Oleh: Umar Syarifudin
(Lajnah Siyasiyah DPD HTI Kota Kediri)
(Arrahmah.com) – Seorang analis politik terkemuka asal Amerika Serikat, Kevin Barrett, pada tahun 2012 menyebut negaranya tengah merencanakan untuk memproduksi senjata biologis yang mampu memusnahkan bagian otak manusia yang berkaitan dengan potensi spiritualitas. Rencana AS untuk menumpas seluruh bentuk resistensi religius dan spiritual ini, lanjut Barrett, ditujukan untuk mendapatkan kekuasaan lebih luas. Ia juga menilai, rencana tersebut merupakan ancaman bagi seluruh aspek kemanusiaan di mana semua agama dan spiritualitas selalu menuntut adanya keadilan bagi seluruh umat manusia.
Ancaman bioterorisme menjadi sebuah kenyataan tersendiri dari perkembangan terorisme secara non-konvensional, manakala sekarang ini ada kemampuan kalangan teroris dengan mudah untuk memperoleh bahan-bahan kimiawi, biologi, radiologi, dan nuklir, setelah pecahnya Uni Soviet. Semakin luasnya ketersediaan informasi yang diperlukan untuk memproduksi dan membuat senjata dari zat-zat biologis merupakan sumber keprihatinan yang utama dari semakin maraknya bioterorisme.
Menurut informasi yang berhasil diperoleh tim riset Global Future Institute dari sebuah sumber di Departemen Luar Negeri, Amerika saat ini sedang melakukan penelitian secara intensif dalam bidang Mikro-organisme, Petogen tinggi dan virus-virus berbahaya. Alhasil, sampai sekarang komunitas internasional sama sekali tidak memiliki mekanisme kontrol atau pengawasan yang efektif mengenai adanya komponen-komponen yang berpotensi untuk dijadikan persenjataan biologis dan toksin yang dimiliki Amerika seperti bio-gen. Bahkan menurut laporan Center for Desease Control and Prevention, di Amerika sekarang ini ada sekitar 1400 spesialis yang bekerja di bidang biogen dan toksin di 324 biolaboratorium, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta.
Bahkan berbagai elemen masyarakat (civil society) yang bermaksud untuk melakukan investigasi mengenai keberadaan dan peran bio-laboratorium, tidak memiliki kewenangan dan legalitas untuk mendesak diadakannya penyelidikan mengenai transparansi peran dan pengelolaan berbagai bio-laboratorium yang ada di Amerika, seperti di Los Alamos.
Termasuk temuan yang cukup mengejutkan. Bahan-bahan yang disimpan dalam bio-laboratorium dilaporkan banyak yang hilang.Inilah yang terjadi di salah satu bio-laboratorium bernama United States Army Medical Science and Research Institute of Infectious Desease (USAMRIID). Ketika diperiksa, ternyata ada banyak sekali bio-gen yang hilang dari penyimpangan di bio-laboratorium tersebut. di refrigator bio-laboratorium ini ternyata ditemukan lebih dari 9200 patogen yang tidak terdaftar dalam database tertentu. Jumlah patogen yang tidak terdafter di base tersebut tentu saja bukan jumlah yang sedikit, mengingat jumlah total patogen sekitar 66000 specimen.
Contoh kasus wabah Middle East respiratory syndrome corona virus (MERS-CoV) di Arab Saudi, Korea Selatan, dan beberapa negara lain pada kurun waktu Mei-Juni 2015. Tetapi, itu tidak sampai ke Indonesia. Ada juga kasus wabah ebola di Guinea tenggara awal tahun 2015, dan kemudian menyebar ke Liberia, Sierra Leone, Nigeria dan Mali. Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Spanyol, Jerman, Norwegia, Prancis, Italia, Swiss, dan Inggris Raya, merawat pasien yang terkena virus itu di Afrika Barat.
Pakar dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Chairul Anwar Nidom, menaruh kecurigaan dengan munculnya virus zika beberapa bulan terakhir. Menurut dia, bisa saja virus zika merupakan ancaman bioterorisme. Sebab, tanda-tanda ancaman virus ini mendekati bioterorisme. “Saya sebagai peneliti curiga bahwa virus zika bisa dikatakan mendekati ancaman bioterorisme, yaitu teror dengan senjata biologi berupa kuman penyakit,” kata Guru Besar Unair tersebut di Surabaya (republika.co.id 12/2). Ada dugaan kuat virus- virus berikut adalah rekayasa genetik buatan manusia. Diantara secuil nama virus-virus tersebut adalah :
Flu Burung dan Flu Babi. Beberapa tahun lalu santer peristiwa tentang virus flu burung dan flu babi. Tetapi sekarang tidak ada lagi peristiwa tersebut. Kesimpulannya adalah kemungkinan besar virus tersebut dibuat bukan hanya mencari keuntungan tetapi juga ada tujuan terselubung. Virus MERS Virus yang pada awalnya disebarkan melalui unta yang sakit lalu tersebar melalui udara. Apabila menghirup udara di Arab maka kemungkinan besar akan terjangkit virus MERS. Tetapi sekarang bagaimana dengan virus tersebut ? Sudah tidak ada lagi pemberitaan tentang virus MERS setelah sekian lamanya. Pertanyaannya, apakah virus ini juga dibuat oleh manusia ?
Virus Ebola, Virus yang sangat mematikan yang kononnya berasal dari sungai Ebola di Afrika ini tersebar melalui kontak langsung dengan penderita atau dengan makanan yang kurang higienis. Sudah ribuan orang meninggal di Afrika dengan kematian yang sangat tragis. Kenapa virus ini datang tiba-tiba ? Padahal sebelumnya tidak ada kasus yang seperti ini. Sungguh memang pertanyaan besar yang belum bisa dijawab. Virus AIDS Virus yang sangat mematikan ini kononnya berasal dari simpanse di Afrika. Virus ini tersebar melalui kontak seksual langsung atau bisa juga dari jarum suntik bahkan bisa juga dari benda-benda lainnya. Adapun tujuan dibuatnya virus adalah untuk :
- Bisnis kotor negara-negara barat melalui perdagangan virus dan anti-virus
- Manifestasi New World Order dengan mengurangi jumlah populasi manusia
- Menciptakan satu pemimpin dunia bagi negara pembuat
- Menjadikan negara miskin dan negara berkembang sebagai budak
- Menjaga populasi kaum tertentu dari mayoritas manusia.
- Menjatuhkan rejim dari negara-negara anti AS
Mungkin contoh paling nyata bioterorisme baru adalah Amerika Serikat. Perusahaan-perusahaan farmasi Amerika Serikat menjadikan masyarakat negara-negara miskin dunia sebagai kelinci percobaan mereka untuk mengujicoba kinerja obat-obat mereka guna mendapat ijin dari lembaga pangan dan obat-obatan negara itu. Bujet yang telah ditetapkan sesuai UU di Amerika Serikat, dibelanjakan di negara-negara miskin, guna mempercepat proses pengembangan obat baru untuk anak-anak dan ujicobanya. Negara-negara yang diacu adalah yang tingkat layanan kesehatannya rendah dan langkah perusahaan-perusahaan farmasi Amerika Serikat di sana terkesan seperti langkah kemanusiaan. Padahal yang terjadi adalah gelombang bioterorisme terselubung dan meluas terhadap masyarakat miskin dan anak-anak di negara-negara itu.
Bio-terorisme
Kamus online Cambrige, mendefinisikan bioterorisme, adalah aksi kekerasan dengan menggunakan makhluk hidup seperti bakteri, untuk melukai atau membunuh orang lain. Serangan bioterorisme dengan menyebarkan virus, bakteri atau mikroba untuk menciptakan penyakit atau menimbulkan kematian orang lain, hewan atau tumbuh-tumbuhan.” Unsur-unsur tersebut dapat ditemukan di alam, akan tetapi mungkin dapat diubah untuk meningkatkan kemampuannya menjadi penyakit.
Unsur-unsur bioterorisme dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan mekanisme penyebarannya, tingkat epidemi dan volume kematiannya. Kelompok pertama mencakup organisme dan zat-zat racun sangat berbahaya bagi keamanan publik dan nasional. Kelompok kedua adalah yang tingkat penyebaran dan volume kematiannya pada level menengah dan lebih rendah dibanding kelompok pertama. Dan kelompok ketiga adalah pathogen yang muncul dan direkaya untuk potensi epidemi di masa mendatang.
Definisi lain dari bioterorisme adalah penyebaran virus, organisme atau bakteri secara sengaja yang menimbulkan kematian manusia, tumbuh-tumbuhan atau hewan. Bioterorisme berbeda dengan serangan kimia, atom atau radioasi. Serangan-serangan tersebut dibarengi dengan kebakaran, ledakan dan kerusakan. Sementara bioterorisme tidak memiliki dampak atau tanda-tanda tersebut. Sehingga perlu waktu sampai akhirnya jaringan kesehatan mendeteksi penyebaran sejenis penyakit baru.
Unsur atau bahan-bahan yang digunakan dalam bioterorisme biasanya dapat ditemukan di alam dan lingkungan sekitar, hanya saja kemampuan infeksinya ditingkatkan sehingga sangat mematikan dan kebal terhadap obat-obatan. Elemen biologis tersebut dapat menyebar melalui udara, air dan makanan.
Terdapat definisi lain dari bioterorisme yang lebih mengesankan aspek konflik dan permusuhan yaitu; bioterorisme adalah menciptakan kekhawatiran dan ketakutan dengan menggunakan elemen-elemen biologis. Adapun peralatan perang biologis antara lain adalah sarana yang digunakan secara sengaja untuk menyebarkan organisme penyebab penyakit atau sejenisnya melalui air, makanan dan serangga. Pandangan baru terhadap fenomena bioterorisme sudah keluar dari lingkup aksi teror dan militer dan segala bentuk aksi terencana yang secara langsung maupun tidak langsung mengancam kesehatan individu dan publik sebuah masyarakat dalam jangka pendek atau panjang, melalui ancaman keselamatan fisik, makanan dan lingkungan, juga termasuk bioterorisme.
Dengan pandangan baru terhadap bioterorime tersebut, bukan hanya bakteri atau virus saja yang menjadi faktor serangan bioterorisme. Melainkan berbagai produk kosmetik yang tercemari dan murah, hingga obat-obatan murah yang tidak kenal dan disebarluaskan di negara-negara dunia ketiga, makanan hasil rekayasa genetika yang belum terbukti keamanannya dan diujicoba di masyarakat dunia ketiga, obat-obat baru oleh perusahaan-perusahaan farmasiyang diberikan secara cuma-cuma kepada negara-negara miskin, suplemen makanan yang mengandung bahan berbahaya untuk kesehatan, serta pencemaran sektor pertanian dan peternakan, semuanya termasuk dalam kategori bioterorisme.
Ancaman bioterorisme dapat terjadi juga karena mudahnya untuk mendapatkan zat-zat biologis, terutama yang disediakan oleh negara-negara sponsor teroris. Mereka yang dapat memiliki zat-zat semacam itu dapat berfungsi sebagai calon sumber mendapatkan bahan-bahan biologi bagi kelompok teror.
Pemanfaatan teknologi yang relatif canggih oleh teroris bukan saja mampu menjadi bukti keterlibatan negara dalam serangan itu, melainkan kelompok-kelompok teroris itu dapat juga sangat sulit dikendalikan. Mereka mungkin dapat berbalik menggunakan teknologi yang diberikan itu untuk melawan negara sponsor itu sendiri.
serangan dengan korban massal, yang kemungkinannya jauh lebih kecil, tetapi memiliki potensi untuk menimbulkan bencana.Salah satu skenario populer bagi sebuah serangan bioteroris adalah pencemaran massal atas cadangan air sebuah kota. Cara lainnya adalah zat-zat patogen itu dapat dimasukkan ke dalam tangki-tangki penampungan, yang digunakan untuk mencegah kekurangan air selama jam-jam pagi dan petang.
Skenario berikutnya adalah penyebaran zat tidak menular seperti anthraks ke udara terbuka. Antraks adalah contoh pertama senjata biologis, zat ini relatif mudah membuatnya, sangat ganas dan infeksinya tidak menular, jadi wabahnya tidak akan menyebar di luar mereka yang langsung terkena. Yang paling penting, anthraks membentuk spora-spora yang sangat kuat ketika diterpa tekanan-tekanan lingkungan, dan spora-spora ini mempermudah proses dan pembuatan senjata dengan bahan tersebut. Antraks dapat diangkut dalam bentuk cair atau bubuk.
Bioterorisme dapat dilakukan dengan menggunakan bahan biologi sebagai senjata seperti bakteri, virus, toxin, jamur dan ricketsia. Dengan bahan-bahan biologi seperti itu, maka kemungkinan untuk diperoleh di tengah masyarakat atau pasar, sehingga bisa dibayangkan serangan terror dengan menggunakan bahan biologi akan mudah dilakukan.
Ancaman terorisme ke depan tampaknya semakin kompleks, karena mereka tidak hanya melakukan serangan terror dengan cara-cara yang konvensional, namun perkembangan terkini dari ancaman terorisme adalah mereka sudah mampu untuk melakukan serangan dengan menggunakan bahan-bahan kimia, biologi dan sebagainya yang dikenal dengan istilah bioterorisme.
Teror modern
Pada Desember 2008, lebih dari 10.000 orang terinfeksi dan wabah telah menyebar ke Botswana dan Afrika Selatan. Pemerintah Zimbabwe menyatakan keadaan darurat dan meminta bantuan dunia internasional. Wabah yang disebarkan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri ini menyebar begitu cepat. Sehingga dalam beberapa bulan saja, kolera menjadi epidemi yang menewaskan hampir 3500 warga. Bahkan World Health Organization (WHO) mencatat wabah kolera di negeri yang dipimpin diktator Robert Mugabe ini, telah menginfeksi 67.945 orang. WHO menggambarkan situasi epidemi kolera di Zimbabwe sebagai “tidak terkontrol.”
Melihat jumlah korbannya yang lebih dari 60 ribu warga, wajar jika muncul kecurigaan jangan-jangan Amerika dan Inggris memang sengaja menyebar virus ini mengingat dampaknya hampir sama jika kedua negara tersebut menggunakan senjata biologi. Tujuannya, apa lagi kalau bukan untuk menjatuhkan rezim Robert Mugabe yang memang tidak sejalan dengan haluan politik Amerika dan Inggris.
Dalam perang Kamboja 1970, ketika Amerika membela kubu anti komunis melawan komunis, Amerika dikabarkan sempat menggunakan senjata biologis dari virus kaki gajah produk Los Alamos.Lebih gilanya lagi, pada Perang Bosnia 1991-1995, Los Alamos menciptakan virus penghancur tulang mirip bone marrow suppression. Senjata itu kabarnya menewaskan 98 ribu militer dan penduduk sipil.Karena itu semua, riset biologi di Los Alamos sudah seharusnya berada dalam sistem pengawasan ketat dari masyarakat internasional berupa sebuah lembaga dengan wewenang untuk melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap penyimpangan secara ilegal virus-virus berbahaya atau bahan-bahan lainnya yang berpotensi untuk bisa digunakan sebagai senjata biologis.
Waspada
Bioteror mampu merusak dan menghancurkan daya kekuatan tubuh manpower suatu bangsa atau negara. Salah satu penyerangan yang tercatat dalam sejarah adalah yang dilakukan Jenderal Jeffrey Armherst terhadap suku bangsa Indian di Amerika Serikat. Menurut Jerry D Gray, Amerika Serikat yang pertama menggunakan bioteror terhadap penduduk asli Indian dan yang ketagihan untuk memakai cara-cara keji dalam berperang dengan musuh yaitu dengan perang biologi atau bioteror terhadap negara-negara dunia ketiga yang tidak disukai Washington atau Zionis Israel.
Sebagai negara tropis, Indonesia merupakan “gudang” berbagai agensia biologi. Di lain pihak, sebagai negara agraris, Indonesia sangat rentan terhadap kemungkinan ancaman agensia biologi. Sementara itu, kesiapan terhadap munculnya wabah-wabah penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan masih sangat rendah. Kesiapan vaksin untuk menghadapi wabah beberapa virus boleh dikatakan tidak ada bila dibandingkan dengan negara lainnya.
Berkaitan dengan senjata biologi, perhatian dari pemerintah dapat dikatakan masih sangat lemah. Perhatian pemerintah terhadap berbagai wabah yang telah terjadi memang demikian besar, seperti terhadap wabah demam berdarah, polio dsb, namun dalam kaitannya dengan ancaman bioteror, pemerintah masih memandang wabah tersebut tidak secara komprehensif, tetapi hanya dari kacamata kesehatan manusia saja. Pemerintah belum mewaspadai serangan-serangan penyakit baik yang menyerang manusia, hewan dan tumbuhan sebagai suatu potensi negatif yang melemahkan ketahanan nasional.
Selain kewaspadaan terhadap kemungkinan adanya genetic weapons, hal lain yang perlu diwaspadai adalah adanya genetic imperialism atau penjajahan genetik. Yang dimaksud dengan penjajahan genetik adalah ketergantungan suatu negara terhadap negara lain akan sumber genetik. Indonesia dalam hal ini telah menjadi korban selama bertahun-tahun dan bila dianalisis sebenarnya telah menimbulkan kerugian ekonomi yang luar biasa besarnya atau telah menimbulkan economic dependence.
Kemajuan-kemajuan bioteknologi yang perlu diwaspadai antara lain: pertama, pesatnya perkembangan bioteknologi dan rekayasa genetika. Kedua, munculnya kembali penyakit lama (reemerging diseases) dan penyakit baru (new emerging diseases). Ketiga, munculnya kemungkinan untuk membuat senjata yang hanya menyerang target tertentu. Keempat, mudahnya pembuatan senjata biologi. Kelima, sulitnya membedakan kegiatan penelitian yang ditujukan untuk perdamaian atau permusuhan. Keenam, kemampuannya memperbanyak diri. Ketujuh, kemungkinannya untuk meningkatkan ketergantungan suatu negara dengan negara lain (genetic imperialism).
Bioterorisme dapat digunakan sebagai psy war dalam rangka hubungan internasional atau kerjasama internasional ke depan, disamping itu bioterorisme juga berpotensi untuk digunakan sebagai alat untuk melemahkan dan merusak manpower suatu negara atau bangsa. Tidak hanya itu saja, bioterorisme juga digunakan untuk menimbulkan economic dependence dari negara-negara berkembang kepada negara maju dengan motif meraih keuntungan ekonomi sebesar-besarnya melalui pier tracing ataupun menyebarnya wabah penyakit yang bersifat “man made” agar negara yang penduduknya terkena wabah tersebut membeli vaksin virus yang sudah dipersiapkan oleh negara yang diduga menyebarkan wabah penyakit tersebut, baik dengan perantaraan bakteri ataupun virus.
(*/arrahmah.com)