KAIRO (Arrahmah.com) – Amnesti Internasional pada Kamis (16/9/2021) menuduh badan-badan keamanan Mesir melakukan intimidasi dan pelecehan terus-menerus terhadap para pembela hak asasi manusia sebagai taktik politik untuk membungkam mereka.
Kelompok hak asasi yang berbasis di London mewawancarai 28 orang yang dipanggil oleh Badan Keamanan Nasional (NSA) negara itu untuk laporannya yang disebut “Ini hanya akan berakhir ketika Anda mati”.
“Aktivis dan pembela hak asasi manusia mengatakan pada setiap panggilan, petugas NSA secara teratur mengancam mereka dengan penangkapan dan penuntutan kecuali mereka menghadiri interogasi, dan menggerebek rumah mereka yang tidak hadir,” kata Amnesti.
Sebagian besar dari 21 pria dan tujuh wanita yang diwawancarai menggambarkan “hidup dalam ketakutan terus-menerus dalam tahanan NSA”, kata kelompok itu.
“Akibatnya, banyak yang terlalu takut untuk mengungkapkan pendapat mereka atau berpartisipasi dalam kegiatan politik dan beberapa telah diasingkan,” menurut laporan Amnesti seperti dilansir MEE.
Laporan tersebut merinci bagaimana mereka yang diinterogasi, banyak dari mereka adalah mantan tahanan politik, secara rutin menjadi sasaran “interogasi yang mengganggu” dengan ancaman penyiksaan terhadap mereka dan keluarga mereka “jika mereka menolak untuk mengungkapkan informasi”.
Pembela hak asasi manusia yang diwawancarai dalam laporan itu mengatakan petugas NSA melakukan “pemeriksaan tidak sah terhadap telepon dan akun media sosial”, dan interogasi berlangsung tanpa kehadiran pengacara.
‘Preman wanita’
Pada bulan Juni, keluarga Alaa Abdel Fattah, salah satu tahanan politik paling terkemuka di Mesir, diserang di luar kompleks penjara Tora Kairo di mana dia ditahan, sementara polisi berdiri dengan “tidak melakukan apa-apa”, menurut posting media sosial oleh saudara perempuannya.
“Mereka mengirim preman perempuan untuk memukuli kami di depan gerbang penjara dan petugas serta pria berdiri dan menonton,” Sanaa Seif, saudara perempuan Abdel Fattah, menulis di Facebook.
“Seorang pria berpakaian preman baru saja mengatakan bawa mereka keluar dari penghalang, jangan pukul mereka di sini.”
Pada Senin, Abdel Fattah memberi tahu pengacaranya bahwa dia serius mempertimbangkan untuk bunuh diri di penjara karena kondisi penahanannya yang mengerikan.
Blogger sayap kiri, pengembang perangkat lunak dan salah satu ikon revolusi 2011 telah ditahan dalam penahanan pra-persidangan selama hampir dua tahun, menyusul beberapa hukuman penjara intermiten sejak 2011 karena berpartisipasi dalam protes anti-pemerintah.
“Saya berada dalam situasi yang mengerikan. Saya tidak bisa melanjutkan. Bawa aku keluar dari penjara ini. Saya akan bunuh diri,” katanya, seperti dikutip pengacaranya Khaled Ali. (haninmazaya/arrahmah.com)