peran perbudakan mengemuka setelah gerakan Black Lives Matter di Amerika Serikat.
Halsema menyebut, Provinsi Holland, yang meliputi Amsterdam, adalah pemain utama dalam perdagangan dan eksploitasi budak. Kata dia, pada abad ke-18, 40 persen pertumbuhan ekonomi berasal dari perbudakan.
“Sudah waktunya untuk mengintegrasikan ketidakadilan besar perbudakan kolonial ke dalam identitas kota kami,” kata Halsema dalam pidato peringatan hari penghapusan perbudakan pada 1 Juli.
Amsterdam menjadi kota pertama di negara itu yang meminta maaf atas perbudakan itu. Sementara Rotterdam, Utrecht dan ibu kota administratif Den Haag, tengah membahas masalah ini.
Di tingkat nasional, Belanda belum secara resmi meminta maaf atas perannya dalam perbudakan.
Perdana Menteri Mark Rutte yang tak lama lagi lengser mengatakan periode perbudakan terlalu jauh ke belakang dan perdebatan tentang permintaan maaf akan memicu ketegangan.
(fath/arrahmah.com)