TEHERAN (Arrahmah.com) – Amnesti Internasional mengatakan pada Selasa (19/11/2019) bahwa lebih dari 100 pendemo telah terbunuh di 21 kota di Iran selama aksi unjuk rasa yang berujung kerusuhan yang terjadi akibat kenaikan harga bahan bakar pekan lalu.
Penembak jitu telah menembak kerumunan demonstran dari atap dan, dalam satu kasus, dari helikopter, kata Amnesti, seperti dilaporkan Reuters.
Protes anti-pemerintah dimulai pada Jumat (15/11) setelah pengumuman kenaikan harga bahan bakar sebanyak 50%.
Seorang pejabat Iran mengatakan kerusuhan telah “mereda” pada Selasa (19/11), sehari setelah Garda Revolusi memperingatkan tindakan “tegas” jika mereka tidak berhenti.
Amnesti Internasional yang berbasis di London mengatakan bahwa setidaknya 106 pendemo di 21 kota telah tewas, berdasarkan laporan yang bisa dipercaya dari para saksi, video yang diverifikasi, dan informasi dari para aktivis hak asasi manusia.
“Organisasi meyakini bahwa jumlah korban sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi, dengan beberapa laporan menyatakan sebanyak 200 orang telah terbunuh,” ujar Amnesti dalam sebuah pernyataan.
Laporan “mengungkap pola mengerikan dari pembunuhan diluar hukum oleh pasukan keamanan Iran, yang telah menggunakan kekuatan yang berlebihan dan mematikan untuk menghancurkan sebagian besar aksi unjuk rasa damai,” katanya.
Intelijen dan pasukan keamanan tidak mengembalikan jenazah ke keluarga mereka dan memaksa yang lain untuk mengubur jenazah dengan cepat tanpa otopsi independen, lanjut Amnesti.
Juru bicara kehakiman Iran Gholamhossein Esmaili mengklaim pada konferensi pers bahwa suasana “telah dipulihkan”.
Namun video yang beredar di media sosial yang diposting untuk menentang pemblokiran internet, menunjukkan protes berlanjut di beberapa kota pada Senin malam dan kehadiran pasukan keamanan di jalan-jalan.
Sekitar 1.000 demonstran telah ditangkap, kata pihak berwenang.
Anggota pasukan keamanan dan polisi juga tewas dalam protes tersebut. Tiga ditikam sampai mati di dekat Teheran, kantor berita ISNA melaporkan pada Senin (18/11).
Ratusan pemuda dan kelas pekerja Iran telah mengekspresikan kemarahan mereka akibat tekanan hidup, korupsi negara dan kesenjangan yang semakin dalam antara kaya dan miskin.
Rekaman media sosial telah menunjukkan para pendemo membakar foto-foto pejabat senior dan menyerukan penguasa Syiah untuk turun, serta bentrokan antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Ahad (17/11) menyalahkan kerusuhan pada musuh asing Iran, termasuk Amerika Serikat, dan mengecam pengunjuk rasa sebagai para “penjahat”.
Pada Senin, Garda Revolusi Iran mengancam para pendemo dengan tindakan “tegas” jika protes berlanjut. Garda Revolusi dan afiliasinya, milisi Basij, memadamkan kerusuhan pada akhir 2017 di mana setidaknya 22 orang tewas. (haninmazaya/arrahmah.com)