SURAKARTA (Arrahmah.id) – Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir membuka Sidang Tanwir Pra Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Universitas Muhammadiyah Surakarta pada Jumat (18/11/2022).
Dalam kesempatan itu, Haedar menyampaikan beberapa amanat kepada seluruh kader Muhammadiyah.
“Ini adalah Tanwir terakhir dalam periode 2015-2020 dan Insya Allah besok kita pembukaan Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah untuk selanjutnya melaksanakan Muktamar sampai tanggal 20 November 2022,” kata Haedar, dikutip dari Suara Muhammadiyah, Jumat (18/11).
Menjalankan amanah di Muhammadiyah ditopang oleh semangat kebersamaan dan kekeluargaan. Menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah, bagi Haedar, merupakan amanah berat. Ia harus menjaga ritme organisasi agar tetap pada jalur edar yang benar, sekaligus memperekat tali silaturahim antar komponen Persyarikatan. Meskipun sesekali terjadi dinamika dalam roda organisasi.
“Mencoba menjalankan amanat dengan semangat kebersamaan membangun kepemimpinan kolektif kolegial yang tersistem. Amanah ini kami jalankan dengan kekompakan dan kebersamaan dalam spirit bahwa yang berpondasi pada iman. Memang selalu ada dinamika, tetapi dinamika itu dapat dihadapi karena kami bersama dan kami berbagi,” kata Haedar.
Haedar mengingatkan, gerak Muhammadiyah saat ini dan ke depan akan menghadapi banyak masalah dan tantangan baru. Pokok pikiran dalam dokumen Laporan Program Muhammadiyah 2022-2027, Risalah Islam Berkemajuan, dan Isu-isu Strategis merupakan tantangan yang bersifat prediktif, harus segera dicari solusinya sedari saat ini dan di sini, dari pusat hingga daerah.
“Dalam menghadapi gelombang tantangan globalisasi modernisasi abad 21 revolusi hari ini kemudian juga dinamika ekonomi budaya global sampai regional yang mempengaruhi domestik atau nasional dan lokal, maka hal-hal pokok perlu menjadi perhatian kita ke depan,” kata Haedar.
Haedar menegaskan, Muhammadiyah ke depan harus hadir menanamkan nilai-nilai Islam yang meneguhkan dan mencerahkan.
Pada saat yang sama juga, lanjutnya, mesti memperkuat basis jamaah di akar rumput sebagai benteng utama Persyarikatan.
“Jika massa jamaah melemah di tengah gelombang perubahan saat ini, bukan hanya Muhammadiyah tapi umat Islam dan kehadiran agama juga akan ikut tercerabut,” tegasnya.
Terkait dengan Sidang Tanwir, Haedar menyampaikan bahwa Muhammadiyah memiliki kelenturan yang dinamis, terutama dalam beradaptasi dengan teknologi.
Pemilihan calon Anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Sidang Tanwir ini menggunakan sistem e-voting.
Ia menilai Muhammadiyah menjadi pelopor pertama organisasi yang menerapkan sistem itu.
Karenanya, ia mengimbau seluruh peserta Sidang Tanwir agar tidak perlu cemas dengan hal-hal yang negatif, karena di balik sistem itu ada amanah, ada integritas warga, kader dan pimpinan Muhammadiyah.
Ia menitipkan supaya Sidang Tanwir dan Muktamar ini menjadi forum yang bermartabat.
“Semoga Tanwir ini menjadi Tanwir yang sebagaimana namanya lembaga permusyawaratan yang cerah mencerahkan, bermartabat dengan semangat yang sama. Besok tetap menjadi yang bermartabat kemajuan bagi Persyarikatan kita bersama,” jelas Haedar.
Haedar menegaskan, Muhammadiyah merupakan organisasi yang bertumpu pada sistem, bukan pada perseorangan.
“Orang-orang akan pergi, institusi akan terus awet sampai satu hari sebelum kiamat,” ujarnya.
Haedar mengatakan, orientasi tadayun Muhammadiyah, nilai-nilai keagamaan Muhammadiyah harus bisa meneguhkan, mencerahkan.
“Menanamkan purifikasi yang kaya sekaligus menanamkan dinamisasi yang memajukan,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.id)