BANDUNG (Arrahmah.com) – Aliansi Muslim Sunda (AMS) menggelar aksi dan apel siaga muslim Sunda di Gedung Sate Bandung, Senin (07/12/2015), dalam rangka melindungi masyarakat dan budaya Sunda dari nilai-nilai yang bertentangan dengan Islam.
Koordinator aksi Asep Syaripudin mengatakan apel siaga dilakukan guna menegaskan bahwa Sunda dan Islam saling berkaitan.
“Bahwa Sunda, identik dengan Islam,” jelasnya, dikutip dari Alhikmah.co.
Selain itu, AMS pun menilai ada pihak yang diduga menistakan ajaran Islam yaitu Bupati Purwakarta dengan alasan adat dan budaya Sunda.
Karenanya, AMS pun mendukung aksi Ulama dan Kiai Purwakarta yang melaporkan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi ke Polda Jabar.
“Bahwa kemusyrikan bukan merupakan adat Sunda. Karenanya, selamatkan Purwakarta dari kemusyrikan,” tegas Tokoh Sunda ini.
Menurut Asep, yang dilakukan Dedi bukanlah budaya Sunda, melainkan budaya Bali dan Hindu seperti memberi sarung pada pohon, membangun patung-patung, hingga mengenakan ikat kepala dan kembang melati yang berbeda dengan ikat kepala khas Sunda.
Asep menambahkan, Dedi menggiring masyarakat Sunda ke masa sebelum Islam masuk. Padahal, katanya, masyarakat Sunda di Purwakarta sudah semakin baik ajaran keislamannya.
“Di Purwakarta ada ratusan Pesantren, 99 persen Muslim. Sehingga tak relevan lagi jika dikenalkan dengan budaya dan adat yang dimaksud Dedi,” katanya, lansir Alhikmah.co.
Karenanya, Asep mengimbau agar masyarakat Sunda menjaga budaya Sunda yang sesungguhnya yang sejalan dengan Islam.
Aksi apel siaga ini dilakukan Aliansi Muslim Sunda (AMS) yang merupakan gabungan elemen Masyarakat Muslim Sunda yang di dalamnya mencakup para ulama, akademisi, dan tokoh-tokoh masyarakat di 27 kabupaten dan kota di Jawa Barat. Sejumlah ormas Islam pun turut hadir dalam acara ini seperti Front Pembela Islam (FPI), Aliansi Pergerakan Islam (API). Bahkan, Lembaga Pembela Islam (LPI) pun turut mendukung apel siaga ini. (azm/arrahmah.com)