WASHINGTON (Arrahmah.com) – Pemerintahan Amerika Serikat ‘shutdown’, alias ditutup. Sejumlah operasi lembaga federal AS dihentikan, hampir 800 ribu pegawai mereka dirumahkan tanpa menerima gaji.
Pemerintah AS telah melakukan penutupan sejumlah layanan pemerintahan setelah dua majelis kongres gagal mencapai kesepakatan anggaran baru.
Salah satu poin utama pertentangan dalam kebuntuan politik mereka adalah UU Kesehatan yang digagas oleh Obama, atau yang dikenal sebagai Obamacare. DPR yang didominasi anggota Partai Republik bersikeras menunda reformasi kesehatan Obamacare sebagai syarat untuk pengesahan RUU tersebut.
Keputusan ini memukul sektor keuangan dan pariwisata AS. Lebih dari 700.000 pegawai federal AS menghadapi peliburan kerja tanpa digaji dan tanpa jaminan akan bisa kembali bekerja setelah kebuntuan yang mereka hadapi itu berakhir.
Sebanyak 401 taman nasional, yang setiap hari menyerap 715 ribu pengunjung akan ditutup. Mereka yang sedang berkemah di sana diberikan waktu untuk segera pergi. Sebanyak 19 museum Smithsonian dan galeri pun ditutup, demikian juga dengan kebun binatang yang dikelola negara.
Ini merupakan penutupan pemerintahan pertama AS dalam 17 tahun terakhir di mana nilai dolar AS telah jatuh pada Selasa (1/9/2013) pagi.
Goldman Sachs memperkirakan non-aktifnya pemerintahan AS selama tiga pekan dapat menurunkan 0,9 persen Produk Domestik Bruto AS pada kuartal ini.
Selasa (1/10) kemarin, Obama menyalahkan DPR atas kebuntuan itu dan mengatakan bahwa dia akan “terus bekerja sampai Kongres bisa membuka kembali pemerintahan [dan] kembali membuka layanan-layanan vital [AS]“.
“Penutupan ini sebenarnya dapat dicegah. Ini seharusnya tidak terjadi,“ tulisnya dalam sebuah surat kepada para pegawai pemerintah federal.
“Dan DPR bisa mengakhirinya secepatnya bila mengikuti arahan Senat dan anggaran di Pemerintahan Amerika Serikat tanpa mencoba untuk melampirkan langkah-langkah yang sangat kontroversial dan partisan dalam prosesnya.“
Sebelumnya, pada Senin (30/9), Ketua DPR John Boehner mengatakan kepada para wartawan bahwa dia berharap Senat akan menyetujui komite antara dua majelis yang dikenal sebagai konferensi “sehingga kami bisa menyelesaikan ini untuk rakyat Amerika“.
“DPR telah memilih untuk menjaga pemerintahan tetap dibuka, tapi kami juga menginginkan keadilan dasar bagi seluruh rakyat Amerika di bawah Obamacare,“ katanya.
Pada Senin (30/9) juga, Senat yang dikontrol Partai Demokrat dua kali menolak rancangan DPR, yang didominasi oleh anggota Partai Republik, yang akan didanai pemerintah hanya jika dana untuk hukum kesehatan Obama ditunda selama satu tahun.
Kamudian pada Selasa (1/10) pagi, sebanyak 54:46 Senat menolak permintaan untuk negosiasi-negosiasi formal untuk mengakhiri kebuntuan itu.
Apa saja dampaknya?
Kantor anggaran Gedung Putih mengatakan bahwa mereka telah memberitahu lembaga-lembaga federal untuk menghentikan operasinya. Kecuali dinas yang mereka anggap penting.
1) Departemen Luar Negeri AS akan beroperasi untuk waktu yang terbatas.
2) Departemen Pertahanan AS berusaha akan tetap melanjutkan operasi militer.
3) Departemen Pendidikan AS masih akan mendistribusikan $ 22 miliar (£ 13.6 miliar) untuk sekolah-sekolah negeri, tetapi pegawai diperkirakan akan mengalami tekanan atau pemberhentian sementara.
4) Departemen Energi, sebanyak 12.700 pegawainya diperkirakan akan “diliburkan”, sehingga hanya tinggal 1.113 pegawai sisanya yang mengawasi senjata nuklir.
5) Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan diperkirakan akan “meliburkan” lebih dari setengah pegawai mereka.
6) Cagar Federal, Departemen Keamanan Tanah Air, dan Departemen Keadilan diklaim hanya mendapat sedikit gangguan.
7) Jasa Pos AS akan tetap beroperasi seperti biasa.
8) Lembaga Smithsonian, museum, kebun binatang, dan banyak taman nasional akan ditutup.
Sementara itu Obama telah menandatangani undang-undang yang memastikan bahwa personil militer akan tetap digaji. Departemen Pertahanan telah menyarankan kepada pegawainya bahwa anggota berseragam militer akan terus bertugas normal, tetapi sejumlah besar pekerja sipil akan diberitahu untuk tidak bekerja dulu.
“Bagi Anda yang berseragam akan tetap berstatus kerja seperti biasanya,” kata Obama, pada Selasa (1/10). “Kongres telah sepakat dan saya sudah menandatangani UU yang memastikan Anda mendapatkan gaji tepat waktu. Kami akan terus bekerja mengatasi segala akibat dari penutupan ini untuk Anda dan keluarga.”
Dalam penutupan itu, selain taman nasional dan museum-museum Smithsonian Washington turut ditutup, pensiun dan pesangon veteran serta proses pembuatan visa dan aplikasi paspor juga akan tertunda.
Program-program yang dianggap penting, seperti kontrol lalu lintas udara dan inspeksi makanan, akan tetap mereka lanjutkan.
Pemerintahan AS belum pernah mengalami ‘shutdown’ sejak tahun 1995-1996, ketika layanan mereka dihentikan hingga menyentuh rekor 21 hari.
Kala itu Partai Republik kemudian menuntut Presiden Bill Clinton untuk menyetujui versi anggaran mereka yang seimbang.
Saat ini parlemen AS bergulat dengan ‘shutdown’ terbaru, tenggat waktu 17 Oktober merpakan batas pinjaman pemerintah AS.
DPR Partai Republik juga menuntut serangkaian konsesi kebijakan – termasuk mengenai hukum kesehatan presiden dan peraturan keuangan dan lingkungan – dalam pertukaran untuk menambahkan plafon hutang.
Mereka khawatir tak disetujuinya tambahan dana darurat akan membawa Pemerintahan AS pada kondisi perekonomian yang lebih buruk dengan penambahan plafon utang.
Guy Crundwell dari Connecticut mengatakan kepada BBC bahwa para politisi AS harus memecahkan masalah negara daripada terus terlibat dalam sandiwara.
Bagaimanapun, dampak ‘shutdown’ itu telah mempengaruhi pasar uang. Saham di Wall Street sudah rontok dalam perdagangan pada Senin (30/9) sebagai respon kekhawatiran para investor terhadap berlarutnya pembahasan anggaran di parlemen AS. (banan/arrahmah.com)