AFGHANISTAN (Arrahmah.com) – Afghanistan termasuk negara yang memiliki tingkat kematian ibu dan bayi tertinggi di dunia, dan memiliki jumlah keledai yang tinggi juga.
“Ambulans keledai” merupakan sebuah terobosan baru yang sangat menjanjikan untuk membantu kaum perempuan yang hendak bersalin di medan Afghanistan yang cukup sulit. Sehingga mereka bisa mendapatkan perawatan medis yang mereka butuhkan, lansir RFERL pada Selasa (12/5/2015).
Badan amal Inggris HealthProm dan desainer Peter Muckle mengembangkan pelana keledai karet untuk meringankan beban kaum perempuan yang akan melahirkan di daerah terpencil di Afghanistan.
Kurangnya transportasi yang cocok di daerah pegunungan Afghanistan membuat banyak ibu hamil di sana memilih untuk tidak pergi ke pusat kesehatan dan lebih memilih untuk melahirkan di rumah, hal yang bisa meningkatkan risiko bagi ibu dan bayinya jika terjadi masalah komplikasi.
Menurut Muckle, penemuannya mengupayakan kemudahan dan kenyamanan bagi kaum perempuan yang akan bersalin untuk mendapatkan perhatian medis yang mereka butuhkan.
“HealthProm mendapati bahwa tidak ada cara yang nyaman bagi perempuan [Afghanistan] untuk melakukan perjalanan untuk melahirkan,” katanya. “Dan mereka juga mendapati bahwa jika mereka [para ibu hamil] bisa melakukan persalinan di puskesmas, kesempatan mereka untuk selamat lebih besar.”
Versi final “ambulans keledai” ini dipamerkan selama pameran teknologi medis hemat dan terjangkau di London awal bulan ini.
Pelana Muckle menggunakan bantalan kemah tiup, sandaran tangan dari tempat tidur tiup, dan bagian dari sebuah kursi tiup.
Empat prototipe dari desain dan ukuran yang berbeda telah dikaji dan diuji selama tahun lalu di Charkent, sebuah distrik pegunungan di utara Provinsi Balkh.
Unsur-unsur terbaik dari prototipe tersebut dimasukkan ke dalam desain akhir.
Dr. Azada Parsa, manajer proyek Safe Motherhood Project HealthProm di ibukota provinsi Mazar-e Sharif, mengatakan tanggapan yang diterima begitu positif.
“Pelana keledai sangat aman dan mengamankan wanita hamil selama ia pergi menuju pusat kesehatan,” tambahnya. “Mereka sangat senang dengan pelana ini dan mereka datang ke pusat kesehatan sepanjang waktu sementara mereka akan bersalin.”
Di Charkent, perjalanan ke pusat-pusat kesehatan atau bidan dapat memakan waktu hingga empat jam, hingga sering tiba pada malam hari, dalam kondisi yang tidak nyaman dan berbahaya.
Dengan pelana ini, Parsa mengatakan ia berharap lebih banyak perempuan Afghanistan yang akan terdorong untuk melakukan perjalanan panjang daripada melahirkan di rumah dalam kondisi yang tidak higienis dan tanpa pantauan ahli medis.
HealthProm mencari sumbangan untuk memproduksi dan mendistribusikan versi final pelana senilah $ 120 ini ke desa-desa Afghanistan.
Seorang penjahit di Mazar-e Sharif dengan pengalaman yang ia miliki sebelumnya, di mana ia bekerja dengan bahan kain yang berat, telah dipilih untuk membuat delapan pelana yang akan diserahkan tahun ini.
Tahun depan, Muckle berharap setiap komponen akan diproduksi secara lokal dan berharap agar pelana ini akan bisa dibuat sendiri oleh siapa saja.
“Ini pola yang telah aku buat, jadi ini bukan sesuatu yang benar-benar kami jual sebagai pelana – kami memberikan pola ini kepada orang-orang untuk menirunya,” katanya. “Jadi idenya adalah untuk membuat pola sederhana yang dapat bermanfaat [dan] orang-orang bisa membuatnya sendiri.”
(banan/arrahmah.com)