SURIAH (Arrahmah.com) – Amir Jabhah Nushrah, cabang Al-Qaeda Suriah, mendesak Mujahidin Suriah untuk meningkatkan serangan terhadap benteng Syiah Nushairiyah sebagai pembalasan atas pembunuhan tanpa pandang bulu kepada kaum Muslimin yang dilakukan oleh penjajah Rusia.
Syaikh Al-Fatih Abu Muhammad Al-Jaulani menyampaikan seruan ini melalui pesan audio terbarunya yang dirilis Yayasan Al-Minara Al-Baydha’ dan diposting di Youtube pada Senin (12/10/2015).
Ia mengatakan intervensi militer Rusia yang dilakukan sejak pekan lalu bertujuan untuk menyelamatkan pemerintahan rezim Bashar Asad dari kehancuran, tetapi ditakdirkan untuk gagal, walaupun sebelumnya mendapat dukungan militer Iran dan “Hizbullah”.
“Tidak ada pilihan selain meningkatkan pertempuran dan menargetkan kota-kota dan desa-desa Alawiah di Latakia dan saya menyerukan kepada semua faksi untuk membombardir desa mereka setiap hari dengan ratusan rudal seperti yang mereka lakukan terhadap kota dan desa-desa Ahlu Sunnah,” ujar Syaikh Al-Jaulani, sebagaimana dilansir Muqawamah Media.
Lebih hebat lagi, Syaikh Al-Jaulani menawarkan hadiah 3 juta euro bagi siapapun yang dapat membunuh Bashar Asad, dan juga 2 juta euro bagi mereka yang membunuh Hasan Nasrullah. Bahkan jika pelakunya dari keluarganya sendiri, dia dan keluarganya akan dijaga serta dipindahkan ke tempat yang mereka tentukan sendiri.
Jabhah Nushrah adalah salah satu kelompok jihad paling kuat yang melawan rezim Syiah Nushairiyah dalam konflik yang semakin kompleks dengan adanya intervensi Rusia di Suriah.
Rusia secara dramatis telah mengintensifkan kampanye pengeboman dalam beberapa hari terakhir dan mengklaim kampanye pengeboman berat itu telah menyerang banyak target Jabhah Nushrah dan kelompok “Daulah Islamiyah”, atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, di Suriah, dari depot amunisi, kamp-kamp pelatihan hingga pangkalan militer.
Tetapi pihak oposisi mengatakan kebijakan pengeboman “bumi hangus” Rusia justru telah membunuh puluhan warga sipil yang tidak berdosa. Syaikh Al-Jaulani juga mengatakan serangan Rusia itu juga menargetkan kelompok Jihad seperti Jaisyul Fath dan brigade Mujahidin lain yang aktif terlibat pertempuran melawan tentara Syiah Nushairiyah, serta membuat daerah yang dikuasai oleh ISIS justru tak tersentuh.
Perlu diingatkan, tujuan utama yang digembar-gemborkan oleh Rusia dalam kampanye pengebomannya adalah untuk menargetkan posisi ISIS di Suriah, namun justru yang menjadi target pertama kali adalah kelompok Jihad dari Tentara Pembebasan Suriah atau Free Syrian Army (FSA).
“Rusia jelas tahu bahwa Daulah (ISIS) tidak mengancam rezim karena daerah kontrolnya tidak berdampingan dengan jantung rezim. Jadi tidak mengherankan jika mereka telah memulai pengeboman mereka terhadap brigade yang langsung berhadapan dengan pasukan rezim,” ujarnya.
Syaikh Al-Jaulani selanjutnya menggambarkan intervensi Rusia sebagai perang salib baru dari Timur. Ia menyatakan serangan itu dilakukan tak lama setelah serangkaian kemenangan yang dibuat oleh mujahidin yang mengancam pemerintahan Asad.
“Perang di Syam (Suriah) akan membuat Rusia mengingatkan kengerian yang mereka hadapi di Afghanistan. Invasi terbaru Rusia adalah panah terakhir dalam persenjataan musuh-musuh Islam dan musuh-musuh Suriah,” katanya.
Ia mempertanyakan, “Apakah pemerintah Rusia berpikir bahwa tentara rezim Bashar Asad dapat diselamatkan dengan beberapa pesawat dan artileri?”
“Serangan Rusia sampai hari ini tidak lebih seperti serangan bombardir membabi buta rezim. Dan mereka akan dikalahkan di depan pintu Damaskus,” tegasnya.
(banan/arrahmah.com)