ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Musuh lama Amerika tengah memberi masalah besar pada presiden baru AS. Meningkatnya Taliban di Pakistan yang memiliki senjata nuklir adalah tantangan yang sangat mendesak bagi agenda politik luar negeri negeri Paman Sam itu.
Hanya sebulan setelah memperkenalkan tinjauan strategi utamanya, Obama dan administrasinya dipaksa untuk memikirkan kembali strategi tersebut – pendekatan bertahap itu menguraikan sebuah garis besar yang harus didahului oleh situasi yang memburuk di Pakistan. Namun, Barat tetap menilai bahwa ‘pembukaan’ presiden kulit hitam itu terhadap dunia Muslim secara umum sudah diterima dengan baik.
“Amerika Serikat tidak berperang dengan agama Islam,” kata Obama.
Tariq Fatimi, munafikin mantan Duta Besar Pakistan untuk AS, mengatakan bahwa pesan Obama untuk dunia Islam telah menjadi perkembangan yang sangat positif.
Saat ditanya apakah perubahan sikap Amerika Serikat menghasilkan prestasi, Tariq tanpa rasa bersalah menjawab, “Masih sangat awal untuk itu semua, tetapi mereka (AS) tetap ada di jalur yang benar.”
Dalam 100 hari pertamanya, Obama seperti bandul yang bergerak kesana kemari menghabiskan waktunya di negara luar dan menemui 33 orang pemimpin negara asing.Dia merangkul presiden Rusia, bertemu dengan pemimpin Cina, menjalin hubungan yang lebih akrab dengan Nicholas Sarkozy Perancis, juga merangul Presiden Venezuela Hugo Chavez.
Obama pun pergi ke Irak untuk menemui tentara AS. Meningkatnya kekerasan yang terjadi di sana seolah-olah meragukan kembali jadwal penarikan mundur angkatan perang AS di Irak.
“Selama 100 hari mendatang, kinerja Obama akan difokuskan pada kerja keras diplomasi.” kata pakar kebijakan pertahanan nasional Michael O’Hanlon.
Obama memperjelas tujuannya di masa yang akan datang ketika dia berbicara di hadapan stafnya di CIA.
“Saya akan sangat membutuhkan anda lebih dari sebelumnya, karena kita sedang memahami perubahan kebijakan luar negeri yang kita buat, dan kami ingin memberikan pesan baru bagi dunia,” kata Obama.
Tidak ada yang tahu pesan apa yang akan disampaikan oleh Amerika Serikat melalui mulut Obama di masa yang akan datang. Beberapa pihak memperkirakan bahwa ‘pesan’ tersebut tidak akan lebih baik daripada kinerja Obama secara internasional selama 100 hari pertamanya. Dan, tidak sedikit yang memperkirakan bahwa Pakistan tidak lagi akan menjadi tempat yang paling membahayakan bagi dunia internasional (baca: Barat -red). Karena mungkin saja akan ada Pakistan-Pakistan lain yang lebih membahayakan kepentingan Amerika atas dunia Islam. (Althaf/arrahmah.com)