WASHINGTON (Arrahmah.com) – Persiapan program ambisius untuk melatih dan mempersenjatai ribuan pejuang oposisi Suriah mulai digulirkan kembali Pejabat Militer AS, menyusul pengakuan memalukan seorang jenderal tinggi yang menyatakan program $ 500 juta hanya menghasilkan “empat atau lima” pejuang pada tahun pertama, sebagaimana dilansir Middle East Eye, Ahad (20/9/2015).
Anggota parlemen di Komite Senat Angkatan Bersenjata menyebut program tersebut sebagai “lelucon” dan “kegagalan total”. Dia juga menuduh pemimpin militer “jauh dari realitas” setelah mendengar kesaksian pada Rabu (16/9) dari Jenderal Lloyd Austin, kepala Komando Sentral AS dan pemimpin operasi militer AS melawan “terorisme”, kutip Middle East Update.
Kongres menyetujui pendanaan untuk program pada Desember lalu dengan tujuan merekrut dan melatih 5.000 pejuang di Suriah pada akhir tahun ini.
Ironisnya, dari 54 rekrutan Suriah yang bergabung pada Juli lalu, jumlah pelatihan itu semakin berkurang. Sebagian mereka telah dibunuh, ditangkap atau melarikan diri dalam bentrokan dengan Mujahidin Jabhah Nushrah.
Menanggapi pertanyaan tentang berapa rekrutan yang masih aktif, Austin mengatakan kepada anggota parlemen, “Hanya tersisa sejumlah kecil. Orang-orang yang dalam kelompok ini, yang sedang kita bicarakan hanya sejumlah empat atau lima orang.”
Berbicara kepada kantor berita Associated Press, para pejabat militer mengatakan program revisi selanjutnya hanya akan melatih 500 pejuang Suriah dan sebagian besar akan bergabung dalam unit Kurdi di timur laut Suriah.
Para rekrutan akan memberikan informasi intelijen dan mengkoordinasikan serangan udara AS.
“Itu lelucon,” kata Kelly Ayotte, mengacu pada perkiraan Austin tentang jumlah rekrutan yang masih aktif.
Sementara John McCain menyebut program tersebut sebagai “kegagalan yang hina” dan mengecam klaim Austin bahwa ada kemajuan dalam program tersebut.
Jeff Sessions menambahkan, “Kita harus mengakui program ini gagal total. Saya berharap tidak gagal, tapi itu faktanya.”
Menanggapi kritikan, Austin secara tidak sengaja mengonfirmasi laporan bahwa anggota pasukan khusus AS telah terjun di Suriah bersama pejuang YPG Kurdi sejak sebelum peluncuran program pelatihan tahun lalu.
Namun dalam klarifikasi berikutnya, ALN melaporkan, Senin (21/9/2015), Komando Sentral AS mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa, hanya terdapat hubungan koordinasi dengan pasukan rekrutan di Suriah.
“Tidak ada pasukan militer AS di Suriah, kami juga tidak melakukan pelatihan militer AS untuk pasukan Suriah di Suriah,” kata pernyataan itu.
Menurut pernyataan itu, program perekrutan dan pelatihan militer AS gagal total dikarenakan banyak pejuang yang mundur dan tidak bersedia melanjutkan program. Hal itu disebabkan AS mengharuskan rekrutan menyetujui komitmen untuk hanya menjalankan misi memerangi ISIS dan tidak untuk memerangi rezim Assad. (adibahasan/arrahmah.com)